Salin Artikel

Walhi Sebut Banjir dan Longsor di Bali akibat Alih Fungsi Lahan

Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Bali Made Krisna Dinata, dalam keterangan persnya, menyebutkan alih fungsi lahan akibat pembangunan infrastruktur menjadi salah satu penyebab dominan yang merusak lingkungan di Bali.

Persoalan itu juga diperparah dengan kurangnya upaya pengendalian pemanfaatan ruang dengan sistem drainase, sehingga berpotensi menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor.

“Alih fungsi lahan mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan suhu permukaan bumi dalam peningkatan tingginya curah hujan di berbagai lokasi sehingga sangat berpotensi terjadinya bencana banjir dan tanah longsor di berbagai daerah di Bali” kata dia pada Rabu (19/10/2022).

Menurut dia, proyek pembangunan infrastruktur yang mengorbankan hutan dan sawah memicu potensi buruk bagi keberlangasungan iklim, sehingga akan mengurangi daya dukung Bali dalam memitigasi bencana.

Krisna mengungkapkan, rencana pembangunan Terminal LNG di Kawasan Mangrove dan Pesisir Sanur yang akan membabat 14,5 hektare mangrove dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi Pulau Dewata yang sedang mengalami krisis iklim.

Padahal, mangrove memiliki fungsi yang sangat vital dalam memitigasi bencana.

Berikutnya, Walhi Bali juga menyoroti proyek pembangunan Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi yang juga masuk dalam alih fungsi lahan.

Dalam data temuan WALHI Bali terdapat 480,54 hektare persawahan yang terancam hilang akibat terkena trase tol, dan menerabas 98 titik Subak dalam proyek tersebut.

Krisna mengatakan, jika lahan pertanian dan Subak hilang bakal mempercepat terjadinya banjir kerena tidak ada lagi sistem irigasi hidrologis alami yang dapat menjaga volume air dari hulu ke hilir.

"Hal ini akan memperparah kondisi perubahan iklim, dan tentunya akan berpotensi menimbulkan bencana yang lebih serius, terlebih mangrove sangat memiliki fungsi yang yang amat signifikan untuk memitigasi perubahan iklim" katanya.

Seperti diketahui, sebayak 18 di desa di kabupaten Jembrana, Bali, terendam banjir akibat cuaca ekstrem berupa hujan deras pada Senin (17/10/2022).

Akibat kejadian itu, sebanyak 156 rumah warga terendam, tujuh jembatan dan jalan putus, satu jembatan tertutup material banjir, lima rumah warga yang berada di pesisir pantai roboh, satu unit tiang listrik dan dua kandang ternak hancur berantakan.

Selain itu, tercatat 117 Kepala Keluarga (KK) terpaksa mengungsi dan satu orang hilang terseret arus.

Peristiwa banjir dan tanah longsor juga terjadi di Kabupaten Karangasem Bali dengan jumlah titik bencana sebanyak 40 dari lima kecamatan yang terdampak.

Bencana ini mengakibatkan dampak dua orang meninggal dunia karena banjir, satu orang meninggal karena tertimbun longsoran, dan belasan rumah warga rusak.

Kemudian, tiga unit kendaraan roda dua hanyut terbawa banjir, lima unit truk tenggelam di Galian C, dua Sekolah terendam banjir, dan beberapa ruas jalan tertutup longsor dan beberapa ruas jembatan jebol.

https://regional.kompas.com/read/2022/10/19/143006978/walhi-sebut-banjir-dan-longsor-di-bali-akibat-alih-fungsi-lahan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke