Salin Artikel

Pimpinan Ponpes Bantah Santrinya Dianiaya: Hanya Ribut Biasa, Kerah Bajunya Ditarik

BANYUASIN, KOMPAS.com - Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Izzatuna Banyuasin membantah telah terjadi keributan antarsantri hingga menyebabkan MF (12) dianiaya sampai menjalani perawatan di rumah sakit.

Menurut Ketua Yayasan Izzatuna, Muhammad Kosasi, keributan antara MF dan NA (17) selaku kakak kelasnya itu berlangsung pada Minggu (7/8/2022). Namun, ketika itu NA hanya mencengkram kerah baju korban.

“NA membantah memukul MF, hanya sebatas mencengkram baju MF saja dan keributan itu sudah dimusyawarahkan. NA juga sudah kita berikan teguran,” kata Kosasi saat memberikan keterangan pers, Senin (24/10/2022).

Kosasi menjelaskan, pada Selasa (18/10/2022), MF meminta izin pulang dijemput orangtuanya dengan alasan sakit.

Kemudian, pihak keluarga dari korban pun menghubungi wali asrama menanyakan kondisi MF yang mengalami sakit perut dan muntah-muntah.

“Wali asrama lalu menjelaskan bahwa tidak ada keributan apapun saat MF pulang. Namun memang ada pertengkaran pada 7 Agustus lalu dan sudah diselesaikan pihak pondok,” ujarnya.

Selanjutnya, pada Kamis (20/10/2022), pihak Pondok bersama NA berkunjung ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Palembang untuk membesuk korban.

Dalam pertemuan itu, keluarga menyambut baik dan terjadi perdamaian antara kedua belah pihak.

Namun, pihak pondok terkejut mendapatkan kabar pihak keluarga NA bermaksud hendak melanjutkan kejadian itu ke ranah hukum.

“Padahal saat mediasi berlangsung pihak keluarga sudah memaafkan dan permasalahan ini kami kira sudah selesai,” beber dia.

Sementara itu, Novel Suwa, kuasa hukum dari NA juga membantah bahwa kliennya telah melakukan pemukulan terhadap MF.

“Hanya keributan biasa persoalan kain, sehingga terjadilah perkelahian. Tapi kejadiannya sudah 7 Agustus, baru sekarang diramaikan,” ungkapnya.

Novel pun mengaku, sebetulnya kasus itu telah diselesaikan secara kekeluargaan antara pelaku dan korban. 

“Dia hanya menarik kerah baju, kejadian pemukulan 7 Agustus baru viral sekarang logika saja,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, MF (12), seorang santri di salah satu pondok pesantren di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, harus dirawat di rumah sakit karena dianiaya seniornya.

MF saat ini menjalani perawatan di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Palembang lantaran mengalami luka memar di sejumlah bagian tubuh.

Ermawati (49), ibu kandung korban mengatakan, awalnya MF menelepon ke rumah dan meminta dijemput di pondok pesantren karena mengaku sakit.

https://regional.kompas.com/read/2022/10/24/174917378/pimpinan-ponpes-bantah-santrinya-dianiaya-hanya-ribut-biasa-kerah-bajunya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke