Salin Artikel

Kisah Anak-anak Buruh Rumput Laut di Nunukan, Tak Pernah Sekolah karena Harus Cari Nafkah

NUNUKAN, KOMPAS.com – Kapolres Nunukan, Kalimantan Utara, AKBP Taufik Nurmandya, terlihat menggandeng sejumlah anak berseragam SD, di hari pertama masuk sekolah pascaliburan kenaikan kelas, Senin (17/7/2023).

Ada 8 anak yang diantar motor patroli polisi. Dan, layaknya orang tua murid, Taufik mengantarkan mereka bersekolah, menyerahkannya langsung ke guru, untuk memperkenalkannya kepada teman teman sekolahnya.

‘Ini sebagai bentuk perhatian kita terhadap keberlangsungan pendidikan anak anak di perbatasan RI – Malaysia. Jangan karena alasan ekonomi, hak pendidikan mereka diabaikan begitu saja,’’ujarnya, saat ditemui pascamengantar sejumlah anak SD tersebut.

Menurut Taufik, 8 anak SD dimaksud mayoritas adalah anak eks TKI Malaysia. Mereka terpaksa berhenti sekolah karena faktor ekonomi, sehingga pada usia sekecil itu, mereka terpaksa membantu orangtuanya bekerja mencari nafkah sebagai buruh ikat rumput laut.

Anak-anak tersebut awalnya ditemukan oleh Tim Patroli Perintis Presisi, Sat Samapta Polres Nunukan.

Tim Patroli menyisir mes-mes rumput laut di sepanjang pesisir Pulau Nunukan dan menemukan sejumlah anak usia sekolah tengah serius mengikat bibit rumput laut.

Yang mengejutkan, anak-anak tersebut ternyata belum pernah mengenyam pendidikan, atau putus sekolah.

‘’Kita jaring mereka yang tidak bersekolah, atau sudah pernah sekolah tapi keluar. Mayoritas mereka ini usianya sudah 9 tahun, namun belum bersekolah. Ternyata karena statusnya eks TKI, mereka sulit bersekolah karena kendala dokumen kependudukan,’’tutur Taufik.

Prihatin dengan kondisi tersebut, Polisi kemudian membantu kepengurusan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Nunukan, sembari menugaskan para anggota patroli untuk mengajarkan mereka Calistung di rumah belajar.

Setelah lancar Calistung, polisi selanjutnya menyiapkan segala keperluan sekolah mereka, mulai seragam, sampai dengan alat alat tulis, bahkan mengantar langsung ke sekolah.

Dari 8 anak dimaksud, sebanyak 6 anak disekolahkan di SDN 010 Nunukan dan 2 anak di SDN 06 Nunukan, sesuai zonasi rumah mereka.

‘’Kita ada di perbatasan negara. Jangan sampai keterbatasan yang ada membuat anak-anak kita juga dibatasi oleh keadaan dan tidak mengenyam pendidikan layak. Kami akan terus menjaring anak anak dengan kondisi demikian, untuk memastikan mereka wajib sekolah,’’tegas Taufik.

Ada 3 unit rumah belajar yang disiapkan di Pulau Nunukan dan 1 unit rumah belajar di Pulau Sebatik.

Sejumlah polisi bahkan terjadwal secara intens sebagai tenaga pengajar untuk menunjang keberlangsungan program kepedulian atas nasib pendidikan anak di batas negeri.

‘’Kita terus lakukan patroli dan menyaring anak anak yang belum sekolah. Memang mayoritas anak-anak yang kita temukan bukan penduduk asli Nunukan, melainkan pendatang. Tapi selama mereka warga negara Indonesia, dia berhak mendapat hak pendidikan sebagai warga negara," jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2023/07/17/214259978/kisah-anak-anak-buruh-rumput-laut-di-nunukan-tak-pernah-sekolah-karena

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke