KOMPAS.com - Candi Mendut adalah candi bercorak Buddha yang terletak di Jalan Mayor Kusen, Desa mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.
Lokasi Candi Mendut sangat mudah ditemukan karena berada hanya sekitar 3 kilometer dari Candi Borobudur.
Candi ini juga menjadi salah satu candi dari tiga serangkai candi di Magelang yang terdiri dari Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut. Ketiga candi tersebut terletak pada satu garis lurus arah utara-selatan.
Candi Mendut dibangun dari bahan batu bata dengan campuran batu andesit, sehingga terlihat sangat kokoh.
Bentuk Candi Mendut juga dianggap memiliki kesamaan dengan candi di sekitar Kompleks Candi Dieng dan Candi Gedong Songo.
Fungsi Candi Mendut
Seperti Candi Borobudur dan Candi Pawon, Candi Mendut juga menjadi tempat peribadatan umat Buddha Indonesia dan dunia.
Setiap tahun jelang perayaan Tri Suci Waisak 2023 di Candi Borobudur, Candi Mendut menjadi tempat disakralkannya air berkah dari Umbul Jumprit dan api alam dari Mrapen.
Di Candi Mendut, para biksu dan umat juga akan melakukan pradaksina atau berjalan mengelilingi candi searah jarum jam sebanyak tiga kali.
Usai pradaksina, masing-masing sangha akan melakukan puja bakti di depan altar.
Selain itu, Candi Mendut juga menjadi destinasi wisata sejarah serta objek penelitian oleh para ahli sejarah.
Sejarah Candi Mendut
Dilansir dari laman Perpusnas, meski belum dapat dipastikan kapan tepatnya ini dibangun, namun seorang filolog dari Belanda yaitu J.G. de Casparis menduga bahwa Candi Mendut dibangun oleh raja pertama dari wangsa Syailendra pada tahun 824 M.
Dugaan Casparis didasarkan pada isi Prasasti Karangtengah (824 M), yang menyebutkan bahwa Raja Indra telah membuat bangunan suci bernama Wenuwana.
Dari Prasasti Karangtengah, Casparis mengartikan istilah Wenuwana (hutan bambu) sebagai Candi Mendut.
Hal ini menjadi alasan perkiraan usia Candi Mendut yang disebut lebih tua daripada usia Candi Borobudur.
Candi ini pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1836, di mana seluruh bangunan candi dapat ditemukan, kecuali bagian atapnya.
Selanjutnya pada tahun 1897-1904, pemerintah Hindia Belanda melakukan upaya pemugaran yang pertama dengan hasil yang cukup memuaskan walaupun masih jauh dari sempurna. Saat itu, kaki dan tubuh candi telah berhasil direkonstruksi.
Pada tahun 1908, Van Erp memimpin rekonstruksi dan pemugaran kembali Candi Mendut, yaitu dengan menyempurnakan bentuk atap, memasang kembali stupa-stupa dan memperbaiki sebagian puncak atap.
Pemugaran sempat terhenti karena ketidaktersediaan dana, namun dilanjutkan kembali pada tahun 1925.
Isi Relief dan Arca di Candi Mendut
Dilansir dari laman Perpusnas, candi berbentuk segi empat ini memiliki tinggi bangunan seluruhnya 26,40 meter, yang berdiri di atas batur setinggi sekitar 2 meter.
Di permukaan batur candi terdapat selasar yang cukup lebar dan dilengkapi dengan langkan.
Dinding kaki Candi Mendut dihiasi dengan 31 buah panel yang memuat berbagai relief cerita, pahatan bunga dan sulur-suluran yang indah.
Pada tangga menuju selasar yang terletak di sisi barat, dihiasi dengan beberapa panil berpahat yang menggambarkan berbagai cerita yang mengandung ajaran Buddha.
Kemudian di pintu masuk ke ruangan dalam tubuh candi dilengkapi dengan bilik penampil dihiasi dengan relief Kuwera terpahat di dinding utara dan relief Hariti terpahat di dinding selatan.
Dinding tubuh candi dihiasi dengan relief yang berkaitan dengan kehidupan Buddha, yaitu :
Kemudian di dalam Candi Mendut terdapat 3 buah Arca Buddha, yaitu:
Ketiga arca di dalam Candi Mendut dilengkapi dengan 'prabha" atau sinar kedewaan di sekeliling kepalanya.
Sumber:
magelangkab.go.id, candi.perpusnas.go.id, humas.jatengprov.go.id, dan m.antaranews.com
https://regional.kompas.com/read/2023/06/03/183026078/candi-mendut-fungsi-sejarah-serta-relief-dan-arca