Salin Artikel

Banjir Lahat, Misnawati Lihat Rumahnya Hanyut: Tidak Ada yang Bisa Diselamatkan

Banyak keluarga yang harus mengungsi dan kehilangan harta benda karena rumahnya ikut tersapu aliran sungai yang meluap.

Satu di antaranya Misnawati (60), warga Desa Lubuk Sepang, Kecamatan Pulau Pinang.

Ia kehilangan rumahnya yang hanyut diterjang banjir bandang. Misnawati mengaku air sudah mulai masuk permukiman dan warga sudah siaga pada pukul 07.00 WIB

"Sekitar pukul 07.00 WIB air sudah kami lihat mulai masuk permukiman. Kami mulai siaga. Tiba-tiba, ada warga Desa Tanjung Sirih datang ke desa dan mengabarkan kalau air sungai pasang. Kami diminta waspada," ujarnya.

Air pun datang dengan deras hingga menghanyutkan rumahnya.

"Air cak gelombang seketika menghantam rumah dan perlahan menyeret rumah yang kami tinggali selama ini. Tidak ada harta yang bisa diselamatkan kecuali baju di badan," lanjut Misnawati.

Ia juga menceritakan, banjir kali ini adalah yang terparah.

"Banjir kali ini paling parah. Air begitu deras. saat ini puluhan rumah warga tidak bisa dihuni karena masih terendam," tutup Misnawati.

Jumari jaga rumah yang terendam

Banjir juga menerjang rumah Jumari (60) warga Desa Arahan, Kecamatan Merapi Timur.

Banjir yang menggenangi rumah memaksanya untuk mengungsikan keluarga, sedangkan Jumari sendiri harus bertahan di rumahnya.

Jumari terpaksa tinggal di rumah untuk menjaga barang berharga di rumahnya dari air yang kemungkinan makin meninggi.

"Anak dan istri saya saat ini terpaksa harus mengungsi di rumah keluarga saya yang berada di desa lain, sementara saya masih bertahan karena harus menjaga rumah dari kemungkinan terburuk," terangnya.

Jumari mengatakan, ketinggian air mencapai satu meter dan menggenang sejak Kamis sore.

"Tinggi air yang menggenang hingga 1 meter, air Sungai Lematang masuk ke rumah sejak sore tadi hingga saat ini," terang Jumari.

Ia juga tak menyangka rumahnya akan kebanjiran karena terakhir kali air menggenang adalah dua tahun yang lalu.

"Terakhir peristiwa seperti ini terjadi sekitar dua tahun lalu. Tinggi genangan air tidak jauh beda seperti ini," ungkapnya.

Jumari menambahkan, di wilayahnya hujan tak begitu lebat, sehingga banjir yang dialaminya kemungkinan banjir kiriman.

"Di sini hujan tidak begitu deras, penyebab banjir yang dialami beberapa warga di Desa Nantal karena banjir kiriman," ucapnya.

Untuk menjaga rumahnya, Jumari berjaga di depan rumah sembari menyiapkan genset digunakan apabila listrik mati.

Lintas Muara Enim - Lahat lumpuh

Banjir juga mengakibatkan kemacetan parah di Jalan Lintas Muara Enim-Lahat atau tepatnya di perbatasan Desa Arahan dan Desa Banjar Sari Kecamatan Merapi Timur Kabupaten Lahat, Kamis (9/3/2023) sore.

Kemacetan terjadi hingga lima jam, sejak pukul 18.00-23.00 WIB.

"Macet terjadi dari sebelum magrib tadi karena air Lematang yang meluap hingga ke jalan," ujar Sari, salah satu warga yang terjebak macet.

Sripoku.com melansir, air sungai yang meninggi dan aliran yang deras membuat kendaraan tak bisa melintasi jembatan.

"Airnya cukup tinggi dan deras, mobil dan motor tidak bisa lewat sehingga terjadi kemacetan yang parah," ucap Sari.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cerita Korban Banjir di Lahat: Misnawati Lihat Rumahnya Hanyut, Jumari Terpaksa Jaga Rumah Sendirian

https://regional.kompas.com/read/2023/03/10/123500578/banjir-lahat-misnawati-lihat-rumahnya-hanyut-tidak-ada-yang-bisa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke