Salin Artikel

Cerita Suwarjan soal Sulitnya Jadi Petani Jagung: Saat Panen Harga Turun, Ketika Masa Tanam Bibit Mahal

Begitupun para petani yang berada di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Mereka mayoritas menanam padi dan jagung secara bergantian sebagai bahan pokok utama.

Namun, nasib mereka sebagai petani tampaknya jauh dari kata makmur. Mereka yang berangkat pagi dan pulang sore mengeluhkan ongkos produksi yang dikeluarkan.

Suwarjan, Petani asal Desa Jepangrejo Kecamatan Blora,  mengaku untuk saat ini dirinya menanam jagung sebagai komoditas utama di lahan pertanian miliknya. Apabila ditotal, biaya produksi yang dikeluarkan untuk menanam jagung sekitar Rp 475.000.

Biaya produksi tersebut meliputi pembelian bibit jagung yang seharga Rp 65.000 per kilogramnya. Kemudian, dirinya juga menggunakan obat pembasmi rumput seharga Rp 100.000

"Belum lagi biaya ongkos kerja membuat lahan jagung, Rp 150.000, pembelian pupuk jenis urea persaknya Rp 160.000 dan Ponska seharga Rp 150.000," ucap dia kepada kompas.com, Rabu (19/10/2022).

Dia mengatakan, harga jagung per hari Rabu (19/10/2022) kemarin berada di kisaran Rp 2.600 per kilogramnya. Apabila jagung tersebut dijual, dirinya hanya memperoleh uang sebanyak Rp 429.000. Karena biasanya, dalam sekali panen lahan pertaniannya hanya mampu menghasilkan 165 kilogram jagung.

Diketahui, beberapa hari belakangan ini wilayah Blora, Jawa Tengah sering terjadi hujan deras. Akibatnya, sejumlah wilayah terendam banjir, termasuk lahan-lahan pertanian.

Menurutnya, berprofesi sebagai petani saat ini bukanlah pekerjaan yang menguntungkan. Sebab, dalam beberapa tahun belakangan, petani hampir selalu dirugikan dengan segala jenis permasalahannya.

Bahkan, ketika musim panen tiba, harga bahan pokok yang mereka hasilkan cenderung mengalami penurunan harga. Sedangkan, apabila musim tanam tiba, harga bibit cenderung mengalami kenaikan.

"Enggak cocok, enggak sesuai, petani rugi kan. Ya kalau bisa harga jagung bisa lebih mahal, minimal per kilogramnya dihargai Rp 5.000," terang dia.

Untuk menutupi kerugian yang dialaminya, pria yang sudah hampir 10 tahun berprofesi sebagai petani tersebut, juga mencukupi kebutuhan sehari-harinya dengan mencari rumput.

"Untuk menghidupi keluarga, saya mencari rumput sehari-hari karena masih mempunyai hewan ternak sapi dan kambing yang harus dirawat," ujar dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/10/20/115702478/cerita-suwarjan-soal-sulitnya-jadi-petani-jagung-saat-panen-harga-turun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke