Salin Artikel

Potret Toleransi di Banda Aceh, Warung Makan Kawasan Pecinan Tetap Buka Selama Ramadhan

Beberapa lampion terlihat bergelantungan di bagian atas pasar yang didominasi warna merah.

Masuk semakin ke dalam suasana pagi yang riuh rendah terekam di sana.

Aktivitas mereka cuma saat jual beli kebutuhan sarapan pagi, seperti nasi plus lauk dan sayurnya, kopi dan teh serta aneka kue.

Cuma di lorong ini saja ada aktivitas sarapan pagi, selebihnya suasana pasar sepi, pasalnya ini adalah Ramadhan.

Kendati riuh rendah, tak semua pintu kedai terbuka lebar, hanya beberapa saja dengan pintu yang terbuka setengahnya.

Kawasan Peunayong Banda Aceh memang dikenal sebagai kawasan pecinan terbesar di Banda Aceh, bahkan di Provinsi Aceh.

Toleransi antarwarga begitu kental di sini.

Hal ini terbukti dengan tetap beroperasinya kedai yang dikelola oleh warga keturunan Tionghoa yang notabenenya non-muslim, untuk menyediakan sarapan pagi bagi warga non-muslim selama Ramadhan.

Namun, kedai-kedai ini diizinkan dibuka dengan batasan waktu tertentu dan pengawasan yang ketat.

"Kedai boleh dibuka hanya dari pukul 5.00 pagi hingga pukul 9.00 wib, setelah itu mereka harus tutup dan baru bisa buka lagi pada malam hari setelah acara usai salat tarawih, jika ada yang melanggar maka akan dikenakan sanksi," jelas Kho Kie Siong, Ketua Yayasan Hakka Aceh, perhimpunan masyarakat Tionghoa di Aceh, Selasa (4/4/2023).


Aktivitas kedai di pagi hari selama Ramadan di Peunayong ini sudah berlangsung lama, dan tak pernah menimbulkan kekisruhan.

"Kami hanya melayani pembeli yang non-muslim saja, kalau ada yang muslim, langsung ditolak," kata Aman, seorang penjual nasi sarapan pagi.

Bagi Aman, berjualan nasi di pagi ramadan merupakan berkah tersendiri.

"Karena di tempat lain tidak ada, jadi banyak non-muslim ke sini, tapi tetap ikut aturan, jam 9 pagi, kami sudah tutup," katanya.

Pejabat Wali Kota Banda Aceh Bakrie Siddik menyatakan, warung di kawasan pecinan diizinkan tetap buka pada pagi hari selama Ramadhan sebagai bentuk toleransi antara umat beragama. 

"Toleransi bermasyarakat yang tinggi menjadi hal utama kenyamanan dan keamanan di Aceh," ujar Bakrie di Banda Aceh, Senin (3/4/2023).

Aceh meutalo wareh, gaseh meugaseh, bila meubila, prinsip ini yang diusung Kota Banda Aceh, sebut PJ Walikota.

"Artinya Masyarakat Aceh itu bersaudara, saling mengasihi dan saling menjaga serta saling bela" ujar Bakri Siddik.

https://regional.kompas.com/read/2023/04/05/164118478/potret-toleransi-di-banda-aceh-warung-makan-kawasan-pecinan-tetap-buka

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke