Salin Artikel

Upaya Bersama Mencegah Anak Tertular TB

SUMBAWA, KOMPAS.com - Anak-anak adalah kelompok yang sangat rentan tertular tuberkolis (TB atau TBC), terlebih jika mereka berada di lingkungan yang terdapat penderita TB. Selain pengobatan bagi penderita, upaya aktif Terapi Pencegahan TBC (TPT) dibutuhkan agar anak tak ikut terpapar. Sayangnya, upaya TPT bagi anak masih enggan dijalankan, meski diketahui langkah itu penting bagi kesehatan anak di masa depan.

*

Siang itu, sembari duduk di teras rumah, M (51) mengisahkan perjuangan berat sebagai penyintas tuberkulosis (TB). Enam bulan bukan waktu yang singkat baginya menjalankan kewajiban minum obat setiap hari.

Seorang pria di Kecamatan Sumbawa ini, terpaksa berhenti bekerja. Ia takut penyakit itu menular. "Jika ingat masa itu, saya takut, depresi dan tidak percaya diri," kata M, Sabtu (10/9/2022).

Ia tidak ingin penyakit TB menular kepada anak dan istrinya, namun M menolak keluarganya menjalani pengobatan atau terapi pencegahan TB (TPT). Baginya, minum obat TB bukan hal yang mudah. Hal itu karena, obat itu cukup banyak dan ukurannya besar-besar. Ia mengakui sempat putus asa, berat badannya turun drastis. Ada efek samping dari obat yang ia konsumsi.

M kerap tidak nafsu makan. Namun melihat keluarga yang selalu menyemangati, kondisinya berangsur pulih. Dari depresi berubah menjadi kekuatan. Ia percaya penyakit ini sebagai ujian.

"Biar saya saja yang rasakan penyakit TB, semoga anak dan istri tetap sehat," harapnya.

Di balik banyaknya pasien dan penyintas yang menolak anaknya mendapat TPT, Devina (33), warga Kecamatan Sumbawa bersedia memberikan obat tersebut kepada sang buah hati yang masih balita.

Meski bukan penyintas, Devina tidak ingin anaknya terpapar bakteri penyebab TB.

Ia melakukan itu setelah dikunjungi oleh kader TB yang investigasi kontak di lingkungan tempat tinggalnya. Karena ada tetangga yang sedang menjalani pengobatan TB.

"TB rentan menular pada balita, saya takut anak saya tertular," kata Devina, Kamis (29/9/2022).

Ketika sang anak menjani TPT pada tahun 2021 lalu, Devina mengatakan tidak ada efek samping obat. Bahkan, nafsu makan anaknya juga bertambah.

"Anak saya rutin minum obat selama 3 bulan TPT," sebut Devina.

Ketika lingkungan sekitar tidak menjalani hidup bersih dan sehat, anak rentan terkena TB. Ini disampaikan Neti Susilawati, Pemegang Program TB Puskesmas Unit 1 Sumbawa.

Ia mengatakan, dari hasil investigasi kontak pada pasien TB ekstraparu yang masih usia anak, faktor penyebabnya karena lingkungan.

Sepertinya saat sang ibu mengandung sering terpapar asap rokok maupun sirkulasi udara di sekitar rumah yang kurang bagus. Ditambah lagi saat anak lahir daya tahan tubuhnya lemah sehingga membuat infeksi bakteri semakin parah.

"Dua pasien anak dengan TB ekstraparu masih dalam masa pengobatan sekarang," sebut Neti Selasa (27/9/2022).

Lebih jauh, pasien anak ini tidak ada keturunan atau keluarga yang positif, dan tetangga di sekitar rumah juga negatif.

Meskipun ada anaknya menderita TB, tetapi orangtua maupun tetangga sekitar enggan menjalankan TPT. Bahkan, N (38) dan R (52), pasien TB yang tinggal di lingkungan Keluhan Bugis dan Kelurahan Pekat juga mangkir TPT. Padahal, sangat rentan dengan tingkat kepadatan penduduk dan kondisi rumahnya tidak memiliki sirkulasi udara yang bagus.

Hal itu menjadi faktor pemicu mereka terkena TB. Tetapi orangtua dan tetangga mereka tidak ada yang mau minum obat TPT. Mereka juga tidak ada yang memakai masker saat bertemu dan bercengkrama sehari-hari.

