Salin Artikel

Mengenal Gunung Krakatau, Letusannya Pernah Memicu Tsunami dan Membuat Dunia Gelap Gulita

KOMPAS.com - Gunung Krakatau yang juga dikenal sebagai Krakatoa atau Cracatoa adalah sebuah kepulauan vulkanik yang berada di perairan Selat Sunda, antara Pulau Jawa dan Sumatera.

Pasca letusan besar, Gunung Krakatau menyisakan kompleks kepulauan Krakatau yang terdiri dari empat pulau, yaitu Pulau Rakata, Pulau Sertung, Pulau Panjang dan Anak Krakatau.

Ketiga pulau pertama adalah sisa pembentukan kaldera, sedangkan Gunung Anak Krakatau tumbuh mulai tahun 1930.

Lokasi Gunung Anak Krakatau masuk ke dalam wilayah Pulau Rakata, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

Ketinggian Gunung Anak Krakatau adalah sekitar 305 meter di atas permukaan laut (m dpl) dan masih bisa bertambah seiring dengan keluarnya material vulkanik ketika mengalami erupsi.

Sejarah Letusan Gunung Krakatau

Dilansir dari laman Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sejarah letusan besar Gunung Krakatau terekam tahun 1883 yang dentumannya terdengar di Singapura dan Australia.

Letusan Gunung Krakatau pada 27 Agustus 1883 disebut sebagai letusan terbesar dalam sejarah, dan melontarkan material vulkanik dengan volume 18 km3, sementara tinggi kolom letusan diperkirakan mencapai 80 km.

Letusan ini menimbulkan gelombang pasang (tsunami) setinggi 30 m di sepanjang pantai barat Banten dan pantai selatan Lampung.

Kekuatan tsunami tersebut membuat sebuah kapal bernama "The Berouw" yang saat itu tengah berada di Pelabuhan Teluk Betung terlempar sejauh 3.300 m ke dalam hutan.

Setidaknya 297 kota kecamatan hancur disapu tsunami dan menewaskan sekitar 36.417 korban jiwa jiwa.

Selain karena tsunami yang terjadi setelah materi letusan gunung mengalir deras ke laut, ada juga korban meninggal karena hangus akibat terkena aliran piroklastik yang menerjang pemukiman setelah berguling di atas permukaan laut.

Sementara dilansir dari Kompas.com, letusan Gunung Krakatau saat itu merupakan yang terkuat dalam sejarah, dengan level 6 skala Volcanic Explosivity Index (VEI).

Bahkan, letusan Gunung Krakatau disebut berkekuatan 21.574 kali daya ledak bom atom yang meleburkan Hiroshima, Jepang, saat Perang Dunia II.

Pekatnya abu vulkanik bahkan tidak dapat ditembus sinar matahari yang membuat selatan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa pun menjadi gelap gulita.

Letusan itu juga membuat dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat abu vulkanik yang menutupi atmosfer.

Tak hanya itu, abu vulkanik yang menutupi atmosfer juga berakibat pada turunnya suhu di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa.

Selama beberapa tahun, dunia sempat mengalami gangguan cuaca yang memicu serangkaian bencana alam dan krisis pangan karena kegagalan panen.

Sejarah Lahirnya Gunung Anak Krakatau

Pasca letusan besar Gunung Krakatau, diketahui Gunung Anak Krakatau tumbuh mulai tahun 1930.

Akibat letusan-letusannya, Gunung Anak Krakatau tumbuh semakin besar dan tinggi dan membentuk kerucut seperti yang sekarang dapat diamati.

Material yang keluar dari letusan-letusan eksplosif maupun efusif Gunung Anak Krakatau menambah tinggi kerucut dan memperluas wilayah daratannya.

Gunung Anak Krakatau inilah yang dikenal sebagai gunungapi aktif hingga sekarang.

Erupsi besar terakhir dialami Anak Krakatau pada tahun 2018 yang mengakibatkan tsunami di Selat Sunda atau dikenal sebagai peristiwa Tsunami Banten 2018.

Kejadian tsunami itu terjadi pada Sabtu (22/12/2018) malam hingga Minggu (23/12/2018) pukul 22.00 WIB.

Gelombang tsunami setinggi lebih dari 2 meter itu menghantam pesisir Banten dan Lampung dan menewaskan 437 orang.

Pada Oktober 2022, status Gunung Anak Krakatau berada pada Level III Siaga dengan rekomendasi untuk tidak mendekati atau beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah aktif.

Jalur Menuju Gunung Anak Krakatau

Dilansir dari laman Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Komplek Gunungapi Krakatau dapat dicapai dari beberapa jalur laut.

Jalur pertama dapat ditempuh dari Pelabuhan Tanjung Priok dengan menggunakan kapal Jet-Foils atau Kapal Pesiar.

Jalur kedua dapat ditempuh dari Pelabuhan Perikanan Labuan di Kabupaten Pandeglang, Banten dengan menggunakan kapal motor atau kapal nelayan.

Jalur ketiga ditempuh dari Pelabuhan Canti di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan dengan menggunakan kapal motor atau kapal nelayan yang akan melewati Pulau Sebuku dan Pulau Sebesi.

Fakta Menarik gunung Anak Krakatau

Gunung Anak Krakatau diketahui memiliki luas sekitar 320 hektar merupakan tempat wisata yang populer terutama di antara para pendaki dan peneliti gunung api.

Karena status yang masih aktif dan bisa tiba-tiba erupsi, tak heran keseluruhan wilayahnya merupakan pulau tak berpenghuni.

Gunung Anak Krakatau  juga masuk dalam kawasan cagar alam Krakatau yang dikelola oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Lampung.

Sumber:
vsi.esdm.go.id  
magma.esdm.go.id     
ksdae.menlhk.go.id  
indonesiabaik.id  
tribunnews.com  
kompas.com (Penulis : Diva Lufiana Putri, Retia Kartika Dewi| Editor : Inten Esti Pratiwi, Rizal Setyo Nugroho, Puspasari Setyaningrum)

https://regional.kompas.com/read/2022/10/18/231830778/mengenal-gunung-krakatau-letusannya-pernah-memicu-tsunami-dan-membuat-dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke