Salin Artikel

Mengunjungi Museum Radya Pustaka Solo, Museum Tertua di Indonesia, Berusia Lebih dari 200 Tahun

Museum yang didirikan oleh KRA Sosrodiningrat IV, Pepatih Dalem Sinuhun Paku Buwono IX ini awalnya berada di Dalem Kepatihan.

Kemudian, pada 1 Januari 1913, Paheman Radyapustaka pindah tempat ke Lodji Kadipala yang sebelumnya milik Orang Belanda bernama Johannes Busselaar yang dibeli oleh Paku Buwono X.

Setelah pembelian itu, berganti nama menjadi Museum Radya Pustaka sampai sekarang, yang terletak di Kompleks Taman Sriwedari, Jalan Slamet Riyadi, Kota Solo, Jawa Tengah.

Nama Radya Pustaka diambil dari kata Radya yang berarti Negara atau Kerajaan, dan Pustaka berarti Buku.

Adapun Canthik Kapal Kyai Rajamala menjadi salah satu saksi bisu kejayaan Keraton Kasunanan Surakarta, Jawa Tengah, di abad ke-19.

Canthik atau hiasan dari kayu jati tersebut dibuat oleh Putra Mahkota Paku Buwono IV Raden Mas Sugandi (KGPAA Mangkunegara III) di masa pemerintahan Paku Buwono IV sekitar tahun 1788-1820.

Untuk menjaga dan merawat semua koleksi, saat ini Museum Radya Pustaka dikelola olah UPT Museum Dinas Kebudayaan Kota Solo, Jawa Tengah dan bangunan museum Radya Pustaka sudah terdaftar sebagai bangunan cagar budaya.

"Perawatan, setiap tahunnya bergilir semampu kami rawat. Paling banyak naskah-naskah yang tersimpan di museum ini, perawatan kami berikan dan buatkan ramuan herbal akar wangi untuk mengusir kutu-kutu yang menggerogoti naskah," kata Kepala UPT Museum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solo, Lutfi Hamid, Kamis (1/9/2022).

Setiap harinya, Museum Radya Pustaka dibuka untuk umum pukul 09.00-15.00 WIB. Kecuali hari Senin, tutup.

Selama pandemi Covid-19, museum Radya Pustaka juga melakukan berbagai inovasi secara digital. Mulai dari kunjungan museum secara online serta penjelasan koleksi melalui barcode.

Untuk kunjungan museum secara online bisa diakses melalui web resmi dari Radya Pustaka. Meskipun demikian, kunjungan secara langsung juga tetap dilayani.

Lutfi Hamid, menjelaskan setiap bulannya pengunjung pasca pandemi Covid-19 mencapai ratusan kunjungan.

"Setelah era pandemi, pengunjung mulai meningkat kisaran 800 hingga 1.000 orang per bulan. Apalagi saat ada car free day sangat membantu sekali peningkatan kunjungannya," kata Lutfi Hamid.

Kemudian untuk penjelasan koleksi, selain adanya pemandu juga disediakan barcode yang bisa dipindai secara langsung oleh pengunjung. Barcode ini, bakal menujukan penjelasan koleksi melalui ponsel milik pengunjung.

"Jadi belum lama tahun kemaren, museum mulai go-digital, dengan cara langsung scan menampilkan narasi dari penjelasan koleksi," ujarnya

Selain itu, upaya untuk meningkatkan minta masyarakat pergi ke Museum Radya Pustaka, lanjut Lutfi Hamid di dalam museum juga disediakan tempat konsultasi dan belajar Pawukon.

Pawukon merupakan suatu ilmu perhitungan tradisional Jawa Tengah dan Yogyakarta berdasarkan sistem penanggalan tradisional Jawa.

"Kita belajar wuku, kami ada kurator yang menguasai ilmu Pawukon. Kita buka secara umum, untuk masyarakat belajar dan berkonsultasi soal ini. Kadang-kadang tanya, soal hari baik pernikahan, keberuntungan hingga jodoh. Ini jadi menarik untuk warga yang konsultasi itu secara gratis juga," jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/09/01/192548878/mengunjungi-museum-radya-pustaka-solo-museum-tertua-di-indonesia-berusia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke