Salin Artikel

Kolaps karena Covid-19 dan Terjerat Utang Rentenir, Kakek 65 Tahun Jalan Kaki Jual Ginjal

UNGARAN, KOMPAS.com - Slamet (65) dan istrinya, Magdalena (54) duduk di lantai beralas karpet pada Jumat (16/9/2022) sore. Mereka mengawasi cucunya yang tengah bermain dan berlarian kecil.

Menjaga cucu menjadi aktivitas keseharian pasangan ini, sekaligus menjadi hiburan untuk menemani hari tua.

Semenjak pensiun pada 2013 sebagai pegawai Departemen Pertahanan di Jakarta, Slamet memutuskan pindah ke Desa Karangtengah, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.

Awalnya, semua berjalan sesuai rencana. Slamet berjualan sembako di depan rumah. Hingga kemudian, pandemi Covid-19 menerjang dan keluarga ini terjangkit virus tersebut.

"Saya terkena Covid-19 lumayan parah, sampai dua bulan," kata Magdalena.

Perekonomian keluarga ini pun kolaps karena tak bisa berjualan. Slamet yang mengandalkan sisa uang pensiun Rp 800.000, harus menghidupi lima anak dan tiga cucunya.

"Uang saya memang untuk beli rumah ini, dulu utang bank Rp 130 juta, tapi lalu dinaikkan jadi Rp 193 juta," jelasnya.

Tak memiliki pemasukan, Magdalena mulai berutang ke  'bank titil' alias rentenir yang ditagih harian' Dari sini masalah bermula.

"Utang terus menumpuk, gali lobang tutup lubang. Kalau ditotal sekarang utang ke bank titil mencapai Rp 27 juta," kata Magdalena.

Dalam sehari, ada lima orang yang menagih utang tersebut.

"Nagih setoran cicilan, karena ada yang waktunya satu minggu setor dua kali, ada yang tiga kali. Nagihnya ada yang keras ada yang lunak," terangnya.

Dalam situasi tertekan, Slamet mengambil langkah nekat. Tanpa berdiskusi dengan istrinya, dia ingin menjual ginjalnya.

Bahkan pada minggu lalu, Slamet yang tak memiliki uang berjalan kaki dari rumahnya ke arah Salatiga.

Tak sekadar berjalan, dia berkalung kardus bertuliskan 'Jual Ginjal untuk Bayar Hutang' dengan harapan mendapat uang untuk membayar utang.

"Sebenarnya ini bukan pilihan, tapi memang karena terpaksa tidak ada jalan lain. Mau jual barang juga sudah tidak ada," kata Slamet.

Untuk meminta bantuan anaknya, Slamet mengaku tidak tega.

"Anak ada yang kerja di Banten dan Singapura, tapi baru bulan kemarin berangkat, jadi belum ada hasilnya. Ini anaknya sama saya karena single parent," ungkapnya.

Slamet mengaku ingin menikmati masa tua dengan tenang. Namun saat ini, baginya adalah masa ujian yang harus dilewati.

"Ini bagian perjalanan, belum satu terlewati, malah kemarin jatuh juga sehingga kaki tidak bisa ditekuk," katanya.

Sementara Magdalena mengaku tidak tahu dengan pilihan suaminya untuk menjual ginjal.

"Saya jemput cucu di sekolah, kok Bapak sudah pergi, padahal tidak punya uang. Sungguh saya tidak sampai hati melihatnya," ujarnya sembari terisak.

Sore beranjak gelap, Magdalena memanggil cucunya untuk masuk ke rumah. Dipeluknya anak kecil berkucir itu, ada harapan untuk besok pagi.

https://regional.kompas.com/read/2022/09/17/120306478/kolaps-karena-covid-19-dan-terjerat-utang-rentenir-kakek-65-tahun-jalan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke