Salin Artikel

Anomali Cuaca akibat Awan Kumulonimbus Berpotensi Bahaya, BMKG Nunukan Ingatkan Masyarakat Waspada

Kepala Kantor BMKG Nunukan, William mengatakan, beberapa hari terakhir, cuaca di Nunukan cepat berubah. Panas terik terjadi di siang hari, namun malam harinya, muncul angin kencang, lalu turun hujan lebat yang disertai kilat dan petir.

"Nunukan ini menjadi salah satu wilayah non-zoom, atau tidak memiliki musim. Namun catatan BMKG dalam dasarian terakhir, terjadi anomali cuaca di mana siang harinya matahari bersinar terik, malam harinya turun hujan lebat dengan kilat serta angin kencang," ujarnya, Senin (5/6/2023).

Wiliiam menjelaskan, perubahan cuaca yang kerap terjadi mendadak ini, diakibatkan terbentuknya awan kumulonimbus/CB.

Tak heran, kata dia, cuaca tak menentu ini, berpotensi bahaya yang butuh perhatian serius.

"Perlu diingat, awan CB merupakan awan dengan kandungan tenaga listrik cukup tinggi. Tidak heran, ketika terjadi kilatan petir, ada barang elektronik masyarakat yang terkena dampaknya," lanjutnya.

BMKG Nunukan juga mencatat, kecepatan angin yang dalam kondisi normal berada di kecepatan 7 sampai 10 knot, dengan munculnya awan CB, naik mencapai 15 sampai 18 knot.

Curah hujan yang normalnya 50 mm per dasarian, terpantau naik menjadi 280 mm perdasarian, dan masih berpotensi naik.

"Diharap masyarakat Nunukan tetap waspada dan bijak dalam menghadapi potensi pemadaman listrik, ataupun potensi bencana alam, angin kencang, banjir dan longsor," ujarnya lagi.

William juga mengingatkan agar masyarakat menjaga kesehatan akibat anomali cuaca ini.

Bagi penduduk Nunukan, katanya, anomali cuaca saat ini, mungkin tidak terlalu berpengaruh pada kesehatan mereka.

Namun akan berbeda kasusnya, bagi para perantau. Mereka harus menjalani adaptasi iklim. Tidak jarang mereka akan terkena demam atau flu akibat perubahan cuaca yang terjadi.

"Mohon arif dan bijak dalam menghadapi situasi cuaca saat ini. Lebih baik menon aktifkan colokan listrik ke alat elektronik yang berpotensi menghantar sambaran petir, seperti televisi di malam hari," imbaunya.

Suhu panas 35,7 derajat tak termasuk gelombang panas ekstrem

William juga menjelaskan, cuaca panas di wilayah Kalimantan Utara, biasanya terukur dengan suhu maksimum 32 sampai 34 derajat.

Meski temperatur iklim di Kaltara tercatat sekitar 35,7 derajat, namun suhu tersebut, belum bisa dikategorikan dalam suhu panas ekstrem.

"Kita mengalami variasi suhu panas dengan rens 32 sampai 34 derajat. Ketika suhu naik di angka 35, masih tergolong normal. Normal dalam artian data puluhan tahun yang tercatat," kata William lagi.

Suhu panas tersebut, lanjutnya, tidak memiliki dampak yang signifikan. Masyarakat Kaltara hanya dianjurkan untuk menjaga kesehatan, dengan lebih banyak minum air untuk mengantisipasi dehidrasi.

Atau dianjurkan menggunakan sun block untuk mengantisipasi paparan langsung sinar UV.

"Jadi suhu 35,7 derajat itu, paling dampak bahayanya lebih pada potensi Karhutla lebih tinggi. Kita juga warning masyarakat agar tidak melakukan pembakaran lahan," katanya.

https://regional.kompas.com/read/2023/06/06/072844678/anomali-cuaca-akibat-awan-kumulonimbus-berpotensi-bahaya-bmkg-nunukan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke