KOMPAS.com - Tembang Gambuh adalah salah satu judul dari tembang macapat. Dimana, Tembang macapat adalah sastra Jawa yang berbentuk puisi atau tembang.
Tembang gambuh merupakan tembang yang menggambarkan keadaan manusia yang membangun rumah tangga menuju keluarga yang saling melengkapi dan harmonis.
Gambuh berasal dari istilah bahasa Jawa, yaitu tambuh, embuh, jumbuh yang bermakna tepat, cocok, atau sesuai.
Sepertihal tempat macapat lainnya, tembang gambuh memiliki watak dan aturan atau paugeran.
Berikut ini adalah watak, aturan atau paugeran, dan contoh tembang Gambuh.
Tembang Gambuh
Watak Tembang Gambuh
Watak tembang macapat digunakan sebagai acuan untuk membuat lirik lagu meskipun seringkali tidak berlaku secara mutlak.
Tembang gambuh mempunyai watak kekeluargaan, kerukunan, dan kebersamaan makhluk sosial.
Watak tersebut dapat membangun rasa persaudaraan dan kekerabatan satu dengan yang lainnya. Sedangkan, karakternya jelas, yaitu tidak ragu-ragu dan wajar.
Aturan atau Paugeran Tembang Gambuh
Setiap tembang macapat mempunyai aturan atau paugeran yang berbeda, tak terkecuali dengan tembang gambuh.
Paugeran berfungsi menjadi ciri-ciri pada setiap tembang macapat.
Paugeran ini mengacu pada jumlah baris (guru gatra), jumlah suku kata (guru wilangan), dan vokal (guru lagu).
1. Guru Gatra
Guru gatra tembang Gambuh dalah lima baris. Artinya, ada lima baris dalam setiap satu bait tembang ini.
2. Guru Wilangan
Guru wilangan berupa jumlah suku kata dalam setiap baris. Guru wilangan tembang Gambuh adalah 7, 10, 12, 8, 8.
Artinya, baris atau lirik pertama tembang Gambuh berjumlah tujuh baris dan baris atau lirik kedua berjumlah sebanyak sepuluh baris.
Baris atau lirik ketiga tembang ini berjumlah dua belas baris, baris atau lirik keempat berjumlah delapan baris, dan baris atau lirik kelima berjumlah delapan baris.
3. Guru Lagu
Guru lagu adalah jatuhnya vokal pada akhir kata di setiap baris.
Tembang Gambuh memiliki guru lagu "U, U, I, U, O".
Artinya pada lirik tembang pertama ini berakhir pada huruf cokal "U", lirik tebang kedua berakhir pada huruf "U", dan pada lirik tembang ketiga berakhir pada huruf "I".
Kemudian pada lirik tembang keempat berakhir pada huruf "U" dan lirik tembang kelima berakhir pada huruf "O".
Contoh Tembang Gambuh
Sekar gambuh ping catur,
Kang cinatur polah kang kalantur,
Tanpa tutur katula-tula katali,
Kadalu warsa kapatuh,
Katutuh pan dadi awon.
Rasaning tyas kayungyung,
Angayomi lukitaning kalbu,
Gambir wana kalawan hening ing ati,
Kabekta kudu pinutur,
Sumingkiringreh tyas mirong.
Den samya amituhu,
Ing sajroning jaman kala bendhu,
Yogya sampeyan yuda hardaning ati,
Kang anuntun mring pakewuh,
Uwohing pangawe awon.
Ngajapa tyas rahayu,
Ngayomana sasameng tumuwuh,
Wahanane ngendhakke angkara klindhih,
Ngendhangken pakarti dudu,
Dinulu luwar tibengdoh
Beda kang ngaji pumpung,
Nir waspada rubedane tutut,
Kakanthilan manggon anggung atur wuri,
Tyas riwut ruwet dahuru,
Korup sinerung angoroh.
Ilang budayanipun,
Tanpa bayu weyane ngalumpuk,
Sakciptane wardaya ambebayani,
Ubayane nora payu,
Kari ketaman pakewuh
Demikian watak, aturan atau paugeran, dan contoh tembang Gambuh.
Sumber:
www.academia.edu
adjar.grid.id
www.sonora.id
jbbudaya.jogjabelajar.org
https://regional.kompas.com/read/2022/12/13/165100678/tembang-gambuh-watak-aturan-dan-contoh