"TB laten yang kita takutkan, karena tidak bergejala tetapi bakteri ada di dalam tubuh dalam waktu cukup lama," ungkap Neti.

"Pasien saya yang sedang menjalani pengobatan ada yang meninggal. Saya baru tahu meninggal setelah berkunjung ke rumahnya pada tahun 2021," kata Neti sambil menarik napas panjang.

Dalam menjalankan tugas penanganan dan pencegahan, Neti dibantu oleh para kader TB yang sudah dilatih oleh PKBI.

Wawan Hermansyah, koordinator program eliminasi TB PKBI Cabang Sumbawa mengkui mengajak warga menjalankan terapi pencegahan TB bukan perkara mudah. Ada yang menerima, tetapi lebih banyak yang menolak. Hal itu karena tidak punya gejala.

"Kami gencar sosialisasi TPT di lapangan, meskipun banyak penolakan," ujar Wawan.

Pasien maupun penyintas yang tidak mau memberikan TPT kepada anak mereka karena banyak misinformasi dan ketakutan pada efek samping obat. Padahal sebenarnya menurut para ahli, sambung Wawan, tidak ada efek samping pada obat terapi TB pada anak.

Langkah inisiatif yang dapat dilakukan untuk eliminasi TB yaitu kolaborasi, inovasi dan integrasi melalui testing untuk menemukan yang sakit, penelusuran kontak, surveilans, penanganan di tingkat fasilitas kesehatan dan komunikasi risiko.

Wawan menyampaikan, kader TB sudah ada hampir di semua kecamatan. Kader TB sifatnya sukarela tapi digaji dari aktifitas mereka melakukan investigasi kontak, pendampingan pengobatan pasien, dan mendorong orang bergejala untuk berobat.

"Kami sudah latih totalnya 58 orang, tetapi yang aktif hanya 32 orang," sebut Wawan.

Kader ini rutin melakukan kunjungan ke rumah, puskesmas dan rumah sakit, melihat dan memantau warga yang memiliki gejala TB, mengambil spesimen dahak untuk diuji oleh operator TB di puskesmas.

Berdasarkan data PKBI, kasus TB terlapor di Kabupaten Sumbawa, pada tahun 2020 semester kedua ada 220 kasus. Pada tahun 2021 ada 490 kasus, sedangkan tahun 2022 semeseter 1 Januari sampai Juli total 228 kasus sedangkan semester 2 nanti laporannya pada bulan Desember.

"Terbanyak kasus di Kecamatan Sumbawa dan daerah pesisir seperti Alas Barat, Utan dan lainnya," ungkap Wawan.

"Ada 22 orang pasien TB yang sudah sembuh pada semester satu, tahun 2022,” sebut Wawan.

Eliminasi TB sangat jelas berorientasi pada masyarakat, pasien dan keluarganya. Sebab, banyak kasus tak terlapor karena banyak orang tidak mau terbuka atau mangkir berobat TB.

"Penyakit TB bukan kutukan, penderitanya tak pantas dikucilkan. Meski penyakit ini menular, tapi bisa disembuhkan. Pasien dan penyintas butuh dukungan keluarga dan masyarakat sekitar agar bisa melewati proses pengobatan tersebut. Semua orang bisa bergerak bersama untuk eliminasi TB," harap Wawan.

Ketua PKBI Kabupaten Sumbawa, M Ikraman mengatakan, eliminasi TB melibatkan peran semua stakeholders lintas sektor dan lintas program termasuk masyarakat, kader TB, komunitas, swasta, dalam rangka peningkatan kualitas layanan, mengatasi stigma, mencegah faktor risiko, menjangkau populasi kunci, investigasi kontak, meningkatkan kepatuhan minum obat, dan advokasi kebijakan.

Ikraman menyampaikan upaya menghindari anak dari penyakit menular seperti TB dan HIV melalui komunikasi risiko dengan melibatkan berbagai pihak terutama komunitas sekitar di tingkat keluarga dan masyarakat.

Dukungan komunitas diharapkan mencegah stigma agar pasien dan penyintas tidak merasa sendiri. Kesadaran untuk periksa dan minum obat bersama termasuk mengajak anak-anak.

"Anak stunting belum tentu kurang gizi saja tapi bisa jadi positif TB laten juga," ungkap Ikraman.

Pendekatan melalui posyandu keluarga diharapkan bisa mengubah perilaku untuk hidup bersih dan sehat.

"Di pesisir terutama akses air bersih kurang memadai, dan di pusat kota seperti Sumbawa karena kepadatan penduduk," papar Ikraman.

Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang penanggulangan TBC yang ditandatangani pada 2 Agustus 2021 memberi momentum. Pemerintah menargetkan untuk bisa mengeliminasi penyakit itu pada tahun 2030.

Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa, Sarip Hidayat mengatakan, pemerintah menargetkan NTB bebas TB pada tahun 2025.

"Strategi kegiatan yang kita lakukan dalam eliminasi yaitu temukan kasus sebanyak-banyaknya dan obati sampai sembuh atau dikenal dengan TOSS TBC," kata Sarip yang ditemui Jumat (9/9/2022).

TOSS TBC merupakan salah satu pendekatan untuk menemukan, mendiagnosis, mengobati dan menyembuhkan pasien agar menghentikan penularan di masyarakat. TBC atau tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan adanya kuman Mycobacterium tuberculosis yang masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan. Penyakit infeksi yang menular dan juga dapat menyerang organ tubuh, terutama paru-paru.

Selain itu, sebagai upaya pencegahan (preventif) pada anak-anak divaksin Bachile Calmette-Guerin (BCG).

"BCG untuk hindari kerentanan anak terkena TB namun bukan berarti bebas sama sekali tetapi lebih rendah risiko tertular," ucap Sarip.

Langkah yang dilakukan pada tingkat puskesmas, menemukan gejala melalui investigasi kontak ke tempat berisiko seperti wilayah padat penduduk misalnya Lembaga Pemasyarakatan, orang yang menderita diabetes militus, orang dengan HIV/AIDS.

Di samping itu, ada juga investigasi kontak pada keluarga pasien yang masih aktif pengobatan TB dengan mengetes 20 orang yang ada di lingkungan keluarga. Hal itu karena ada risiko terjadi penularan pada orang sekitar dan harus segera mendapatkan penanganan.

Adapun ciri-cirinya antara lain orang yang menunjukan gejala batuk 2 minggu tak berhenti, sesak napas, berkeringat di malam hari tanpa beraktivitas. Sesuai tanda dan gejala TB dilakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap bakteri tahan asam atau tes cepat molekuler (TCM). Sayangnya alat tes itu tidak ada di semua kecamatan, hanya ada di RSUD Sumbawa dan UPT Puskesmas Unit I Sumbawa.

Kegiatan selanjutnya, edukasi dengan mengumpulkan orang pada suatu wilayah kemudian diberikan informasi terkait TB. Petugas akan memberikan pot skutum untuk mengetes dahak.

"Ketika positif TB, petugas akan jemput ke rumah warga atau pasien yang datang sendiri ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan gratis sampai sembuh," jelas Sarip.


Berdasarkan data, di Sumbawa pada tahun 2021 total TBC terkonfirmasi 478 kasus, sedangkan tahun 2022 per bulan September total kasus 343. Sementara, pada beberapa tahun terakhir, Kecamatan Sumbawa memiliki angka tertinggi kasus TB.

Ada banyak faktor yang memengaruhinya, antara lain kepadatan penduduk dan tingginya mobilitas. Penularan TB lewat droplet udara juga mudah terjadi saat masyarakat berinteraksi di ruang publik tanpa menerapkan protokol kesehatan, serta pemeriksaan sarana dan prasarana yang lengkap.

Meskipun begitu, dukungan anggaran dari APBD masih terbatas. Hal itu karena terjadi refocusing dan pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Lebih jauh, indikator eliminasi TB masuk dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM), sehingga dukungan anggaran untuk puskesmas tetap ada meskipun minim jumlahnya.

Menurut Sarip, sistem eliminasi TB dan penanganan Covid-19 pada dasarnya sama, namun eliminasi TB sulit karena butuh kepedulian semua pihak agar standar protokol kesehatan pada Covid-19 digunakan dalam eliminasi TB di antaranya memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak.

Ketika semua orang patuh pada protokol kesehatan, maka selanjutnya masyarakat harus rutin memeriksa kesehatan ke faskes. Hal itu karena ada jenis TB laten yaitu tidak ada gejala tetapi ada bakteri di tubuhnya, dan itu yang harus diobati sebelum menular ke yang lain.

Kementerian kesehatan memberikan perhatian serius untuk hal itu, karena jika pengobatan TBC tidak dilakukan dengan cepat dan tepat, maka bakteri penyebab TBC akan menjadi kebal terhadap obat biasanya disebut Tuberculosis Multi-drug Resistant (TB MDR) atau Tuborkulosis Extensively-drug resistand (TB XDR) atau kebal obat. Penyebabnya, ketika pasien TB berhenti minum obat, durasinya tidak sampai 6 bulan.

Kerap terjadi pasien berhenti minum obat saat hasil tes negatif pada fase 2 bulan. Saat berhenti itu kemudian kambuh lagi maka pasien dapat mengalami resisten obat, sehingga ia mesti berobat 2 tahun agar bisa sembuh. Sementara harga obatnya mahal.

Saat positif TB, penderita harus patuh minum obat secara teratur. Pasien akan mendapat obat secara gratis melalui fasilitas kesehatan puskesmas maupun rumah sakit.

Orang di lingkungan sekitar, harus mengawasi penderita TB mengkonsumsi obat secara teratur. Oleh karena itu, dalam komunikasi resiko eliminasi TB, ada peran terintegrasi dari lingkaran keluarga, tetangga, ketua RT, ketua RW, tokoh agama dan masyarakat sekitar yang semestinya mengetahui ada orang dengan TB di sana.

Dibutuhkan komunikasi risiko kepada keluarga, jika ada balita di dalam satu rumah yang ada pasien TB maka bayi itu harus minum obat selama 3 bulan. Itu dilakukan untuk pencegahan, karena anak dan lansia rentan terkena TBC.

“Pasien yang sudah sembuh, tidak akan menularkan lagi. Dan fase pengobatan selama 6 bulan itu, ada fase intensif dan aktif pada pasien, 2 bulan minum obat, pemeriksaan skotum tapi harus tetap minum obat selama 6 bulan.” kata Sarip,

“Kendala yang kita hadapi, banyak pasien putus minum obat setelah 2 bulan karena merasa karena merasa sembuh, padahal belum," jelasnya.

Indonesia masih memiliki masalah kesehatan persisten yaitu terdapat 3 penyakit yang endemi diantaranya tuberkulosis (TBC), HIV/AIDS dan malaria.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa dr Nieta Ariyani menyampaikan standar pelayanan minimal (SPM) prioritas untuk eliminasi penyakit di Kabupaten Sumbawa yaitu Tuborkulosis (TB), HIV dan malaria.

Kementerian Kesehatan melalui dana alokasi khusus (DAK) non-fisik menganggarkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) untuk eliminasi TB dan HIV. Sementara, malaria tidak masuk dalam SPM sehingga diupayakan anggaran melalui APBD Perubahan meskipun jumlahnya terbatas.

"Petugas P3PL di lapangan lakukan surveilans dan input data TB. Mereka turun ke wilayah kontak read rendah terkait penemuan kasus. Kami dorong anggaran lewat DAK, karena ada desk dengan puskesmas," kata Nieta yang ditemui, Jumat (9/9/2022).

Sebagai bentuk upaya bersama menangani berbagai penyakit yang dapat menular ke anak, salah satunya TB, UNICEF bekerjasama dengan PKBI gencar mensosialisasikan imunisasi rutin pada anak melalui program Komunikasi Risiko dan Pelibatan Masyarakat dan Anak di seluruh Kabupaten di Pulau Sumbawa. Program imunisasi itu didukung oleh Bappeda, DP3A2KB, Dikbud dan Dinkes.

Hal itu dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang sehat untuk anak-anak melalui peningkatan kesadaran masyarakat baik di lingkungan sekolah dan lingkungan di sekitar sekolah.

https://regional.kompas.com/read/2022/10/04/091013178/upaya-bersama-mencegah-anak-tertular-tb

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke