Salin Artikel

Mencicipi Tiwul, Makanan Legendaris Khas Jawa yang Hampir Punah di Kota Semarang

Konon, tiwul pernah dijadikan sebagai makanan pengganti nasi oleh sebagian masyarakat daerah Wonogiri, Solo, Yogyakarta, Wonosobo, Ponorogo, hingga Trenggalek.

Siapa sangka, di Kota Semarang masih ada yang menjualkan makanan legendaris satu ini. Tepatnya, di pinggir jalan kawasan Sampangan, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang.

Tampak beberapa besek kukusan sedang dimasak di atas kompor. Harum mewangi aroma gula aren dan nagka memberi kesan rasa manis dan gurih.

Tak heran, hilir mudik orang bergantian memesan tiwul di warung milik Sri ini.

Penjual tiwul, Sri, menuturkan, tiwul yang dijual di warung miliknya ini memiliki berbagai varian rasa. Ada nangka, gula aren, coklat, keju, dan pisang.

Dirinya menyebut, inovasi rasa itulah yang menjadi daya tarik bagi masyarakat Kota Semarang.

"Ini kan makanan zaman dulu, yang disini mungkin jarang bahkan tidak ada. Kalau di daerah saya, ini buat makanan pokok pengganti nasi. Dulunya tiwul dimakan sama sayur. Sekarang sudah ada kemajuan, ada inovasi rasa," jelas Sri kepada Kompas.com, Selasa (7/3/2023).

Lebih jelas Sri mengatakan, perlu waktu yang cukup lama untuk membuat tiwul. Sebelum menjadi adonan kukus, Sri harus mengeringkan singkong selama 2 minggu hingga 1 bulan lebih agar menjadi tepung singkong atau gaplek.

Lantas, tepung tersebut dicampur dengan percikan air secukupnya, sehingga bisa membentuk gumpalan berupa butiran-butiran kecil.

"Setelah itu baru ditambahkan rasa, lalu dikukus. Kalau airnya sudah mendidih, dikukus 10 menit cukup," terang perempuan kelahiran Solo itu.

Dirinya menyebut, dalam satu hari, Sri bisa menghabiskan 50 hingga 60 porsi tiwul. Atau sekitar 10 kilogram tepung singkong.

Tak perlu merogoh kocek yang mahal, satu porsi tiwul dijual dengan harga Rp 13.000 hingga Rp 15.000, tergantung rasa yang dipilih.

"Sekarang yang lagi populer rasa nangka dan gula aren. Peminatnya malah banyak anak-anak remaja, orang tua juga ada," ucap dia.

Selain menjual tiwul, Sri juga menjual beberapa makanan lain seperti intip ketan, nasi ayam, dan es jelly. Untuk jam operasionalnya, buka mulai pukul 09.00 sampai 17.00 WIB.

Sementara itu, salah satu pembeli, Nur Sugiantoro, mengaku, baru pertama kali mencicipi tiwul di warung Sri.

Dirinya menyebut, makanan ini membuat dirinya bernostalgia dengan masa lalu di masa kecil.

"Sudah lama tidak makan tiwul. Makan ini kan pas zaman-zaman kecil, sudah 10 tahun lalu. Cuma dulu tidak ada yang rasa-rasa seperti nangka," jelas Nur.

Tidak hanya itu, menurut Nur, adanya penjual tiwul di Semarang ini bisa menjadi satu perantara untuk mengenalkan makanan legendaris kepada generasi muda saat ini.

"Karena lihat postingan Instagram juga, makanya jadi tahu kalau ada yang jual makanan tiwul di sini," pungkas dia.

https://regional.kompas.com/read/2023/03/07/180406678/mencicipi-tiwul-makanan-legendaris-khas-jawa-yang-hampir-punah-di-kota

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke