Salin Artikel

Nenek Regina yang Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot Terima Donasi dari Pembaca Kompas.com

LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Kisah getir nenek Regina Anut (60), warga Desa Paka, Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), mendapat perhatian dari banyak orang, termasuk dari pembaca Kompas.com di seluruh Indonesia.

Banyak pembaca yang memberikan sedikit rezeki mereka untuk membantu nenek Regina dengan berdonasi melalui kitabisa.com.

Pada Selasa (4/10/2022), nenek Regina pun menerima donasi dari pembaca Kompas.com tersebut sebesar Rp 8.901.110.

Donasi tersebut diserahkan langsung oleh jurnalis Kompas.com di kediaman nenek Regina di Kampung Nua Rutung, Desa Paka, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai.

Nenek Regina tampak bahagia dan berterima kasih atas bantuan tersebut.

"Terima kasih banyak atas bantuan ini. Saya hanya bisa balas dengan doa. Terima kasih orang-orang baik. Terima kasih kepada pembaca Kompas.com," tutur nenek Regina usai menerima donasi, Selasa siang.

Ia mengatakan, donasi dari pembaca Kompas.com itu akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Karena selama ini, dia harus membanting tulang mencari uang untuk membeli beras dan kebutuhan hidup lainnya.

"Tidak pernah menduga ada orang baik peduli dengan keadaan saya. Saya akan gunakan bantuan ini dengan baik," katanya.

Hidup sebatang kara

Di usia yang sudah senja, nenek Regina Anut (60) hidupnya begitu memilukan. Ia hidup sebatang kara di gubuk reyot berukuran 3x3 meter di Desa Paka, Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai, NTT. Gubuk itu berlantai tanah, dinding belahan bambu, dan beratapkan seng tua.

Gubuk itu sudah hampir reyot termakan usia. Dinding-dinding sudah berlubang. Atap gubuk itu juga sudah banyak bolong. Sehingga, saat hujan, nenek Regina pun tidak bisa istirahat dengan nyaman.

Di gubuk reyot itu, ia hidup dengan segala keterbatasan. Ia tidur beralaskan kasur dan tikar yang sudah usang termakan usia.

Ironisnya, nenek Regina hidup tanpa listrik. Di malam hari, ia menghidupkan lampu pelita untuk menerangi gubuknya. Itu pun tidak setiap malam. Saat minyak tanah habis, ia terpaksa tidur di tengah gelap gulita. Saat makan malam, ia berusaha menyalakan api.

Meski tinggal seorang diri, nenek Regina tetap tegar menjalani hidupnya. Di usianya yang tak muda lagi, ia terpaksa tetap banting tulang untuk bisa memperoleh nafkah hidup.

"Saya kerja serabutan untuk bisa beli beras. Kalau tidak kerja, saya tidak makan," tutur nenek Regina di kediamannya pada Jumat (10/6/2020).

https://regional.kompas.com/read/2022/10/05/065858778/nenek-regina-yang-hidup-sebatang-kara-di-gubuk-reyot-terima-donasi-dari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke