Salin Artikel

Misteri Gunung Mereki Gorontalo Terkuak, Citra Google Earth Tunjukkan Terdapat Longsor Besar

GORONTALO, KOMPAS.com – Beberapa misteri yang menakutkan warga Desa Pelita Hijau Kecamatan Bone Pantai, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo mulai terkuat.

Misteri ini adalah adanya suara dan gerakan tanah bagian atas Gunung Mereki serta berubahnya Sungai Aladi yang jernih menjadi keruh kecoklatan.

Padahal sehari-hari warga bergantung pada air sungai ini untuk kegiatan rumah tangga atau lainnya.

Karena penasaran dengan misteri ini, sejumlah Pemerintah Desa Pelita Hijau, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bone Bolango dan Camat Bone Pantai mengecek di bagian atas yang menjadi sumber suara aneh.

Sebelumnya, warga juga secara mandiri melakukan pengecekan ke area ini. Bahkan rombongan warga ini menemukan tumpukan batuan seperti longsoran yang di bawahnya masih menyimpan air.

Mereka juga mendokumentasikan fenomena alam ini dengan kamera ponsel.

“Kami masyarakat Desa Pelita Hijau sudah mengecek langsung apa yang menjadi laporan warga terkait gerakan tanah bercampur lumpur yang membuat Sungai Aladi keruh terus-menerus. Kami 10 orang pukul 9 pagi masuk hutan naik ke Gunung Mereki dipimpin Kepala Dusun 1,” kata Abdul Rahman Barisi dalam akun media sosialnya.

Perjalanan warga ini cukup berat karena menyusuri hutan yang jalannya menanjak. Tepat pukul 13.00 Wita rombongan warga ini mencapai puncak.

Di puncak Gunung Mereki mereka menemukan kondisi tanah yang terbelah-belah seluas dua hektar.

Mereka juga melihat langsung ada gerakan tanah yang bercampur lumpur mengalir ke Sungai Aladi, ini yang menyebabkan sungai ini keruh terus.

Abdul Rahman Barisi dan rombongan juga menemukan tumpukan lumpur seluas setengah hektar di bawa puncak Gunung Mereki, sekitar 300 meter dari sungai Aladi.

“Kami khawatir tumpukan lumpur dan material lainnya di puncak Gunung Mereki dapat menutupi Sungai Aladi, dan memicu longsor yang lebih besar,” ujar Abdul Rahman.

Warga cemas jika Sungai Aladi tertutup maka bencana besar akan menimpa desa-desa yang berada di bagian bawah. Mereka meminta pemerinta segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah ini.

Merespon kondisi ini, Hasan Arif seorang Pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG) Pertama Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Gorontalo mengatakan dalam beberapa hari saat warga desa resah akibat gerakan tanah di Gunung Mereki tidak ada catatan seismik di wilayah tersebut.

“Kami coba telusuri lagi, kalaupun ada aktivitas seismik mungkin kecil. Sedangkan seismograf terdekat dari lokasi berada di Kantor BKD Provinsi Gorontalo,” kata Hasan Arif, Sabtu (7/1/2023).

Hasan Arif menggunakan memeriksa lokasi dengan menggunakan citra google, dari pengamatan ini terlihat ada longsor yang sangat besar di lokasi tersebut.

“Yang paling mungkin itu longsor, tapi kalau ada ledakan (seperti bom) ini juga banyak kemungkinan. Kalau longsor bunyinya gemuruh seperti petir,” ujar Hasan Arif.

Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Gorontalo Gandamana Matondang juga menjelaskan dari data yang dimiliki, gempa paling dekat dengan kejadian longsor di Bone Pantai sesuai koordinat ada di tanggal 26 Desember 2022 pukul 19:19:48 Wita dengan Magnitudo 2,5 pada kedalaman 4 Km.

“Gempa pada 0,4699 lintang utara 123,5032 bujur timur ini merupakan gempa tektonik kecil yang Magnitudo tersebut kecil kemungkinan memicu longsor,” kata Gandamana Matondang.

Ia menjelaskan pada citra Google Earth bulan Mei 2020 daerah yang diduga longsor masih tertutup vegetasi atau berwarna hijau.

Pada citra Google Earth bulan Oktober 2021 tutupan lahannya sudah berubah, sebagian  ada yang berwarna cokelat.

“Mungkin dalam kurun waktu tersebut terjadi longsor,” ujar Gandamana Matondang.

https://regional.kompas.com/read/2023/01/08/060000378/misteri-gunung-mereki-gorontalo-terkuak-citra-google-earth-tunjukkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke