Salin Artikel

Kisah Mantan Akuntan Jadi Kuli Angkut Gudang, Kena Tipu Saat Coba Bisnis di Masa Pensiun

LAMPUNG, KOMPAS.com – Nasib orang siapa yang tahu. Seperti Gunawan Yudistira (60), pensiunan akuntan yang kini harus mengandalkan tenaga untuk menghidupi istri dan tiga anaknya.

Pak Gun, biasa dia disapa, bertubuh tinggi dan agak kurus. Pembawaannya tenang dengan cara bicara perlahan.

“Dari keluarga besar, cuma saya yang mirip orang keturunan,” tutur Pak Gun saat ditemui di sebuah gudang di Jalan Tirtayasa, Sabtu (18/3/2023).

Gunawan menyebut, ayahnya WNI keturunan Tionghoa dan ibu asli Muara Enim (Sumatera Selatan).

Dari “sisa-sisa” garis wajahnya, terbayang Gunawan mirip “oppa-oppa” Korea.

“Kadang karena muka saya begini, banyak yang menyangka saya banyak uang, padahal mah susah juga,” kata Pak Gun tertawa terbahak.

Gunawan mengaku baru tujuh tahun bekerja sebagai buruh panggul atau kuli angkut.

Di masa mudanya, alumnus S1 Akuntansi Universitas Tarumanegara ini lebih banyak bekerja sebagai konsultan di kantor akuntan di Jakarta. Hampir setengah umurnya dia menjadi konsultan pajak hingga auditor eksternal.

“Mulai kerja (magang) sejak kuliah, begitu lulus ditawari kerja di kantor itu,” kata Pak Gun. Dia segan menyebut nama kantor konsultan itu, karena sudah menjadi bagian masa lalunya.

“Tapi hubungan sama bos-bos lama masih baik, sekadar sapa, tanya kabar,” kata Pak Gun.

Saat memasuki masa pensiun, Gunawan memutuskan “berpetualang” ke Lampung. Berbekal tabungan dia ingin berbisnis minyak kelapa.

Saat itu, Gunawan mendapat tawaran bisnis minyak kelapa yang disebut berpotensi menggantikan posisi minyak sawit.

“Kena tipu saya. Modal udah banyak keluar, tapi bisnis nggak jalan,” kata dia. Total uang yang dia keluarkan menjelang tahun 2016, lebih dari Rp 200 juta.

Modal habis, tabungan menipis, sementara kebutuhan hidup harus terus dipenuhi.

“Mau kerja kantoran lagi, umur sudah segini, jadi ya mau nggak mau, kerja apa saja asal halal,” kata Pak Gun.

Terbiasa bekerja menggunakan otak membuat Gunawan kepayahan menggerakkan ototnya.

Dalam sehari, Gunawan hanya mampu mengangkut kurang dari 100 kilogram. Jika sudah kepayahan, dia memilih “nyecer” atau membantu mengangkut muatan ke buruh panggul.

“Sekarang sudah agak susah ngangkut-ngakut, pinggang saya agak sakit, apalagi setelah kecelakaan lalu lintas,” kata Pak Gun.

Dalam sehari, jika bongkaran muatan banyak Gunawan bisa mendapatkan upah hingga Rp 100.000. Tapi jika muatan sepi, paling banyak upah yang dia dapat dari pagi hingga sore hanya Rp 50.000.

“Yah bersyukur saja, yang terjadi, terjadilah. Sekarang yang penting anak kedua saya bisa lulus Itera (Institut Teknologi Sumatera), mau coba ambil jalur prestasi,” kata Pak Gun.

https://regional.kompas.com/read/2023/03/18/135221678/kisah-mantan-akuntan-jadi-kuli-angkut-gudang-kena-tipu-saat-coba-bisnis-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke