Salin Artikel

Ibu di Lombok Tengah Tidur di Tenda Samping Makam Bayinya yang Meninggal Diduga karena Diabaikan RS

Lailan Mahsyar diduga meninggal dunia setelah diabaikan oleh pihak rumah sakit.

Sang kakek, Zainuddin (70) mengatakan, semenjak kepergian Lailan enam hari lalu, anak dan menantunya memilih tidur di samping makam almarhum Lailan menggunakan tenda.

"Ini hari keenam, cucu saya meninggalkan kami semua. Mungkin dia belum bisa menerima, perasaannya masih sulit sembuh, masih terasa sakitnya, dia tidur di sini di tenda ini, rindu putranya," kata Zainuddin, Selasa (18/10/2022).

Lailan Mahsyar Zainuddin mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Cahaya Medika (RSCM) Praya di usia 4 bulan.

Lailan diduga diabaikan oleh tim medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Praya.

Bayi itu meninggal di Rumah Sakit Cahaya Medika (RSCM) Praya karena keterbatasan alat medis di rumah sakit swasta tersebut.

"Anak saya sama sekali tidak ditangani, disentuh saja tidak, begitu kami sampai rumah sakit dalam kondisi panik, anak saya langsung ditolak, saya juga sudah tegaskan ini pada Bupati Lombok Tengah, agar melihat CCTV rumah sakit," kata Andra Itayani (24) pada Kompas.com di kediamannya, di Desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara, Selasa (18/10/2022).

Itayani mengatakan apa yang dialaminya sangat menyakitkan. Hingga kini perasaannya belum bisa tenang, karena masih terbayang wajah putra kedua yang sangat dicintainya.

Awalnya Lailan mengalami demam pada Rabu (12/10/2022). Demam biasa itu tiba-tiba berubah menjadi demam tinggi hingga sesak napas.

"Karena melihat kondisi anak saya, kami tak berpikir panjang dengan pakaian seadanya bersama suami saya Mahsyar dan kedua mertua membawa Lailan ke RSUD Praya, agar ditangani segera, karena alat medisnya lengkap" tutur dia.

Sampai di Rumah Sakit Praya, putranya belum diberikan penanganan apa pun.

Bahkan langsung disarankan agar dibawa ke Rumah Sakit Bodak dan RSCM. Mereka memilih yang terdekat RSCM.

Karena panik sebelum sampai RSCM, keluarga ini membawa pasien ke Klinik Yusra yang ditangani dokter spesialis anak, namun karena dokter belum tiba tim medis di klinik tersebut memeriksa kondisi bayi termasuk suhu tubuhnya. Kemudian meminta agar segera membawa ke RSCM.

"Di RSCM saya juga sempat akan ditolak karena ruangan penuh, tapi saya memohon agar anak saya ditangani dilihat kondisinya meskipun dengan cara saya pangku, dan saya bilang bahwa saya akan bayar sesuai pasien umum bukan BPJS, karena mereka sempat menanyakan hal itu, akhirnya putra saya ditangani," kata Itanyani.


Karena tak ada alat medis yang memadai, pihak RSCM meminta Itayani dan keluarga membawa Lailan kembali ke RSUD Praya atau RSUD Provinsi yang memiliki alat medis memadai dan lengkap.

Dalam kepanikan Itayani dihadapkan dalam situasi yang sulit. Alat oksigen yang dipasangkan pada bayinya adalah alat oksigen untuk orang dewasa karena tidak untuk anak anak.

Pihak RSCM lalu merujuk ke RSUD Praya, tim medis sempat memvideokan Lailan, dan menunggu jawaban dari RSUD Praya tapi belum juga direspons.

Sembari suami Itayani mencarikan kamar rawat inap.

Saat Magrib, Itayani menanyakan kondisi putranya. Dokter RSCM mengatakan putra keduanya tidak bisa tertolong.

Pihak RSCM memberi tahu jika telah berusaha memberikan pertolongan yang terbaik namun karena keterbatasan alat, Lailan meninggal.

Meski suaminya berhasil mendapatkan kamar di RSUD Praya setelah meminta bantuan orang yang dikenal, namun Lailan telah pergi selamanya.

Awalnya keluarga pasrah menerima apa yang terjadi, menerima kematian Lailan sebagai takdir.

Namun emosi mereka membuncah ketika pihak RSUD Praya membantah menolak pasien dan mengatakan telah memberi pelayanan sesuai SOP.

"Itu yang membuat saya sakit hati, jelas jelas mereka sama sekali tidak menyentuh putra saya, apalagi memeriksanya, mereka menganggap kami ini apa," tekan Itayani.

Mahsyar (25)  sang suami yang awalnya memilih diam dan hanya mendengarkan penuturan Itayani, mengatakan bahwa dirinya sangat marah dan emosi mendengar pernyataan pihak RSUD Praya.

"Dari mana mereka bisa bilang telah menangani anak saya, mereka justru menolak pasien, menolak memberi pertolongan pada anak kami, tangani saja dulu, baru nanti persoalan dirujuk karena tak ada bad tempat tidur di IGD," kata Mahsyar.

"Karena kami pakai baju lusuh mungkin ya sehingga kami ditolak," lanjut dia.


Penjelasan RSUD Praya

Dikonfirmasi terkait penolakan pasien balita di RSUD Praya, Kabid Pelayanan RSUD Praya, dr. Basirun mengatakan bahwa pihaknya telah memberikan pelayanan pada pasien.

Hal itu terbukti dari pernyataan dokter IGD, Lalu Muhammad Rasyid yang piket ketika itu,  mengatakan pasien harus mendapat perawatan dan sarana pendukung yang memadai dan lebih lengkap.

"Itu buktinya kalau kita melayani, seandainya kalau ditolak, dokter kami tidak tahu kondisi pasien ini, karena belum pernah dilihat, belum pernah diperiksa dengan stetoskop, sempat diperiksa," kata Basirun menanggapi.

Dia menjelaskan, pada waktu itu posisi IGD inkubator penuh, oksigen juga sudah terpakai semua.

Kemudian jumlah pasien melebihi kapasitas IGD RSUD Praya yang hanya 25 tempat tidur. Sejumlah pasien bahkan diletakkan di lorong-lorong.

"Itulah bukti kami tidak ingin menolak pasien sehingga pasien kami rawat di lorong lorong," katanya.

Basirun menjelaskan bahwa ketika pasien Lailan datang, dokter IGD melakukan tindakan memilih dan memilah pasien berdasarkan beratnya penyakit.

Dengan melihat kondisi, akhirnya dokter IGD menyarankan ke rumah sakit lain atau rumah sakit terdekat.

"Jadi belum sempat ada rekam medis yang kita tulis, kalau rekam medis kan harus didaftarkan dan segala macam, jadi proses ini akan memperlambat pelayanan lebih untuk pasien (Lailan)," katanya.

"Pelayanan sesuai SOP pasien datang, baru dilakukan pemeriksaan dan didaftarkan, untuk pasien Lailan tidak sempat didaftarkan karena diminta mencari rumah sakit lain karena IGD overload, sementara pasien harus mendapat penanganan yang cepat dan ada saran dan prasarana pendukungnya, harus di tempat yang stabil dan ada oksigen," lanjut dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/10/19/060215278/ibu-di-lombok-tengah-tidur-di-tenda-samping-makam-bayinya-yang-meninggal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke