Salin Artikel

Harapan Warga Kiwirok yang Setahun Tinggalkan Kampung Halaman karena Serangan KKB

Saat itu, KKB menyerang Kiwirok dan menghancurkan beberapa fasilitas umum, termasuk Puskesmas Kiwirok. Selain itu, seorang tenaga kesehatan tewas dan dua lainnya terluka akibat kekejaman KKB.

Takut menjadi korban, ratusan warga Kiwirok berbondong-bondong melarikan diri dan mengungsi ke Distrik Oksibil dengan berjalan kaki.

Distrik Kiwirok adalah salah satu kawasan terpencil di Pegunungan Bintang Papua. Untuk menuju Kiwirok hanya bisa dijangkau dengan penerbangan dari Distrik Oksibil selama 30 menit.

Jika berjalan kaki, biasanya masyarakat setempat membutuhkan waktu dua malam dari Oksibil menuju Kiwirok.

Selain karena kawasan tersebut dipenuhi perbukitan yang cukup tinggi, akses jalan juga belum dibuka.

Warga Ingin Kembali

Setahun berselang, warga Kiwirok yang berada di Oksibil berharap kembali untuk meneruskan hidup di tempat asalnya.

Salah satu warga Kiwirok yang berada di Oksibil, Niko Nawipa menyatakan, ingin segera kembali ke Kiwirok.

Menurut dia, sebagian besar masyarakat Kiwirok yang berada di Oksibil memiliki harapan yang sama. Sebelum kejadian penyerangan KKB, Kiwirok adalah tempat yang aman dan mulai terkenal karena biji kopinya.

"Kami sangat rindu dengan kampung kami, melakukan aktivitas biasa seperti yang kami lakukan di kampung kami," ujar Niko melalui keterangan tertulis, Selasa (11/10/2022).

Niko yang merupakan Kepala SMPN Kiwirok memandang banyak warga yang sulit mendapat kehidupan layak selama berada di Oksibil.

Oleh karena itu, ia berharap pemerintah dan aparat keamanan bisa memfasilitasi mereka kembali ke Kiwirok.

“Kami ingin kembali dan menata ulang kehidupan kami disana kampung halaman kami, karena kami disini sudah cukup lama," kata dia.

Ia juga mengkhawatirkan keadaan anak-anak Kiwirok yang harus bersekolah di Oksibil dengan keadaan seadanya.

Menurut dia, saat melarikan diri, warga hanya bisa membawa barang seadanya karena takut melihat aksi KKB.

"Maka dari itu kami harap pemerintah segera membangun kembali sarana dan prasarana di Distrik Kiwirok, terutama gedung sekolah, agar kami dapat bertugas dan bersekolah kembali seperti sekolah lain di indonesia dan membangun kampung kami distrik Kiwirok," tuturnya.

Kapolres Pegunungan Bintang AKBP Cahyo Sukarnito menjelaskan, saat ini hanya ada aparat keamanan dari TNI-Polri di Kiwirok tanpa adanya masyarakat.

Namun, ia juga tidak bisa memastikan apakah KKB sudah keluar dari kawasan Kiwirok atau belum karena aparat memiliki keterbatasan dari sisi geografis.

"Dari laporan tidak ada bunyi tembakan (dari KKB), kita tidak bisa pastikan KKB masih ada di sana atau tidak karena mereka yang kuasai medan," kata dia.

Mengenai jumlah warga Kiwirok yang berada di Oksibil, Cahyo menyebut sekitar 273 orang. Namun, ia meyakini ada warga yang belum atau tidak mau didata.

"Sementara yang kita data ada 273 warga Kiwirok yang ada di Oksibil, itu yang mau didata," kata dia.

Mengenai tempat tinggal, Cahyo mengungkapkan, umumnya masyarakat Kiwirok tinggal bersama tokoh masyarakat atau keluarganya masing-masing.

Aparat Siap Kembalikan Masyarakat ke Kiwirok

Terkait adanya keinginan masyarakat kembali ke Kiwirok, Cahyo menyatakan siap mendukung. Namun, hal itu belum dilakukan karena keputusan akhir ada di tangan Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang.

Untuk memastikan KKB tak lagi menyerang masyarakat di Kiwirok, perlu komunikasi aktif antara pemerintah kabupaten dan KKB.

"Kita siap saja mendukung keinginan masyarakat, hanya kita tunggu komunikasinya pemerintah daerah yang bisa menjamin dan mendukung keamanan. Alangkah baiknya ada dialog pemerintah daerah dengan orang-orang yang berseberangan (KKB), dalam artinya jangan masyarakat yang jadi korban, jangan sampai ketika masyarakat kembali lali KKB berulah lagi," tutur Cahyo.

Untuk memulangkan warga Kiwirok, cara termudah dengan pesawat terbang perintis yang memerlukan biaya tinggi dan risiko paling rendah.

Lalu, ada pilihan berjalan kaki dengan pengawalan aparat keamanan. Namun, jarak tempuh yang jauh membuat pilihan tersebut cukup berisiko.

"Untuk memobilisasi masyarakat bila akan kembali ke Kiwirok, kita menunggu, kalau pemerintah daerah menyediakan maka menggunakan penerbangan. Kemarin ada penyampaian dari masyarakat kalau mereka mau berjalan kaki, nanti TNI-Polri kawal, itu butuh waktu 2-3 hari, tergantung beban yang dibawa," kata Cahyo.

Kompas.com sudah berusaha menghubungi Bupati Pegunungan Bintang Spei Yan Bidana dan Plt Sekretaris Daerah Pegunungan Bintang Aloysius Giai melalui telepon dan pesan singkat.

Namun hingga berita ini disiarkan, belum ada jawaban dari dua pejabat daerah tersebut.

https://regional.kompas.com/read/2022/10/12/192942678/harapan-warga-kiwirok-yang-setahun-tinggalkan-kampung-halaman-karena

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke