Salin Artikel

Saat Kota Solo Hujan Selama 8 Jam: Total 18.905 Warga di 15 Kelurahan Dikepung Banjir

Ribuan warga yang terbagi dari 15 kelurahan ini, menjadi saksi malam penuh genangan di kawasan pemukimannya, pada Kamis (16/2/2023).

Kejadian ini berawal pukul 14.00 WIB, saat awan di atas Kota Solo, mulai menghitam dan menurunkan air hujan yang deras. Kondisi ini, berlangsung hingga malam hari, sekitar pukul 22.30 WIB.

Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo, ribuan warga terdampak terbagi di 4 kecamatan yakni Kecamatan Jebres, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Serengan dan Kecamatan Laweyan. Dan hanya, menyisakan satu kecamatan Banjarsari, yang tidak terdampak banjir.

Kemudian, selama kurun waktu sekitar delapan jam hujan,, para warga di 15 kelurahan, yakni, Bumi, Joyotakan, Sangkrah, Semanggi, Kedung Lumbu, Joyosuran, Mojo, Pasar Kliwon, Sewu, Sudiroprajan, Pucang sawit, Jagalan Gandekan, Jebres dan Panjang, harus berjibaku dengan air hujan.

Ribuan warga ini tampak gusar tak tenang dan berbondong-bondong mencari lokasi aman untuk berlindung, seperti di Kantor Kelurahan, Masjid hingga Sekolah Dasar.

Meskipun sebagaian warga bisa menyelamatkan barang berharganya. Akan tetapi, banyak dari mereka, juga tak sempat menyelamatkan barang-barangnya, seperti peralatan elektronik hingga sepeda motor.

Seperti halnya, di Kelurahan Jagalan, total ada RW 14, RW 15, dan RW 5, dengan total kurang lebih 700 orang, harus merasakan kado air banjir warna coklat tersebut.

Air yang sudah bercampur dengan banyaknya bakteri itu dengan kurun waktu 15 menit, naik ke rumah-rumah warga. Dalam waktu singkat itu, para warga harus rela terendam air kotor dengan tinggi kisaran 1 meter hingga 1,5 meter atau sedada orang dewasa.

"Lima belas menit air naik terus tergenang beberapa titik. Sekitar, hampir 700-an jiwa dari tiga RW," kata Lurah Jagalan, Irjanto Yudha Andika, Kamis (16/2/2023), sore.

Kondisi terendamnya Kota Solo itu, diperparah dengan intensitas hujan deras juga terjadi dikawasan Solo Raya, kurang maksimalnya pompa air dan dibukanya pintu air Waduk Gajah Mungkur (WGM).

Dari pengakuan warga Kelurahan Jagalan, Joko Susilo (60) mengatakan banjir kali ini terparah dari 2007, lalu. Karena mengharuskan dirinya mengungsi ke rumah saudaranya.

"Ketinggian sampai satu meter tadi. Rencananya nanti ngungsi ke rumah saudara. Ini banjir paling parah setelah 2007 lalu," katanya, Kamis (16/2/2023).

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo, Nico Agus Putranto, mengatakan disela-sela proses evakuasi warga. Pihaknya, berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan Pemerintah Desa, untuk membuat posko pengungsian secara darurat dan dapur umum.

"Pengungsian sudah didirikan dimasing-masing kelurahan ada disekolah juga. Dapur umum sementara ini sudah di pool semua di Kelurahan Jagalan, semua logistik juga disana dari Dinas Sosial," kata Nico Agus Putranto, Kamis (16/2/2023), malam.

Dapur umum juga didirikan secara mandiri oleh relawan-relawan, seperti halnya di Kelurahan Joyotakan dan Kelurahan Jalan Yosodipuro.

"Kami kirimkan personel dan perahu karet untuk evakuasi warga di Gandekan. Kemudian juga proses distribusi logistik ke kelurahan-kelurahan seperti di Kelurahan Joyosuran. Untuk dapur umum, sementara ini kita siapkan di markas PMI Solo, kemudian di Joyosuran, Gandekan, dan Sudiroprajan," jelas CEO PMI Surakarta, Sumartono Hadinoto, Kamis (16/2/2023).

https://regional.kompas.com/read/2023/02/17/065739978/saat-kota-solo-hujan-selama-8-jam-total-18905-warga-di-15-kelurahan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke