Salin Artikel

Derita Warga Terdampak Rob, Dimiskinkan Keadaan hingga Kenangan Masa Lalu yang Direnggut Air laut

Puluhan desa di empat kecamatan Kabupaten Demak terancam hilang ditelan air laut. Misalnya, di Kecamatan Sayung ada 14 desa yang diterjang rob hampir setiap hari. Desa-desa tersebut yakni Bedono, Purwosari, Sriwulan, Sidogemah,Timbulsloko, Surodadi, Banjarsari, Sidorejo, Gemulak, Tugu, Loireng, Sayung, Tambakroto dan Kalisari.

Sementara dari Kecamatan Karangtengah ada 2 desa yakni Tambakbulusan dan Wonoagung. Lalu Kecamatan Bonang ada 5 desa yaitu Margolinduk, Morodemak, Purworejo, Tridonorejo dan Gebang. Selanjutnya, Kecamatan Wedung ada 3 desa yakni, Dukuh Siklenting dan Onggojoyo di Desa Wedung, Kedung Mutih dan Babalan.

Rob yang makin menggila melanda pesisir Utara Demak sejak 2005 bahkan sudah menenggelamkan Dukuh Rejosari dan Dukuh Tambaksari di Desa Bedono Kecamatan Sayung.

Ratusan keluarga pun berangsur pindah baik menetap secara permanen maupun mengontrak atau kos di tempat lain. Lalu pada tahun 2010 semua warga pindah karena desa sudah benar-benar tertutup air laut.

Makin banyak warga pesisir Utara Demak yang terenggut kebahagiaannya karena harus kehilangan rumah dan harta benda akibat gempuran rob.

Tak hanya itu, air laut juga menghempaskan kenangan masa lalu saat lingkungan rumah mereka masih berupa lahan hijau dengan berbagai tanaman semak perdu maupun pohon peneduh lain.

Pekik kegembiraan para pemuda di desa pesisir yang biasanya tumpah ruah saat melenggang di arena olah raga sontak menjadi senyap ketika tak ada lagi lahan untuk menyalurkan tenaga dan semangatnya.

Jika kita berkunjung ke rumah mereka yang terdampak rob, suguhan pemandangan utama adalah raut tertekan. Mayoritas rumah rumah terdampak rob tak lagi utuh sebab keropos terkikis air asin.

Dwi Listyowati (41) warga Perumahan Pondok Raden Patah, Desa Sriwulan, Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, hanya bisa mengenang masa kecilnya yang penuh suka cita saat lingkungan sekitar tempat tinggalnya masih hijau oleh hamparan sawah dan padang semak perdu.

"Dulu jika hendak ke Pantai Morosari, kami jalan kaki atau naik sepeda. Cuma 2 kilometer jaraknya. Sekarang jalannya sudah jadi laut semua," ungkapnya beberapa waktu lalu. 

Jangankan untuk berjalan-jalan, akses menuju keluar dari permukiman saja begitu sulit. Hal ini karena hampir setiap hari air setinggi lutut orang dewasa menggenangi jalanan. Bahkan pernah lebih tinggi dari itu. 

Suami Dwi, Agung Mulyono (41) mengatakan awalnya rumahnya terdiri dari 2 lantai kini. Namun saat ini hanya tinggal lantai atas karena  lantai dasar penuh air. Akhirnya dia terpaksa menimbun lantai dasar rumahnya dengan padas setinggi 3 meter.

"Bisa dibayangkan berapa ongkos yang harus kami keluarkan tiap tahun untuk biaya meninggikan rumah. Padahal penghasilan kami juga tidak menentu," ungkap Agung.

Sebenarnya dia juga ingin pindah ke lokasi yang lebih baik. Namun, apa daya mereka tak memiliki modal untuk membangun rumah di tempat baru.

Derita akibat ulah rob juga dialami oleh para anak. Pasalnya lahan bermain mereka sudah berubah menjadi lautan. Mereka tak tahu lagi harus kemana untuk bermain bola, bersepeda atau melakukan hal lainnya. 

Anak-anak yang kangen berkumpul dengan teman-temannya. Kini mereka hanya bisa duduk mencangkung sambil memancing di depan rumah masing-masing. Tak ada sorot kegirangan di mata mereka.

Banjir rob juga membuat puluhan sekolah-sekolah terendam. Meski sudah ada renovasi atau pembangunan ruang kelas baru tapi etap saja lingkungan sekitar sekolah masih dikepung oleh banjir. Sekolah harus dibangun ulang dengan model panggung.

Masyarakat masih menunggu realisasi tanggul laut sepanjang 15 kilometer yang digagas pemerintah melalui Kementerian PUPR. Tanggul laut tersebut rencananya akan melintasi 4 kecamatan terdampak rob yakni Kecamatan Sayung, Karangtengah, Bonang dan Wedung.

https://regional.kompas.com/read/2022/12/13/130644078/derita-warga-terdampak-rob-dimiskinkan-keadaan-hingga-kenangan-masa-lalu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke