Salin Artikel

Lansia Korban Banjir Solo Bawa Cucu Mengungsi ke Kantor Kelurahan, Teringat Banjir Besar 2007

Dia membawa satu-satunya harta yang paling berharga, yakni cucunya, Elis, yang kini duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Dilansir TribunSolo, Supraptini merupakan satu dari 40 lansia yang mengungsi di kelurahan akibat banjir Solo.

Supraptini mengungkapkan, dia terpaksa mengungsi karena rumahnya yang berada di kawasan Bengawan Solo terendam air.

"Dalam rumah selutut lebih," tuturnya kepada TribunSolo.com.

Warga RT 2 RW 3 ini mengaku, dirinya tak menyangka banjir akan datang begitu cepat, dan langsung teringat banjir separah ini pernah terjadi belasan tahun silam.

"Deg-degan. Biasanya tidak kebanjiran, ini kebanjiran ya deg-degan. Kayak tahun 2007 dulu," terangnya.

Bagi Supraptini, rumah di pinggir kali tersebut berarti baginya. Sebab, dia mendiami bersama anak, menantu, dan cucunya.

Saat ini, keluarganya hanya mengandalkan putranya Teguh yang menjadi tukang becak. Juga menantunya, Fajar Triyono yang berprofesi sebagai buruh harian lepas.

"Anak saya becak. Menantu buruh harian lepas. Kadang dapat kadang enggak," jelasnya.

Sementara dia dan cucunya harus bermalam di Kelurahan Gandekan, anak serta menantunya menunggui rumah yang kebanjiran.

Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Kebanjiran, Lansia Harus Bermalam di Kantor Kelurahan Gandekan Solo, Terbayang Banjir Besar 2007

https://regional.kompas.com/read/2023/02/17/110203978/lansia-korban-banjir-solo-bawa-cucu-mengungsi-ke-kantor-kelurahan-teringat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke