Salin Artikel

Berkenalan dengan Daffa Praditya, Anak Muda Indonesia yang Hadiri COP27 di Mesir untuk Suarakan Krisis Iklim

Salah satu kontribusi nyata untuk menyuarakan krisis iklim di Indonesia itu telah lama dilakukan oleh seorang anak muda asal Karawang, Daffa Praditya Ramadhan (19).

Daffa, sapaan akbrabnya, menuturkan, kondisi iklim di dunia, bahkan Indonesia telah memasuki kondisi darurat. Akibatnya, ada banyak dampak yang mengganggu akivitas makhluk hidup di berbagai belahan bumi.

Kesadaran itulah yang membawa Daffa bergerak untuk menyuarakan krisis iklim di Indonesia hingga dunia.

Hebatnya, mahasiswa jurusan Sastra Inggris itu telah melakukan berbagai aksi, diantaranya, #RamadhanZeroPlastic, berbagai Webinar Series, Advokasi Iklim, FGD dengan pemerintah dan stakeholder terkait, beberapa aksi demonstrasi di Jakarta hingga di Stockholm.

Terbaru, Daffa juga mewakili anak muda dari Indonesia yang menyuarakan krisis iklim di The 27th Conference of Parties of the United Nations Framework Convention on Climate Change (COP27 UNFCCC) di Sharm el-Sheikh, Mesir, 2022 lalu.

“Itu awalnya pada tahun 2021 saat pandemi, saya baru sadar bahwa keadaan lingkungan sangat berbeda, apalagi di Jakarta yang saat itu sampai bisa lihat gunung dengan langit yang bersih. Dari situ saya sadar bahwa krisis iklim banyak berdampak untuk kita,” jelas Daffa kepada Kompas.com, Minggu (21/5/2023).

Dengan demikian, Daffa mulai memilih beberapa wadah yang menampung keresahan dan aspirasi Daffa mengenai krisis iklim. Dua diantaranya yaitu pergerakan Fridays For Futur Indonesia dan mejadi Mitra Muda di United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF).

Daffa mengaku, pergerakan yang dilakukan itu bukan semata untuk menuruti minatnya saja. Namun, ada visi tersembunyi, yaitu untuk mengajak anak-anak muda di Indonesia lainnya agar lebih peduli dengan permasalahan krisis iklim. Salah satunya, dengan melakukan perubahan dari yang paling kecil.

“Anak muda itu mempunyai tanggung jawab bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk lingkungan sosial. Dengan menyadari apa yang harus dilakukan atau membuat perubahan yang lebih baik. Misalnya, kita mulai dengan membawa tas belanja atau tumbler kemana-mana,” ucap dia.

Tidak hanya itu, menurut Daffa, tidak sedikit anak-anak muda di Indonesia yang memiliki ketertarikan dengan isu krisis iklim. Hanya saja, aktivitas tersebut tidak banyak dilirik oleh berbagai pihak.

Meski demikian, Daffa tidak pantang menyerah untuk menyuarakan krisis iklim. Dirinya menyebut, memiliki beberapa cara efektif agar krisis iklim menjadi suatu isu yang digemari oleh kalangan muda.

“Yang pertama dengan media sosial. Saya rasa anak muda sangat lekat dengan media sosial, khususnya Instagram ataupun TikTok. Dengan melihat konten di media sosial, anak muda bisa lebih aware dengan isu ini,” jelas mahasiswa semester 4 itu.

Tidak hanya itu, edukasi melalui sosok percontohan atau influencer juga banyak berpengaruh untuk pergerakan anak muda. Biasanya, anak muda akan lebih tertarik dengan seorang idola yang inspiratif dan dapat mengajak ke kebaikan.

“Generasi Z itu lebih cenderung atau suka mengikuti influencer atau tren yang berlangsung. Jadi kemajuan teknologi memang sangat berperan untuk membangun mindset anak muda zaman sekarang,” ucap dia.

Kendati demikian, Daffa berpesan supaya anak-anak muda maupun generasi sebelumnya bisa lebih hidup berkesadaran, dengan mempertimbangkan permasalahan yang saat ini sedang terjadi di berbagai belahan bumi.

“Kita sepakat bahwa ini bukan hanya masalah anak muda, tapi masalah kita semua secara universal. Karena kita hidup satu planet, satu alam, Sehingga ayo mari kita lebih sadar dan aware dengan keadaan lingkungan kita,” pungkas dia.

https://regional.kompas.com/read/2023/05/22/153653078/berkenalan-dengan-daffa-praditya-anak-muda-indonesia-yang-hadiri-cop27-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke