Salin Artikel

Penyapu Koin di Jembatan Sewo Kena "Prank", Dilempar Uang Rp 15 Juta dari Pemudik yang Ternyata Mainan

Perempuan tersebut adalah Mak iye, seorang ibu penyapu koin di Jembatan Sewoharjo.

Awalnya Mak iye terlihat bahagia saat ada pemudik yang mengendarai motor melemparkan uang Rp 15 juta.

Namun uang tersebut tak dilempar ke jalan, melainkan ke sungai di bawah Jembatan Sewoharjo. Mengetahui itu Mak Iye nekat turun ke sungai yang mengalir di bawah jembatan.

Ia pun basah kuyup berusaha mengambil uang yang dibungkus di kantong plastik warna hitam.

Setelah mendapatkan uang tersebut, Mak Iye langsung girang dan berlari menuju penyapu koin lainnya. Ia memberitahu bahwa dirinya telah mendapatkan rezeki nomplok uang Rp 15 juta.

Nahas, saat dilihat lebih jelas dan teliti oleh Mak Iye, ternyata uang tersebut adalah uang mainan.

Mak Iye penyapu koin pun merasa jengkel karena telah di-prank oleh pengendara motor tersebut.

"Saya udah lompat ke sungai, udah basah-basahan, eh ternyata uangnya itu uang mainan. Padahal saya udah girang dapet rezeki nomplok," ucap dia kesal.

Menurutnya, perilaku tersebut sangat tidak baik dan tidak terpuji. Apa lagi hal tersebut dirasa mempermainkan orang yang memang susah untuk mengais rezeki.

"Gila bener tuh pemudik ngeledekin orang tua, padahal saya ini orang susah, nyapu koin di atas jembatan Sewoharjo untuk cari makan sehari-hari, tapi malah diejek begini," kata warga Desa Sukra, Kecamatan Sukra, Indramayu tersebut.

Ia mengaku kecewa kepada pemudik yang melakukan hal tersebut.

"Kecewa pasti, karena tidak menyangka sama sekali ada pemudik yang tega bohongin orang tua," katanya

"Tapi tak sudahlah mau diapain lagi, mungkin sudah jalannya seperti ini, mudah-mudahan lain waktu ada rezekinya," tambah dia.

"Tak punya kerjaan lain, daripada nganggur di rumah, tak lebih baik nyari koin di Jembatan Sewoharjo," tuturnya

"Kalau musim panen, emak biasanya suka ke sawah ikut ngarit, dan kalau musim tanam ikut tandur, tapi sekarang belum musim panen dan baru ditanami kurang lebih sebulan. Jadi gak punya kerjaan lain terpaksa nyapu koin," imbuhnya

Dalam sehari, ia bisa mendapatkan uang Rp 30.000 hingga Rp 70.000 dari hasilnya menyapu koin.

"Yak kalau ada rezeki hasil berebut koin perharinya bisa mendapatkan uang sekitaran Rp 30.000 sampai Rp 70.000. Tapi kalau musim mudik seperti saat ini perharinya bisa meraup lebih dari Rp. 100 ribu," paparnya

"Insyaallah rezeki tak ada yang tahu, Allah yang ngatur,"ucapnya

Mak Iye juga mengaku dirinya menyapu koin untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

"Daripada diam di rumah tak menghasilkan lebih baik nyapu koin, untuk menuhi kebutuhan sehari-hari," tukasnya

Mak Iye mengaku diajak sama tetangga untuk menyapu koin hingga akhirnya jadi kebiasaan.

" Yak semua berawal dari ketertarikan dan juga terdesak kebutuhan karena tak ada kerjaan, jadi milih ikut nyapu koin," kata dia.

Tradisi masyarakat sekitar

Menyapu koin sudah tradisi dan budaya masyarakat disekitaran jembatan Sewoharjo.

Setiap hari baik siang mau pun malam, di atas jembatan tersebut ada puluhan orang yang berada di pinggir jalan dengan membawa sapu lidi panjang.

Mereka mengais rejeki diatas jembatan tersebut, karena banyak pengendara yang melintas melemparkan uang receh atau koin.

Mak Iye bercerita ada yang percaya dengan memberikan uang receh di Jmebatan Sewo, maka mereka akan terhindar dari marabahaya.

"Ini tidak lepas dari dua mitos yang menyebabkan banyak pelintas jalan yang selalu melemparkan uang receh saat melintas jembatan Sewo. Kalau pengendara yang melintasi jembatan Sewoharjo tak melempar uang receh, maka selama perjalanan akan diganggu oleh makhluk halus bahkan sampai celaka," ungkapnya

Menurut Mak Iye, mitos tersebut berawal dari kisah cerita Saedah dan Saeni yakni dua orang saudara kembar yang menjadi penari ronggeng.

Saeni mengingkari perjanjiannya dan menceburkan diri kemudian berubah menjadi buaya putih.

"Mendengar anaknya berubah wujud menjadi buaya putih dan kemudian Sarkawi, ayah Saeni bersama istrinya Maemunah menceburkan diri ke Kali Sewo di bawah jembatan Sewoharjo untuk mencari anaknya tersebut," katanya.

Sementara itu Saedah terus menunggu kehadiran adik dan ayahnya di pinggir jembatan sampai akhirnya berubah wujud menjadi bambu.

"Tempat menceburkan diri Sarkawi diberi nama Balai Kambang dan kemudian tragedi tersebut membuat masyarakat ada yang meyakini penghuni Kali Sewo adalah penjelmaan keluarga Sarkawi, Maemunah dan Saeni si penari ronggeng. Sehingga untuk tolak bala dan nyawer Saeni maka banyak pelintas yang memberikan uang receh saat melintas jembatan Sewo ini," tuturnya

Lalu Mitos kedua adalah tragedi kecelakaan yang menimpa salah satu rombongan bus yang hendak membawa transmigran asal Boyolali, pada 11 Maret 1974.

Rombongan transmigran tersebut hendak menuju Sumatera Selatan.

Namun, salah satu bus yang membawa rombongan tersebut tergelincir dan masuk ke sungai dan terbakar di kali Sewo Desa Sukra Kabupaten Indramayu.

"Musibah tersebut terjadi pada pukul 04.30 dini hari. Sebanyak 67 orang yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak tewas akibat kejadian tersebut," ujarnya

Di antara rombongan yang mengalami musibah, hanya tiga anak-anak saja yang selamat.

"Semua korban yang tewas dimakamkan di dekat pemakaman umum yang terletak di dekat lokasi kejadian, dan dibuatkan monumen Pahlawan Transmigrasi," ucapnya

Untuk menghormati korban kecelakaan tersebut maka sudah menjadi tradisi bagi supir, dan penumpang yang melintas Jembatan Sewo yang melempat uang recehan di jembatan tersebut.

Momen ini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar jembatan Sewo. Maka tidak heran setiap hari setiap saat ada yang menunggu di jembatan ini

"Semenjak kejadian itu, banyak para pengendara yang melempar koin ketika melewati jembatan tersebut. Tujuannya agar diberi keselamatan selama perjalanan melintasi Jalur Pantura dari gangguan makhluk halus," ungkapnya

"Tidak jelas kapan ritual lempar koin ini mulai ada. Namun, sebagian besar masyarakat meyakini jika tradisi ini sudah ada sejak zaman Belanda," ucap dia.

Masyarakat juga sangat meyakini bahwa yang meminta atau menyapu koin di sekitar jembatan ini salah satunya adalah jelmaan makhluk halus penghuni Jembatan Sewo.

"Makanya yang lewat sini pada melempar koin. Misal dari Jakarta mau ke Surabaya, mereka pasti lempar koin, untuk memohon diselamatkan dalam perjalanannya, agar tidak mengantuk, dan lain-lain," ungkap Mak Iye.

Hingga kini, tradisi melempar koin oleh para pengendara sudah menjadi tradisi. Bahkan, yang dilempar bukan hanya uang koin saja.

"Terkadang mereka melempar lebih dari 1 koin, bahkan uang kertas dengan pecahan yang besar. Menyapu koin pun kini sudah dijadikan sebagai mata pencaharian utama bagi masyarakat di sana," ujar dia.

Artikel ini telah tayang di TribunCirebon.com dengan judul Mak Iye Penyapu Koin di Jembatan Sewoharjo Dapat Uang Rp 15 Juta, Ternyata Kena Prank

https://regional.kompas.com/read/2023/04/19/120500178/penyapu-koin-di-jembatan-sewo-kena-prank-dilempar-uang-rp-15-juta-dari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke