Salin Artikel

Berkunjung ke Kampung Kranggan, Pusat Pembuatan Kulit Lumpia Tertua di Kota Semarang

Ternyata, selain lumpia, Kota Semarang juga memiliki kampung sentra pembuat kulit lumpia yang berdiri sejak 1980-an. Tepatnya di Kampung Kranggan, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang.

Sebagian besar warga yang tinggal Gang Kranggan Dalam itu tampak sibuk dengan adonan, wajan, dan kompor pemanas kulit lumpia. Salah satu di antaranya, rumah produksi Kulit Lumpia Bu Lilik.

Sejumlah orang sedang mengolah adonan yang terbuat dari tepung terigu, garam, minyak, dan air. Sedangkan tiga orang lainnya sudah bersiap memasak adonan menjadi kulit lumpia.

Pemilik Kulit Lumpia Bu Lilik, Desy Natali, mengaku, rumah produksi miliknya itu sudah berdiri sejak tahun 1980-an.

Dirinya menyebut, dalam satu hari, rumah produksinya ini bisa memproduksi sekitar 10.000 lembar kulit lumpia.

"Saya sekarang generasi kedua. Kalau di sini, termasuk salah satu yang tertua. Ya syukur, pembeli bisa meningkat seiring berjalannya waktu. Walaupun tidak bisa dipungkiri, saingannya juga semakin banyak," jelas Desy kepada Kompas.com, Senin (13/3/2023).

Lebih jelas Desy mengatakan, terdapat dua jenis kulit lumpia yang dijualkan di rumah produksinya itu. Yaitu kulit lumpia berukuran tanggung dan besar.

Untuk kulit lumpia tanggung, tambah Desy, dijual dengan harga Rp 45.000 per seratus lembar. Sedangkan ukuran besar, Rp 60.000 per seratus lembar.

"Banyak langganan, kalau yang di Semarang mungkin ada Lumpia Pandanaran, Lumpia Mbak Lien, Ungaran juga ada, setiap hari pasti ada yang ke sini. Ngirim juga ke Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jombang, Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta," tutur Desy.

Sementara itu, salah satu pegawai Kulit Lumpia Bu Lilik, Yayuk, mengatakan, perlu memiliki keahlian khusus dalam membuat kulit lumpia ini.

Lantaran, kulit lumpia yang sempurna harus memiliki tekstur yang halus, tipis, kering, dan tidak gosong.

"Ini yang buat harus punya keahlian, kalau orang biasa dan tidak mau belajar, ya tidak bisa. Kalau dulu saya diajarin ibunya mbak Desy," jelas Yayuk.

Dirinya mengaku, keterampilan tangan yang dia miliki itu bisa menghasilkan 2000 kulit lumpia per hari, bahkan bisa lebih dari itu di waktu-waktu tertentu.

Menurut Yayuk, peningkatan permintaan dari pembeli itu terpengaruh adanya inovasi makanan kekinian. Sepertu risol mayo, cheese stick, crispy, martabak, dan masih banyak lagi.

"Sekarang bisa buat apa-apa. Yang paling ramai pembeli biasanya waktu lebaran. Itu meningkat 3 kali lipat. Harganya juga otomatis naik," ucap dia.

Hal senada juga disampaikan oleh pemilik rumah produksi Kulit Lumpia Mbak Miya, Sumiati. Dirinya menyebut, peminat kulit lumpia saat ini terus meningkat.

"Satu hari bisa menghabiskan 4 karung tepung terigu. Setiap hari ada 8 ember adonan yang harus habis. Satu embernya 14 kilogram," ucap Sumiati.

Dengan demikian, Sumiati mengatakan, tidak sedikit anak-anak muda yang sudah berlatih untuk membuat kulit lumpia.

Dia menyebut, selain membantu, hal tersebut juga bertujuan untuk meneruskan citra khas Kampung Kranggan sebagai sentra kulit lumpia.

"Biar turun temurun. Semua orang itu bisa bikin, kalau mau belajar," pungkas dia.

https://regional.kompas.com/read/2023/03/13/195111278/berkunjung-ke-kampung-kranggan-pusat-pembuatan-kulit-lumpia-tertua-di-kota

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke