Salin Artikel

5 Fakta Kekeringan di Papua Tengah, Warga Jalan Kaki 2 Hari untuk Jemput Bantuan

Terkait krisis tersebut, pemerintah pusat telah mengirimkan bantuan berupa makanan, pakaian hingga selimut untuk warga.

Disebutkan ada sekitar 7.500 warga dari Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi yang terdampak kelaparan. Sementara dari enam orang yang meninggal, satu di antaranya adalah anak-anak.

Para korban meninggal karena lemas, diare, panas dalam dan sakit kepala. Diduga kelaparan disebabkan karena gagal panen akibat cuaca dingin saat musim kering.

Dan berikut 5 fakta kasus kekeringan di Papua Tengah:

1. Wapres sebut warga meninggal karena diare

Terkait kematian 6 warga Papua yang disebut karena kelaparan, Wakil Presiden Ma'ruf Amin angkat suar.

Ia mengatakan keenam warga meninggal karena diare.

"Sudah terjadi kekeringan di sana dan cuaca ekstrem, dan yang meninggal itu bukan karena kelaparan, tetapi karena diare dan karena cuaca," kata Ma'ruf seusai rapat di kediamannya, Jalan Diponegoro, Jakarta, Rabu (2/8/2023).

Hal tersebut dibenarkan oleh Panglima TNI Laksamana Yudo Margono yang mengaku mendapatkan laporan bahwa korban diare. dehidrasi dan demam.

Namun ia tak memungkiri gejala tersebut akibat kekeringan di daerah tersebut.

"Kalau tadi yang anak-anak diare, ibunya juga gitu. yang enam orang ini ada yang diare, ada yang dehidrasi, ada yang demam, ada laporannya," ujar Yudo.

2. Dampak Badal El Nino

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Perlindungan Korban Bencana Alam Kemensos Adrianus Alla mengatakan berdasarkan data Kementerian Sosial, ada 7.500 jiwa yang terdampak kekeringan.

Kekeringan yang terjadi disebut sebagai dampak badai el nino sejak awal Juni 2023.

"Fenomena hujan es yang terjadi pada awal Juni menyebabkan tanaman warga yaitu umbi yang merupakan makanan pokok menjadi layu dan busuk. Setelah itu tidak turun hujan sehingga tanaman warga mengalami kekeringan," kata dia.

Kemensos mengaku akan menyiapkan lumbung penyimpanan bahan makanan.

"Jarak antara distrik butuh waktu berhari-hari untuk mengambil bahan makanan, maka di sana disiapkan lumbung untuk menyimpan barang bantuan," kata dia,

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini

"Sebetulnya yang paling dekat itu di Agandugume. Namun, karena kondisinya saat itu Pak Pendeta masih akan dilihat, akhirnya diputuskan kita mendarat di Sinak. Sinak itu kalau jalan kaki tidak ada mobil, tidak ada kendaraan. Jadi harus jalan kaki 2 hari satu malam dari Agandugume," jelas Risma saat ditemui di Gedung Kemensos, Jakarta Pusat, Kamis (3/8/2023).

Ia mengatakan kendala saat mengantarkan bantuan untuk warga adalah cuaca buruk hingga masalah keamanan.

Menurutnya seluruh bantuan yang dikirimkan secraa bertahap diterima oleh Pendeta Delius Wenda selaku Ketua Klasis Kingmi Distrik Agandugume yang mewakili Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi.

4. Bakal bangun gudang logistik di Puncak Papua Tengah

Pemerintah berencana membangun gudang logistik yang disebut sebagai lumbung pangan di Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.

Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal TNI Izak Pangemanan mengatakan pembangunan gudang logistik menjadi solusi agar tak ada lagi bencana kelaparan akibat cuaca ekstrem di Kabupaten Puncak.

Dari laporan yang diterima, terungkap bencana kelaparan itu mulai terjadi pada Mei hingga puncaknya bulan Agustus yang disebabkan suhu udara sangat dingin hingga mengakibatkan tanaman busuk dan mati.

Faktor cuaca itulah yang mengakibatkan penduduk mengalami kesulitan pangan sehingga pembangunan gudang logistik diharapkan dapat merespons dengan cepat apabila terjadi bencana serupa.

5. Masa tanggap darurat diperpanjang

Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menyatakan, pemerintah memperpanjang masa tanggap darurat penanganan kekeringan di Kabupaten Puncak, Papua, menjadi dua pekan.

Ma'ruf mengatakam, pemerintah akan terus mengevaluasi masa tanggap darurat yang ditetapkan untuk menangani kekeringan tersebut.

Ia pun menjelaskan bahwa bahwa ada dua hal yang menghambat pengiriman logistik menuju Kabupaten Puncak.

Yang pertama adalah ketiadaan moda transportasi sehingga logistik harus dinawa dengan cara dipanggul.

Sementara yang kedua adalah hambatan cuaca yang membuat bantuan yang bisa langsung didistribusukan ke daerah-daerah.

"Sebenarnya semua logistik sudah tersedia tapi ada masalah cuaca," ujar Wakil Presiden.

Pada Jumat (4/8/2023), bantuan sebanyak 2,6 ton dikirim langsung hingga Distrik Agandugume menggunakan pesawat Caravan.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis Ardito Ramadhan, Dian Erika Nugraheny, Fika Nurul Ulya | Editor : Bagus Santosa, Icha Rastika, Dani Prabowo, Krisiandi, Novianti Setuningsih)

https://regional.kompas.com/read/2023/08/05/115100178/5-fakta-kekeringan-di-papua-tengah-warga-jalan-kaki-2-hari-untuk-jemput

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke