Salin Artikel

Cerita Warga Dusun Natarita Sikka, Krisis Air dan Terpaksa Konsumsi Air Keruh

Kondisi ini membuat mereka harus berjalan kaki sejauh dua kilometer menuju sumber mata air di wilayah Kubat. Lokasi ini berada di daerah perbukitan di pinggiran kampung.

Saban hari warga membawa ember dan jeriken berukuran 10 liter melewati jalanan berbatu dan terjal.

Setibanya di lokasi itu, mereka harus mengantre berjam-jam untuk menunggu hingga kubangan yang menampung air terisi penuh.

Mereka kemudian menggayung air dari kubangan itu lalu mengisi ke dalam ember dan jeriken.

“Debit airnya kecil, jadi harus menunggu,” ucap Hilaria Paulina Gekaj (35) warga Dusun Natarita kepada Kompas.com, Rabu (7/6/2023).

Menurutnya, tak jarang warga terpaksa mengambil air keruh untuk kebutuhan sehari-hari.

"Kami di sini kesulitan air. Kadang kalau sudah sore dan takut gelap kami gayung saja biar air kotor. Karena kami harus pulang ke rumah dengan jalan mendaki, sampai di rumah baru kami saring lagi airnya," sambungnya.

Hilaria mengatakan, sebelum dikonsumsi, air tersebut didiamkan atau disaring agar tanah dan kotoran terpisah.

Kondisi ini, ungkapnya, juga dirasakan para siswa di dusun itu. Mereka sering terlambat ke sekolah, karena harus mencari air untuk mandi.

Warga lain, Maria Isanti (31) mengaku tidak ada pilihan lain selain memanfaatkan air keruh untuk kebutuhan sehari-hari.

Maria menuturkan, hampir setiap hari berjalan kaki sejauh dua kilometer untuk mengambil air. Bahkan harus megantre dua sampai tiga jam.

“Setelah dibawa ke rumah, air kotor disaring dulu dengan penyaring. Kemudian, air yang sudah disaring disimpan 2-3 jam. Baru setelah itu digunakan untuk memasak dan minum sekeluarga. Sedangkan untuk mandi, ya secukupnya saja,” imbuhnya.

Maria menambahkan selain mengambil air dengan jarak yang cukup jauh, mereka juga terpaksa menampung air hujan untuk kebutuhan sehari-hari.

“Memang ada juga lokasi lain untuk ambil air tepatnya di pertigaan Natar Leba tapi jaraknya empat kilometer. Kalau yang punya kendaraan pasti muda, tapi kalu tidak punya terpaksa jalan kaki,” pungkasnya.

Kepala Dusun Natarita Yulius Bapa Nenang mengungkapkan, jaringan air minum bersih menuju wilayahnya sudah dibangun dengan anggaran daerah senilai Rp. 871. 888.157,64 pada 2021.

Namun jaringan air minum itu sering mengalami kerusakan, yang mengakibatkan terjadinya krisis air di wilayah tersebut. Warga beberapa kali memperbaikinya, namun masih rusak.

"Banyak pipa pecah, ketika kasih hidup mesin pipa langsung terlepas. Kami perbaiki sampai satu dua minggu baru air masuk ke kampung," ujarnya.

Ia berharap Pemkab Sikka mendistribusikan air bersih untuk warga ke wilayah itu.

https://regional.kompas.com/read/2023/06/07/115836378/cerita-warga-dusun-natarita-sikka-krisis-air-dan-terpaksa-konsumsi-air

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke