Salin Artikel

Ketika Rumah Terakhir di Proyek Tol Yogyakarta-Solo Rata dengan Tanah, Pemilik Sempat Tolak Rp 3,5 Miliar

Rumah tersebut berada di pinggir jalan Klaten-Boyolali, tepatnya di Desa Kahuman, Kecamatan Ngawen, Klaten.

Rumah berukuran 500 meter itu milik Setyo Subagyo. Dia sempat menolak uang ganti rugi lantaran harga dasar tanah yang dihitung tak sesuai.

Pasalnya, harga tanahnya permeter hanya Rp 2,5 juta. Namun, rumah di seberang jalan rumahnya dihargai Rp 3 juta permeternya.

Perbedaan tim appraisal di lokasi rumah Subagyo dengan rumah di depannya tak pelak membuatnya kecewa.

"Tanah di depan rumah seberang jalan saja uang ganti kerugiannya bisa Rp3 juta, sementara tanah saya dihargai lebih murah, selisih Rp500 ribu per meter," ujar Subagyo kepada TribunSolo.com, pada Januari 2023.

Subagyo pantas kecewa. Sebab, rumahnya itu berdiri di atas tanah datar. Sementara rumah di depannya malah ada jurang.

Namun, nasib sudah berkata. Dirinya memutuskan untuk menerima uang ganti rugi dengan nilai total Rp 3,5 miliar.

Serah terima Uang Ganti Rugi (UGR) itu dilakukan di Pengadilan Negeri (PN) Klaten, pada Jumat (10/3/2023) lalu.

"Iya benar. Pada selasa perwakilan pengadilan ke rumah saya. Memberitahukan intinya dana itu sudah dititipkan di pengadilan, sudah dikonsinyasi oleh BPN ke pengadilan negeri," katanya, dilansir dari TribunJogja.com.

Subagyo menjelaskan, dirinya mendapat penjelasan bahwa uang itu tidak akan naik nilainya meski sudah di meja hijau.

"Terus saya tanya, prosedur selanjutnya bagaimana, mereka bilang uang itu nilainya tidak naik atau tidak kurang sesuai keputusan awal," tambahnya.

Setelah mendapat penjelasan tersebut, Subagyo mengungkapkan dia dengan terpaksa harus menerima uang konsinyasi itu.

"Sehingga saya berpikir, kalau begitu ya sudah lah, saya terima saja tapi dengan terpaksa. Maka saya minta kalimatnya ditambahi saya terima UGR dengan terpaksa," katanya.

Dia berujar sudah meninggalkan rumahnya beberapa bulan lalu. Sebabnya, debu dan lumpur masuk ke rumah saat pengerjaan proyek.

Pembongkaran rumahnya sudah dilakukan sejak Rabu (8/3/2023). Material rumah yang sudah dibongkar yani kusen, daun pintu, teralis, jendela hingga pagar.

Subagyo menuturkan, sejumlah material rumahnya hilang saat diambil. Namun, dirinya tidak memersalahkannya karena merasa sudah rugi sejak awal.

"Saya ndak masalah. Kalau mikir kerugian ya dari harga tanah dulu sudah rugi. Tanah saya itu di pinggir jalan provinsi, per meter normalnya Rp 3 juta tapi dibeli pemerintah Rp 2,5 juta. Ya mau gimana lagi," ucap dia.

Dari pantauan TribunSolo.com, sebuah ekskavator tengah melakukan perataan tanah di lahan yang dulunya kediaman Subagyo itu.

Terlihat, puing sudah diratakan. Dari informasi yang didapat, proses perataan rumah sudah rampung sejak Minggu (12/3/2023).

Sumber: TribunSolo.com, TribunJogja.com

https://regional.kompas.com/read/2023/03/14/181028478/ketika-rumah-terakhir-di-proyek-tol-yogyakarta-solo-rata-dengan-tanah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke