Salin Artikel

Orang Rimba yang Alami Ginjal Bocor, Sebulan Konsumsi Obat TBC

JAMBI, KOMPAS.com - Sebelum didiagnosa oleh dokter menderita ginjal bocor, perempuan Orang Rimba, Anik (15) selama sebulan mengonsumsi obat TBC (tuberkulosis).

Kini Anik masih menjalani terapi dengan obat Albumin dan Insulin di RSUD Kolonel Abundjani Bangko. Dia menjalani perawatan intensif di rumah sakit sejak Jumat (24/2/2023) sampai sekarang.

Bengkak pada bagian tubuhnya sudah menyusut, namun kedua bola matanya masih bengkak.

"Kata dokter ginjal bocor. Sudah dirawat 4 hari," kata Tumenggung Zuhrai saat ditemui di rumah sakit, Selasa (28/2/2023).

Ia berharap dokter bisa menyembuhkan penyakit keponakannya, sehingga bisa kembali beraktivitas secara normal.

Menurut dia, anak yang dirawat ini, sebelumnya belum pernah menderita sakit. Namun saat pemeriksaan TBC, keponakannya itu dinyatakan positif, sehingga harus menjalani terapi obat.

"Iya. Sudah sebulan minum obat TBC. Selama minum obat itu ada muntah, kata dokter yang biasa dampingi kita, itu memang efek sampingnya," kata Zuhrai.

Pihak keluarga pun meneruskan minum obat TBC. Setelah beberapa hari pasca-muntah, tubuh Anik mengalami bengkak-bengkak yang bermula dari bagian kaki bawah sampai ke paha.

"Matanya itu ada bengkak sedikit, maka kami bawak ke puskesmas. Terus dirujuk ke RS Kolonel Abundjani Bangko, karena mereka tidak punya alat," kata Tumenggung.

Kronologi

Hal senada disampaikan Sukmareni Staf Komunikasi KKI Warsi. Dia mengatakan, untuk mengelminasi penyakit TBC di kelompok Orang Rimba, Kementerian Kesehatan dan Warsi, selaku NGO yang fokus terhadap pemberdayaan Orang Rimba melakukan pendeteksian TBC di beberapa kelompok Orang Rimba, termasuk kelompok Tumenggung Minan.

Hasil pemeriksaan, ada 11 anak Orang Rimba di kelompok Tumenggung Minan yang tinggal di perkebunan sawit milik masyarakat Desa Rejosari, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi, positif TBC.

Setelah melakukan komitmen bersama dengan orangtua, anak-anak Orang Rimba diberikan obat terapi TBC, yang dimulai Januari lalu.

Setelah sebulan berjalan, anak-anak Orang Rimba tidak mengalami efek samping obat selama masa terapi. Berbeda dengan Anik, yang mengalami muntah-muntah.

"Anik dilaporkan pendamping kita di lapangan mengalami muntah setelah mengonsumsi obat terapi TBC, namun karena obat ini sifatnya tidak boleh putus (berhenti), maka meskipun muntah, tetap harus minum obat," kata Reni menjelaskan.

Berdasarkan keterangan dokter, terapi TBC memang tidak boleh berhenti. Apabila berhenti maka berpotensi tidak sembuh.

Meskipun muntah, Anik tetap disarankan minum obat. Beberapa hari kemudian, tubuhnya mengalami bengkak. Dia pun dibawa ke puskesmas dan dirujuk ke RSUD Kolonel Abundjani Bangko.

"Diagnosa dokter memang ginjal bocor. Tapi belum ada kesimpulan, apakah penyebabkan karena mengonsumsi obat TBC, atau ada penyebab lain. Dokter masih akan melakukan pemeriksaan lanjutan," kata Reni.

Untuk kondisi anak di rumah sakit sudah mendapatkan perawatan medis dari dokter spesialis penyakit dalam. Obat yang telah diberikan obat ginjal berupa Albumin dan Insulin.

Kelompok Orang Rimba yang tinggal di Desa Rejorasi ini, memang rentan terhadap penyakit. Di antaranya meninggal dunia karena TBC 1 orang dan meninggal karena kanker mulut 1 orang.

Terakhir ini ditemukan kasus ginjal bocor, yakni Anik yang kini masih menjalani perawatan. Kasus penyakit ginjal yang menyerang Orang Rimba, dari data Warsi bukan yang pertama.

"Sebelumnya ada kelompok Orang Rimba di Sarolangun yang menderita ginjal dan meninggal dunia," tutup Reni.

https://regional.kompas.com/read/2023/03/01/065629978/orang-rimba-yang-alami-ginjal-bocor-sebulan-konsumsi-obat-tbc

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke