Salin Artikel

Hampir Punah, Kesenian Zaman Kolonial Cing Po Ling Khas Purworejo Tersisa 2 Grup

PURWOREJO, KOMPAS.com- Di tengah kemajuan zaman, seharusnya kesenian juga ikut berkembang karena didukung dengan teknologi. Namun berbeda dengan kesenian Zaman Kolonial Cing Po Ling yang saat ini hampir punah.

Saat ini, kesenian khas Purworejo ini tinggal tersisa 2 grup saja, yakni Grup Ponco Manunggal Jati di Desa Jatirejo Kaligesing dan Grup Tunggul Wulung di Desa Kesawen Kecamatan Pituruh.

Kesenian Cing Po Ling merupakan kesenian tradisional yang diyakini warga sudah ada sejak abad ke-18. Nama Cing Po Ling diambil dari gabungan tiga nama pengawal setia Ki Demang Kesawen salah satu pejabat tinggi di Purworejo pada masanya, yaitu Cing dari nama Krincing, Po dari nama Dipo dan Ling dari nama Keling.

Ketua Grup Cing Po Ling Ponco Manunggal Jati Jatirejo Kecamatan Kaligesing, Tukiyat (54) mengemukakan, seniman di desanya masih konsisten menjaga akar tradisi yang sudah ada selama bertahun-tahun.

“Sekarang ini kita sudah generasi kelima,” ujarnya pada Minggu (7/8/2022).

Menurutnya, Cing Po Ling di Jatirejo pernah hampir punah pada tahun 1990-an. Bahkan, saat itu penarinya hanya tersisa enam orang.

Padahal, kesenian Cing Po Ling diyakini sudah ada di desanya sejak 1931, tetapi perkembangannya menyusut seiring bertambahnya tahun.

"Namun, kami bisa bertahan dan berkembang karena Cing Po Ling ternyata masih dibutuhkan untuk acara adat, seperti Jolenan, juga dimainkan ketika perayaan hari nasional," ujarnya.

Saat ini, Grup Ponco Manunggal Jati memiliki 22 penari laki-laki dan perempuan, dengan rentang usia 19-60 tahun.

"Kami latihan rutin dan masih ada generasi muda yang mau belajar menarikannya. Adanya even seperti ini sangat memotivasi kami. Meskipun hanya ditampilkan lewat Youtube, teman-teman sudah sangat senang," tandasnya.

Untuk melestarikan grup kesenian Cing Po Ling dari Purworejo tersebut, Pemkab Purworejo beberapa waktu yang lalu juga berkolaborasi dengan Dindikbud Jawa Tengah.

Hasilnya Sebanyak 4 grup kesenian tampil dalam Pertunjukan Kesenian Rakyat Jawa Tengah di Gedung Kesenian WR Soepratman Purworejo, Jumat (22/7/2022).

Kepala Bidang Kebudayaan Dindikbud Purworejo, Dyah Woro Setyaningsih, menyebut kolaborasi Dindikbud Jateng dengan Dindikbud Kabupaten Purworejo kali ini merupakan hasil dari komunikasi sebelumnya melalui proses pengusulan.

"Komunikasi itu menghasilkan peluang yang kemudian kami tangkap untuk tujuan mendukung pengembangan seni di Purworejo," sebutnya.

Pemkab memilih Cingpoling sebagai salah satu seni tradisi yang diangkat dalam gelaran tersebut. Pasalnya, Cing Po Ling termasuk tradisi asli Purworejo yang keberadaannya mendesak untuk dilestarikan.

Kesenian rakyat itu dinilai nyaris punah dan hanya tersisa dua grup di Kabupaten Purworejo,

Terlebih, Cing Po Ling sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Maka kami hadirkan Cing Po Ling asal Desa Jatirejo untuk bisa tampil. Harapannya menjadi pengetahuan bagi masyarakat bahwa seni itu masih ada, sekaligus menyemangati grup seni agar terus termotivasi untuk menjaga budayanya," ungkapnya.

Selain Cin Po Ling, Dindikbud juga menampilkan 3 grup kesenian lainnya.

Masing-masing yakni grup seni Jaran Kepang Turonggo Seto Mudo Kelurahan Keseneng Purworejo dengan penari anak-anak, Karawitan Laras Siwi juga dengan pengrawit anak-anak SDN Kroyo Lor, serta grup musik Parungyan Jesben Desa Pandanrejo yang tampil dengan lagu anak-anak dan tembang populer zaman dulu.

"Biar anak-anak di Jawa Tengah khususnya tahu semua apa itu Cing Po Ling. Selain itu, kami ingin pada masa pandemi ini, seniman bangkit kembali," ungkapnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/08/07/173826578/hampir-punah-kesenian-zaman-kolonial-cing-po-ling-khas-purworejo-tersisa-2

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke