Salin Artikel

Sagu, Pangan Lokal Bernilai Filosofis bagi Masyarakat Jayapura

Hampir semua kampung di Papua memiliki hutan sagu, terutama kampung-kampung yang ada di sekitar Danau Sentani.

Tak heran, sagu menjadi salah satu makanan pokok bagi masyarakat di wilayah Danau Sentani.

Tak hanya sebagai makanan lokal bagi masyarakat Papua di Kabupaten Jayapura, namun sagu memiliki nilai filosofi bagi masyarakat setempat

Penjabat Bupati Jayapura, Triwarno Purnomo akan mendorong sagu sebagai salah satu pangan lokal unggulan di Kabupaten Jayapura

“Masyarakat adat di Papua sangat menghormati sagu sebagai makanan lokal, tetapi lebih dari sekadar santapan, karena sagu memiliki nilai filosofi tersendiri,” katanya, Rabu (7/6/2023).

Triwarno mengatakan, sagu melekat kuat dalam sendi-sendi kehidupan dan budaya masyarakat Papua.

Seluruh bagian dari pohon sagu bisa dimanfaatkan oleh masyarakat di Papua, mulai dari batang, daun, hingga tepung sagu yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat.

Apalagi, sejak dahulu para leluhur di Papua mengkonsumsi sagu sebagai makanan pokok sehari-hari, sehingga pemerintah daerah berkewajiban menjaga ketahanan pangan lokal.

“Menjaga ketahanan pangan lokal sesungguhnya merawat hutan sagu kita, maka kita telah merawat Danau Sentani dari pencemaran,” ujarnya.

Hutan Sagu di Yoboi

Hutan sagu terdapat di 24 kampung yang ada di pesisir Danau Sentani, Kabupaten Jayapura. Salah satunya di Kampung Yoboi.

Dalam buku Penggalan Cerita dari Sentani yang ditulis oleh Maria Mayabubun, ada sekitar 22 jenis pohon sagu yang terdapat di Kampung Yoboi. 

“Ada empat pohon sagu yang mereka sebut sebagai sagu utama, yaitu phara, rondo, yebha dan folo, karena kualitas terbaik yang hanya dipakai saat ritual dan upacara adat yang biasa dipimpin oleh ondoafi sebagai pemimpin tertinggi di kampung,” tertulis dalam buku tersebut.

Ketua Kelompok Pokdarwis Kampung Yoboi, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Billy Tokoro menyebutkan bahwa tumbuhan sagu yang berada di Kampung Yoboi ini ada yang tumbuh sendiri dan ada yang ditanam ulang.

“Tidak perlu susah payah untuk merawatnya, cukup dibersihkan dan dibiarkan begitu saja, nanti tumbuh subur berbentang luas,” sebutnya kepada Kompas.com, Selasa (6/6/2023).

Billy mengatakan, pihaknya di Kampung Yoboi mempromosikan hutan sagunya sebagai salah satu lokasi destinasi wisata yang ada di kampung tersebut.

Bahkan, hutan sagu di Kampung Yoboi kini dijadikan sebagai salah satu lokasi penyelenggaraan Festival Ulat Sagu yang diselenggarakan setiap tahunnya.

“Kami manfaatkan hutan sagu yang kita punya untuk mempromosikan wisata alam, sekaligus kuliner lokal, baik sagu maupun ulat sagu yang ada di dalam pohon sagu,” ucapnya.

Melestarikan dan menjaga

Akademisi pengamat budaya sekaligus dosen di Universitas Papua, Yafed Syufi menjelaskan bahwa pohon sagu dapat memberikan kehidupan bagi makhluk hidup.

Oleh karena itu, menurut doktor lulusan Universitas Udayana Bali ini, menjaga dan melestarikan hutan sagu sebagai salah satu pangan lokal di tanah Papua sangat diperlukan.

“Pohon sagu dapat memberikan kehidupan bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia, sehingga perlu dijaga dan dilestarikan dan menjadi salah satu makanan lokal di tanah Papua yang harus dilindungi,” jelasnya saat dihubungi secara terpisah melalui sambungan telepon, Selasa (6/6/2023).

Menurutnya, gerakan mengonsumsi sagu harus dimulai dari keluarga dan di setiap kampung, sehingga sagu menjadi salah satu makanan pokok yang terus dikonsumsi setiap harinya.

“Dengan dikonsumsi setiap hari, maka kita akan menjaga dan ikut mendorong sagu sebagai salah satu makanan lokal yang ada di tanah Papua,” ucap Yafed.

Dia memberikan apresiasi dan dukungan terhadap Pemda Kabupaten Jayapura yang akan mendorong sagu sebagai salah satu pangan lokal di Papua. Apalagi di Kabupaten Jayapura, merupakan salah satu daerah yang banyak ditemukan pohon sagu.

“Saya rasa langkah Pemda Jayapura sangat bagus, sehingga perlu mendapatkan dukungan semua pihak, terutama masyarakat adat di sana, sehingga sagu menjadi salah satu makanan pokok dan pangan lokal di Kabupaten Jayapura,” kata Yafed.

https://regional.kompas.com/read/2023/06/07/105419678/sagu-pangan-lokal-bernilai-filosofis-bagi-masyarakat-jayapura

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke