Salin Artikel

Good Morning Everyone, Berkarya untuk Pertahankan Musik Era '90-an

Potensi seni musik itu dibuktikan dengan berkembangnya grup band musik dari berbagai macam aliran. Ada rock, alternative, folk-pop, jazz, keroncong, hingga pop layaknya musik era '90-an.

Salah satu grup band yang kini semakin terlihat pesonanya, Good Morning Everyone (GME), ini lekat dengan nada pop aliran '90-an.

Grup musik asal Semarang ini terdiri dari 5 anggota, yaitu M Ichsan Sani (vokalis), Yuli Perkasa (guitar), Daniel Belza (guitar), Dani Kunyik (bass), dan Erwin Hadinata (keyboard).

Good Morning Everyone terbentuk pada 2008, saat para personelnya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Lantaran satu per satu personel hengkang, terbentuklah formasi lima personel sekarang yang mewarnai panggung musik Indonesia.

Gitaris Good Morning Everyone, Yuli Prakasa, mengaku, band musik yang didirikannya ini mengalami perubahan aliran musik. Pada 2008–2016 dengan aliran musik pop-punk, seiring berjalannya waktu, mulailah berpindah ke aliran pop.

“Karena 4 personel pengganti masuk, dari setiap personel membawa kesukaan aliran musik masing-masing. Nah, kalau disatukan, jadilah musik-musik yang sekarang dibawakan Good Morning Everyone,” tutur Yuli saat ditemui Kompas.com baru-baru ini.

Menariknya, Good Morning Everyone berhasil mengemas karya lagu dengan aransemen, lirik, dan dinamika musik khas era '90-an. Bahkan, tidak sedikit pendengar yang menganggap Good Morning Everyone memiliki kesamaan ciri dengan band musik legendaris, Sheila On 7.

“Kita mendengarkan musik sejak eranya Sheila on 7. Pasti kita ngefans sama Sheila. Dengan musik yang bergenre seperti itu, yang masih eksis sampai sekarang kan Sheila on 7. Mungkin generasi sekarang bisa notice,” ucap Yuli.

Kendati demikian, Yuli mengaku, penamaan band "Good Morning Everyone" itu terinspirasi dari pengajaran Bahasa Inggris. Setiap masuk kelas, sang guru selalu menyapa dengan "good morning everyone" kepada para siswanya.

Menurut Yuli, sapaan tersebut seakan lekat dengan memori nuanasa masa-masa SMA.

“Dulu band terbentuk pas masih SMA. Terus nama-nama band, bekennya masih panjang lebih dari 1 kata, seperti Killing Me Inside, Pee Wee Gaskins. Nah kita Good Morning Everyone,” tutur Yuli.

Mengemas kisah anak muda

Proses bermusik yang digandrungi Good Morning Everyone telah berlangsung belasan tahun silam. Kini, mereka telah melahirkan sejumlah karya lagu dengan jutaan kali diputar di berbagai platform musik digital.

Vokalis Good Morning Everyone, M. Ichsan Sani, mengaku, pada dasarnya lagu-lagu Good Morning Everyone memiliki cerita yang saling terhubung. Layaknya anak muda, kebanyakan lagu mereka mengisahkan cerita kisah asmara.

Tak heran, judul-judul lagu Good Morning Everyone diambil dari suasana hati manusia Move On, Friendzone, Tunggu Aku, Secepat Mungkin, Bukan Begitu Caramu, Biar Aku Yang Tahu, Selamat Pagi, hingga iLusi.

“Kita berusaha menyelaraskan dengan kejadian apa yang dialami manusia. Tidak anak muda saja sebenarnya, karena ini percintaan. Jadi bisa siapapun,” ucap Sani, sapaan akrabnya.

Manfaatkan potensi Kota Semarang

Lagu yang telah diproduksi, umumnya juga diproduksi menjadi sebuah video musik. Lebih jelas Sani menuturkan, sebagaian besar video musik Good Morning Everyone diambil dari tempat-tempat ikonik di Kota Semarang. Seperti Kota Lama, Gedung Monod Diephuis & Co, Danau BSB, dan masih banyak lagi.

“Kita explore tempat-tempat di Kota Semarang. Ternyata memang potensial sekali untuk bisa diekspos lebih,” jelas Sani, sapaan akrabnya.

Terlepas dari itu, Sani menuturkan, perkembangan musik di Kota Semarang mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Tak bisa dipungkiri, pelaku seni seperti dirinya dan kawan-kawannya itu memerlukan wadah untuk berkembang dan saling mendukung antar musisi di Semarang.

“Di Semarang itu juga butuh wadah. Karena susah banget buat nyari tempat. Jadi misal bandnya ada, medianya kurang. Jadi harus bareng-bareng biar bisa saling support,” pungkas dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/08/10/071824278/good-morning-everyone-berkarya-untuk-pertahankan-musik-era-90-an

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke