Salin Artikel

4 Profesor Dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas Cenderawasih Papua

Pengukuhan ini dilakukan melalui Rapat Senat Terbuka Universitas Cenderawasih yang berlangsung di Auditorium Universitas Cenderawasih, Abepura, Kota Jayapura, Papua, Senin (7/8/2023). 

Adapun empat orang guru besar yang dikukuhkan adalah Prof Dr  Mesak Ick SE MSi; Prof Dr Julius Ary Mollet SE MBA MTDev PhD dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB); Prof Dr Drs Avelinus Lefaan MS dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dan; Prof Dr Frans Reumi SH MA MH dari Fakultas Hukum. 

Rektor Universitas Cenderawasih Oscar Wambrauw menyebutkan bahwa jabatan guru besar yang diraih ini tidak terlepas dari perjalanan panjang keilmuan yang dilalui oleh empat orang profesor yang dikukuhkan hari ini. 

"Mereka adalah sosok yang melalui perjalanan panjang mengejar ilmu pengetahuan hingga hari ini dikukuhkan sebagai guru besar di Universitas Cenderawasih," katanya dalam sambutan usai pengukuhan guru besar yang berlangsung di Auditorium Universitas Cenderawasih, Abepura, Kota Jayapura, Papua, Senin siang. 

Lebih lanjut, selaku Rektor Universitas Cenderawasih, Oscar mengatakan, gelar guru besar (profesor) yang diraih ini tidak sekedar pengkuan semata, tetapi dapat berkontribusi bagi pengetahuan di tanah Papua. 

"Ini bukan sekadar pengakuan guru besar, tetapi gelar profesor ini dapat digunakan dalam berkontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat di tanah Papua," katanya. 

Menurut dia, pengukuhan empat guru besar di Universitas Cenderawasih ini merupakan wujud dari tridharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Oleh karena itu, Oscar berharap, empat guru besar yang dikukuhkan ini memiliki tanggung jawab dalam memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat dan meneruskan ilmu pengetahuan kepada generasi muda di tanah Papua. 

"Guru besar memiliki tanggung jawab dalam memberikan kontribusi nyata di kampus, masyarakat, bangsa dan negara serta generasi penerus di tanah Papua," ucapnya.

"Ini menjadi panutan bagi civitas akademika Universitas Cenderawasih," pungkasnya. 

Dengan dikukuhkannya empat guru besar (profesor), maka total guru besar aktif di Universitas Cenderawasih berjumlah 21 orang. 

"Jabatan tertinggi adalah guru besar. Diharapkan semua dosen di Universitas Cenderawasih harus bisa mencapai tahapan dalam meraih guru besar," harap Oscar. 

Menjadi universitas penelitian

Senada dengan itu, Ketua Senat Universitas Cenderawasih Barthasar Kambuaya mengatakan, 21 guru besar yang dimiliki oleh Universitas Cenderawasih tentunya masih kurang. 

Oleh karena itu, menurut Barthasar, pihaknya terus mendorong agar kedepan Universitas Cenderawasih terus bisa melahirkan lebih banyak lagi guru besar bagi universitas tertua di tanah Papua ini. 

"Kita terus dorong, sehingga pada tahun 2027-2028 bisa lebih banyak lagi guru besar dari Universitas Cenderawasih sehingga kita dorong menjadi universitas penelitian ke depan di tanah Papua," ungkapnya. 

Mantan Rektor Universitas Cenderawasih ini menjelaskan, dengan hadirnya empat guru besar yang dikukuhkan ini akan memperkuat tridharma perguruan tinggi di Universitas Cenderawasih. 

Selain itu, dapat memotivasi dosen-dosen muda di Universitas Cenderawasih sehingga ke depan lebih giat lagi dalam melakukan penelitian dan publikasi, sehingga ke depan dapat diusulkan meraih guru besar. 

"Kami terus dorong dosen-dosen di Universitas Cenderawasih, sehingga menjadi guru besar, karena ini sangat penting bagi akreditasi lembaga, fakultas dan program studi masing-masing," ucap Barthasar. 

Tanggapan empat guru besar yang dikukuhkan

Sementara itu, Avelinus Lefaan, Guru Besar dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) mengatakan, saat ini Universitas Cenderawasih terus mendorong agar ke depan kampus bisa menghasilkan lebih banyak lagi dosen yang menjadi guru besar dan doktor. 

Menurut Lefaan, pentingnya regenerasi, guna adanya dosen-dosen yang disiapkan menjadi guru besar dan doktor di Kampus Universitas Cenderawasih. 

"Kita dorong agar anak-anak Papua bisa menjadi dosen, sehingga jenjang karir kedepan bisa menjadi profesor atau guru besar," katanya. 

"Saya pesan dosen-dosen muda harus perbanyak penelitian dan publikasi, sehingga dapat menunjang jenjang karir kedepan menjadi guru besar," pesannya. 

Di tempat yang sama, Guru Besar Ekonomi dan Bisnis (FEB) Julius Ary Mollet mengatakan, empat profesor atau guru besar ini memiliki kualitas dalam bidangnya masing-masing. 

"Empat guru besar ini memiliki spesifikasi yang berbed-beda, tetapi kita bicara mengenai pembangunan di tanah Papua," ungkapnya. 

Dengan adanya guru besar ini, Mollet berharap dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Papua. 

"Saya pesan kepada dosen-dosen muda untuk lebih banyak lagi melakukan penelitian dan publikasi. Karena kalau hanya penelitian, tanpa publikasi, tentu akan mati," pesannya. 

Ia mendorong, dosen-dosen di Universitas Cenderawasih, untuk lebih banyak melakukan penelitian dan mempublikasikannya melalui jurnal internasional maupun jurnal nasional yang tersedia. 

"Dosen-dosen muda harus terus genjot penelitian dan mampu mempublikasikan dalam jurnal internasional dan jurnal nasional," ucap Mollet. 

Guru Besar Fakultas Hukum, Frans Reumi mengakui bahwa dirinya merupakan salah satu dosen yang lambat meraih guru besar. Padahal, seharusnya bisa lebih cepat. 

Oleh karena itu, ia berpesan kepada setiap dosen-dosen di Universitas Cenderawasih agar dapat memperhatikan kepangkatan masing-masing. 

"Harus perhatikan waktu kepangkatan, sehingga jangan terlambat. Lalu perhatikan kesehatan dan yang terakhir adalah finansial, karena ini penting dalam meraih guru besar," ujarnya. 

Selain itu, Reumi mendorong para dosen di Universitas Cenderawasih untuk dapat meningkatkan dirinya melalui pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Mesak Ick menyatakan, dirinya tidak pernah bermimpi meraih guru besar. Tapi semua ini proses yang membawanya hingga meraih profesor di Universitas Cenderawasih. 

Ick merupakan salah satu dari dua guru besar orang asli Papua (OAP) yang dikukuhkan sebagai profesor. 

Ia menyadari bahwa guru besar orang asli Papua (OAP) di Papua, khususnya Universitas Cenderawasih masih terbatas. 

"Saya berharap dosen-dosen orang asli Papua (OAP) di Universitas Cenderawasih bisa bersaing dalam meraih guru besar ke depannya," harapnya. 

Dia menyadari bahwa dengan adanya guru besar tentunya menjadi kekuatan dalam akreditasi lembaga, fakultas dan jurusan. 

Oleh karena itu, Ick mengimbau kepada semua dosen yang ada di Universitas Cenderawasih, khususnya dosen-dosen orang asli Papua (OAP), agar dapat bersaing dan kedepan bisa meraih guru besar dalam karirnya sebagai dosen.

"Saya ajak teman-teman dosen. Khususnya dosen-dosen OAP untuk bisa meraih guru besar ke depannya," ajak Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih ini.

https://regional.kompas.com/read/2023/08/07/142210178/4-profesor-dikukuhkan-sebagai-guru-besar-universitas-cenderawasih-papua

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke