Salin Artikel

"Serial Killer" Dukun Pengganda Uang di Banjarnegara, Bunuh Belasan Korban Hanya 5 Menit dengan Cairan Potas

KOMPAS.com - Kasus pembunuhan sadis yang dilakukan seorang dukun pengganda uang, bernama Tohari (45) alias Mbah Slamet terbongkar.

Awalnya pihak Polres Banjarnegara berhasil mengungkap satu kasus pembunuhan berencana yang dilakukan Slamet.

Hal ini berdasarkan laporan dari anak korban yang hilang usai menemui dan dijanjikan sejumlah uang hasil gandaan oleh Slamet.

Kapolres Banjarnegara AKBP Hendri Yulianto menjelaskan, awalnya korban berinisial PO (53) berangkat dari Sukabumi menuju rumah tersangka, Tohirin alias Mbah Slamet pada 20 Maret 2023.

Sesampai di rumah Slamet, PO menghubungi anaknya untuk siaga datang bersama polisi jika dirinya tidak dapat dihubungi.

"Ini di rumahnya Pak Slamet, buat jaga-jaga kalau umur ayah pendek. Misal ayah tidak ada kabar sampai hari Minggu, datang langsung ke lokasi bersama aparat," ucap Hendri menirukan pesan tersebut.

Setelah satu kasus itu, Hendri Yulianto menyebutkan bahwa sejumlah korban lainnya ditemukan tewas terkubur di sebuh kebun Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara.

"Korban ada lima orang. Ada yang (menyerahkan) yang Rp 30 juta, Rp 50 juta," kata Slamet saat dihadirkan dalam konferensi pers di Mapolres Banjarnegara, Senin (3/4/2023).

Tidak berhenti disitu, penemuan mayat terus bertambah menjadi 10 korban yang terkubur di dalam lubang tempat Slamet mengeksekusi para korbannya.

"Hari ini kami kembali melakukan penggalian di lokasi yang sama dengan lokasi kemarin, lahan milik pelaku," kata Kasat Reskrim Polres Banjarnegara AKP Bintoro Thio Pratama kepada wartawan, Senin.

Polisi terus melakukan penelusuran, hingga kembali ditemukan dua mayat korban Tohari alias Slamet.

"Total sampai saat ini (korbannya) 12 orang," kata Hendri di lokasi kejadian, Selasa petang.

Hingga berita ini diturunkan, Hendri pun belum dapat memastikan apakah jumlah korban akan bertambah atau tidak.

"Tidak menutup kemungkinan ada temuan lagi," katanya.

Bunuh dengan cairan beracun dalam waktu lima menit

Hendri menerangkan, tersangka yang berjanji bisa menggandakan uang ini awalnya akan mengajak para korban untuk melakukan ritual.

Slamet mengajak korban menuju kebun dengan jalan kaki sekitar 500 meter melewati jalan setapak berbatu dan perkebunan kol.

Sesampa di lokasi, tersangka memberi minuman ringan kepada korban, yang ternyata sudah dicampur cairan potas.

"Berangkat biasanya pukul 16.00 WIB. Ritual sekitar satu jam, cuma ngobrol di sini. Setelah agak malam baru disuruh minum (yang telah dicampur potas)," kata Slamet.

Menurut Slamet, korban akan tewas hanya dalam waktu lima menit setelah meminum cairan yang diberikan.

"Kalau sudah betul-betul mati baru dikubur. Kalau belum mati enggak berani ngubur," ujar Slamet yang mengaku melakukan itu seorang diri.

Selain dicampur potasium, cairan juga dicampur dengan obat penenang. Saking cepatnya reaksi campuran minuman itu, Slamet, menyebutnya sebagai cairan ajaib.

"Potas memang ajaib," ujar Slamet tanpa menjelaskan maksudnya.

Setelah memastikan korban meninggal, Slamet segera menggali lubang untuk mengubur para korban.

Mengaku dukun pengganda uang sejak 2020

Kapolres Banjarnegara AKBP Hendri Yulianto pun mengungkapkan fakta lainnya, bahwa Tohari alias Slamet sudah melancarkan aksinya sejak tahun 2020 lalu.

"Sejak 2020 pengakuannya tersangka," ujar Hendri.

Namun hingga saat ini polisi masih mendalami keterangan tersangka, pasalnya keterangan yang diberikan kerap berubah-ubah.

"Ditanya lubang ini atas nama siapa lupa," ujar Hendri.

Dari catatan Kompas.com, sebagian korban adalah pasangan suami istri, empat diantaranya berjenis kelamin perempuan.

Sumber: Kompas.com (Penulis Kontributor Banyumas, Fadlan Mukhtar Zain | Editor Robertus Belarminus, Ardi Priyatno Utomo, Khairina)

https://regional.kompas.com/read/2023/04/05/085925378/serial-killer-dukun-pengganda-uang-di-banjarnegara-bunuh-belasan-korban

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke