Salin Artikel

"Pak Jokowi, Kami Sudah Lelah Belajar Pakai Lampu Minyak Tanah, Tolong Kasih Kami Listrik"

Bocah berusia 11 tahun itu juga tak lupa mengisi minyak tanah di dalam sebuah alat penerangan sederhana yang biasa disebut lampu minyak tanah.

Lampu ini terbuat dari kaleng bekas yang dilengkapi sumbu. Kaleng itu diisi minyak tanah, sumbu kemudian dicelupkan hingga ke dasar kaleng. Ujung sumbu pun dinyalakan.

Tak hanya rumah Paola, warga lain juga mengandalkan lampu minyak tanah untuk penerangan. Jika tidak, mereka melewati malam dalam keadaan gelap gulita.

Paola tinggal di Kampung Wulokolong, Desa Lamatutu, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia merupakan siswa kelas IV Sekolah Dasar Inpres (SDI) Bou.

Di kampung itu, Paola tidak sendiri, ada juga beberapa siswa lain yang mengenyam pendidikan di SDI Bou.

Di antaranya, Simon Petrus Waiklak (12), Yohanes Kopong (13), Dominika Waiklak (10), Katarina Lerek Lamabewa (6), Maksimus Lamabewa (8), dan beberapa siswa lain.

"Di sini ada 12 orang yang sekolah di SDI Bou jadi kalau kami ke sekolah selalu sama-sama. Kebetulan malam ini jadwalnya di saya punya rumah untuk belajar bersama," ucap Paola saat ditemui, Rabu (8/2/2023) malam.

Suasana belajar malam itu sungguh memilukan. Mereka harus duduk berdempetan agar kebagian cahaya lampu. Sebab cukup sulit bagi mereka untuk membaca dan menulis.

"Kami kalau malam sangat sulit belajar, kami butuh listrik di sini. Kami mohon bantuan dari pemerintah," pinta Yohanes.

Siswa lain, Katarina dan Dominika mengungkapkan hal senada. Mereka berharap Presiden Joko Widodo bisa membangun jaringan listrik ke kampung mereka.

"Pak Jokowi tolong bantu kami, kami sudah lelah belajar pakai lampu minyak tanah. Tolong kasih kami listrik," ucap keduanya.


Warga Kampung Wulokolong, Benediktus mengatakan, ketiadaan penerangan listrik membuat aktivitas warga terbatas. Apalagi, para siswa yang hendak belajar di malam hari.

Ditambah lagi akses jalan yang tidak bisa dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat. Kondisi ini, lanjutnya, membuat para siswa dari kampung itu memilih berhenti bersekolah.

"Banyak yang tidak mau sekolah dan memilih kerja kebun. Ada juga yang merantau ke daerah lain. Ini lah kondisi yang kami alami di sini," ujarnya.

Ketua RT 16 Wulokolong Simon Sake Lamabewa menyebut, kampung itu dihuni 17 kepala keluarga (KK) dengan total populasi 65 jiwa.

Warga beberapa kali mengusulkan pembangunan jaringan listrik ke kampung itu melalui pemerintah desa setempat.

Hingga saat ini, belum ada jawaban dari pemerintah maupun Perusahaan Listrik Negara (PLN) Flores bagian timur.

"Kami hanya bisa berharap kampung ini bisa mendapat perhatian dari pemerintah. Karena di sini ada kehidupan dan generasi masa depan bangsa, khususnya Flores Timur," ucapnya.

https://regional.kompas.com/read/2023/02/09/191008178/pak-jokowi-kami-sudah-lelah-belajar-pakai-lampu-minyak-tanah-tolong-kasih

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke