Salin Artikel

Kelenteng Tertua di Yogyakarta Siap Gelar Ibadah Imlek, Tak Ada Pembatasan

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kelenteng Kwan Tee Kiong atau lebih akrab dikenal Kelenteng Poncowinatan oleh masyarakat Yogyakarta menjadi kelenteng tertua di Kota Gudeg ini.

Tahun 1881, kelenteng ini berdiri, atau tepatnya saat Hamengku Buwono VII bertakhta sebagai Raja Keraton Yogyakarta.

Kelenteng yang berada di Jalan Poncowinatan, Kota Yogyakarta, ini tepatnya berada di  belakang Pasar Kranggan.

Karena dekat dengan kegiatan ekonomi, kawasan kelenteng ini ramai tiap hari, bahkan halaman kelenteng juga digunakan sebagai parkir Pasar Kranggan.

Saat masuk ke dalam ruangan, wangi hio semerbak di seluruh ruangan kelenteng.

Hio digantung di sudut-sudut kelenteng dan diberi wadah berbentuk bundar seperti nampan yang bertujuan untuk wadah abu dari hio.

Hio yang digantung juga berbentuk unik, hio warna merah ini melingkar lingkar hingga berbentuk seperti kerucut.

Dibangun sejak 142 tahun yang lalu, bangunan kelenteng masih kokoh berdiri sampai sekarang.

Arsitekturnya masih asli, kayu-kayu berukuran sebagai tiang penyangga altar masih kokoh berdiri, tak tampak ada paku pada sambungan-sambungan kayu jati.

Walaupun sempat dihantam gempa besar para 2006 silam, kelenteng tetap berdiri kokoh, hanya ada satu pilar yang mengalami pergeseran lebih kurang 1 inci.

Layaknya arsitektur China, di bagian atap kelenteng terdapat ornamen-ornamen naga, bangunan tengah yakni di altar utama didominasi warna merah.

Pada bagian atas altar utama ukiran-ukiran juga masih terawat dengan baik.

"Iya ini dibangun sejak tahun 1881, dan sudah termasuk cagar budaya di Kota Yogyakarta," kata Eka Putra, seorang pengurus kelenteng, saat ditemui Senin (16/1/2023).

Kelenteng Poncowinatan memiliki 2 lantai dengan total 18 altar, ada altar utama dengan patung Kwan Tie Koen yang dipercaya sebagai dewa keadilan.

Di sisi samping ruang utama terdapat sumur yang menurut Eka tidak pernah kering dari kelenteng dibangun hingga sekarang.

Kelenteng ini juga biasa digunakan oleh 3 kepercayaan, yaitu Buddha, Konghuchu, dan Taoisme.

"Saat Waisak ada umat Buddha yang mau sembahyang ya monggo," kata dia.

Menjelang Imlek, kelenteng sudah mulai dibersihkan oleh komunitas dan umat yang akan beribadah.

Ibadah Imlek biasanya ramai pada 2 hari sebelum hari raya. Pada saat Imlek, hanya beberapa umat yang beribadah.

"Tahun ini kan Imlek tanggal 22 Januari. Biasanya ramai itu dari tanggal 20, 21, 22, kalau 22 biasanya hanya beberapa saja karena kebanyakan untuk berkumpul dengan keluarga," kata dia.

Saat malam Imlek, umat berdatangan dari berbagai daerah, bagi yang tidak bisa hadir untuk sembahyang atau menyumbang, umat bisa menitip ke pengurus.

"Biasanya kan menyalakan lilin, kalau yang sudah nyumbang dan tidak bisa hadir bisa video call untuk mengetahui langsung kalau lilinnya sudah dinyalakan," katanya.

Kini, Kelenteng Poncowinatan siap untuk menyambut umat yang akan beribadah saat Imlek, mengingat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sudah dihapus oleh pemerintah pusat.

"Sudah tidak ada pembatasan, mau pakai masker monggo, enggak juga enggak apa-apa," kata dia.

https://regional.kompas.com/read/2023/01/17/070114678/kelenteng-tertua-di-yogyakarta-siap-gelar-ibadah-imlek-tak-ada-pembatasan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke