Salin Artikel

Merasa Anak Tak Diakomodasi di Sistem Zonasi, Sejumlah Warga Unjuk Rasa di SMAN 1 Kupang

Mereka mengaku kecewa anak-anaknya tidak diakomodasi oleh pihak SMAN 1 Kota Kupang sebagai peserta didik baru tahun ajaran 2023/2024.

Padahal, menurut para orangtua itu, tempat tinggal mereka berada dekat sekolah dan memenuhi syarat zonasi.

Para pedemo datang dengan membawa kertas putih berukuran besar yang bertuliskan protes dan kekecewaan.

Salah seorang orangtua Ati mengaku sangat berharap anaknya masuk SMAN 1. Menurutnya, untuk biaya kehidupan sehari-hari saja sulit, apalagi menyekolahkan anak di sekolah swasta.

"Saya punya anak sempat daftar secara online di SMAN 1 Kota Kupang tapi secara otomatis ditolak karena waktu sangat cepat," ungkap warga Kelurahan Otete ini.

Menurutnya, pendaftaran yang dibuka pada 20 Juni 2023 ditutup dalam waktu singkat. 

"Saya sudah satu bulan tidak berjualan kiri-kiri, kue, dan lainnya, karena urus anak saya ini. Sehari-hari saya jualan makanan yang saya antar dari kios ke kios," ungkap Ati.

Ia mengaku domisilinya masuk dalam zonasi SMAN 1 Kota Kupang. Rumahnya berada persis di pinggir SMAN 1 Kota Kupang tapi tidak terakomodasi masuk sekolah itu.

Ati pun telah membujuk anaknya untuk bersekolah ke sekolah lain, tapi anaknya tidak mau karena harus mengeluarkan uang tambahan untuk biaya angkutan umum pulang pergi sekolah.

"Inilah yang jadi pertimbangan anak saya sehingga anak saya mau sekolah di SMAN 1 Kota Kupang agar tidak keluar biaya lagi untuk bayar bemo karena cukup jalan kaki saja ke sekolah," kata dia.

Sementara Ketua Karang Taruna Otete Bambang Pellokila mengatakan, tujuan aksi adalah menuntut pihak sekolah agar anak-anak yang ada di Kelurahan Oetete, yang belum mendapatkan sekolah dan berada dalam zonasi SMAN 1 Kota Kupang agar dapat diakomodasi.

SMAN 1 Kupang berada di Kelurahan Otete. 

Menurut Bambang, jumlah awalnya ada 60 orang anak yang tidak diakomodasi di SMAN 1 Kota Kupang, sehingga sebagiannya telah masuk ke sekolah swasta yang berada di luar Kelurahan Oetete.

"Sekarang tinggal 20-an anak-anak yang belum dapat sekolah. Semua anak-anak ini berasal dari keluarga kurang mampu," ungkapnya.

Karena itu, harapan para orangtua, mereka ingin anak-anak mereka sekolah di lingkungan mereka yakni SMAN 1 Kota Kupang.

Bertemu Kepsek dan Disdik

Pantauan Kompas.com, aksi unjuk rasa itu berlangsung selama 1 jam.

Pihak SMAN 1 Kota Kupang meminta perwakilan orangtua untuk masuk beraudensi langsung dengan Kepala SMAN 1 Kota Kupang, Marselina Tua dan Kepala Bidang Pendidikan Menengah (Kabid Dikmen) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Ayub Sanam.

Pertemuan berlangsung di ruang Kepala SMAN 1 Kota Kupang.

Hadir dalam pertemuan itu juga Polisi Polresta Kupang Kota, termasuk Kapolsek Oebobo, AKP Ricky Dally.

Dari pertemuan tersebut, disepakati beberapa solusi yang disampaikan oleh Kabid Ayub Sanam.

Ayub Sanam, mengatakan, kuota di sekolah swasta di Kota Kupang tidak terpenuhi sementara sekolah negeri sudah terpenuhi.

Solusi yang ditawarkan kepada para orangtua yang anaknya belum mendapatkan sekolah agar mendaftarkan ke sekolah swasta.

Pasalnya, ada beberapa sekolah swasta yang memberikan beasiswa kepada anak-anak dalam hal biaya uang sekolah.

Selain itu, ada sekolah swasta yang dalam waktu dekat diintervensi dengan program belajar ke Negara Jerman.

"Harapannya ini akan membawa perubahan untuk sekolah-sekolah swasta," ungkapnya.

https://regional.kompas.com/read/2023/08/08/074336678/merasa-anak-tak-diakomodasi-di-sistem-zonasi-sejumlah-warga-unjuk-rasa-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke