Salin Artikel

Sigap Mengatasi Bencana

Pada hari yang sama, hujan dengan intensitas tinggi terjadi di wilayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, menyebabkan terjadinya penurunan tanah di beberapa titik di sepanjang jalur lintasan rel kereta api jalur selatan.

Dua hari kemudian, hujan deras disertai angin kencang melanda Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, menyebabkan kerusakan tanaman padi yang hampir siap panen.

Daftar kejadian bencana alam ini masih panjang. Singkatnya, bencana alam yang terkait dengan perubahan iklim saat ini sedang menunjukkan aktivitas yang meningkat.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah melaporkan bahwa awal musim hujan di seluruh Indonesia dimulai pada September - Oktober 2022, dengan puncak musim hujan terjadi pada Desember-Januari.

Untuk menghadapi kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor, banyak hal perlu dilakukan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tentu sudah melakukan berbagai upaya untuk menghadapi kemungkinan terjadinya bencana alam kali ini. Namun dua hal berikut kiranya jangan terlupakan.

Sistem peringatan dini

Sistem peringatan dini (early warning system) perlu diperkuat agar informasi tentang akan terjadinya bencana alam tersampaikan ke pihak-pihak yang mengurus kebencanaan dan ke masyarakat dalam waktu singkat.

BMKG sudah cukup aktif dan rutin menyampaikan prakiraan terjadinya bencana terkait cuaca.
Namun peringatan itu umumnya masih belum didengar dan ditanggapi secara cepat oleh petugas dan warga masyarakat.

Akibatnya, korban jiwa dan kerugian material menjadi tidak terhindarkan, seperti yang hampir setiap hari diberitakan.

Terkait dengan hal ini, Badan Standardisasi Nasional (BSN) telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 8840-1:2019 untuk sistem peringatan dini bencana.

Standar ini meliputi pengetahuan tentang risiko, diseminasi dan komunikasi, pemantauan dan penyampaian peringatan, kemampuan merespons, dan membangun komitmen dalam pengoperasian dan pemeliharaan.

Standar ini penting bagi pemerintah daerah, tim siaga bencana, dan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana.

Dengan standar ini masyarakat disiapkan untuk dapat menangkap adanya peringatan dini dan menentukan langkah antisipasi.

Salah satu upaya membangun sistem peringatan dini adalah memahami karakter sumber bencana.

Daerah aliran sungai (DAS) di bagian hulu, misalnya, perlu dipetakan kondisinya, untuk kemudian dibangun infrastruktur pengendali dan penampung air, agar air hujan tidak melimpah ke badan sungai yang menyebabkan banjir di bagian hilir.

Di kota-kota dengan banyak sungai, pemahaman terhadap karakter sungai-sungai yang mengalir perlu dikuasai.

Penyebab banjir besar di Jakarta pada awal tahun 2020, diduga karena perhatian pemerintah (pusat dan daerah) lebih difokuskan pada Sungai Ciliwung yang mengalir dari arah Bogor.

Akibatnya luapan sungai-sungai yang memasuki wilayah Jakarta dari arah Bekasi tidak terkendali dengan baik.

Simulasi menghadapi bencana

Baru-baru ini BPBD DKI Jakarta melaksanakan kegiatan latihan/simulasi bencana di Madrasah Al Falah, Jakarta Pusat.

Dalam latihan itu diajarkan teknik berlindung dan evakuasi mandiri saat terjadi gempa bumi, simulasi alat evakuasi saat terjadi banjir, dan simulasi pemadaman api.

Peserta kegiatan ini terdiri dari guru, siswa-siswi, staf TU, komite sekolah, wali murid, petugas kantin, dan petugas keamanan sekolah serta perwakilan masyarakat setempat.

Sebelumnya, kegiatan yang serupa juga dilakukan di Balai Kota Jakarta.

Simulasi untuk menghadapi bencana memang perlu menjadi kegiatan rutin setiap daerah yang rawan bencana. Selain di sekolah, simulasi seperti itu juga perlu dilakukan di rumah sakit, perkantoran, dan pusat-pusat kegiatan publik lain.

Dengan demikian, diharapkan warga tidak kaget menghadapi bencana yang tiba-tiba terjadi dan upaya penanggulangan bencana dapat dilakukan dengan tertib.

Walau memerlukan biaya, tenaga, waktu dan pengorbanan lain, simulasi bencana perlu menjadi agenda rutin pemerintah dan masyarakat.

Mungkin perlu ada satu hari atau pekan tertentu dalam satu tahun, di mana semua daerah di Indonesia melakukan simulasi kebencanaan.

Jangan sampai terjadi korban jiwa dan materi hanya karena kegagapan kita menghadapi bencana, yang sebetulnya dapat dilakukan dengan mudah asal mengetahui tata caranya.

https://regional.kompas.com/read/2022/10/18/16385981/sigap-mengatasi-bencana

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke