Salin Artikel

5 Biografi Singkat Pahlawan Nasional Asal Aceh

KOMPAS.com - Jasa dan pengorbanan para pahlawan asal Aceh turut mengantarkan Indonesia menjadi sebuah negara yang merdeka dan berdaulat seperti saat ini.

Hasil dari perjuangan panjang merebut kemerdekaan termasuk di daerah Aceh menjadi jalan yang berujung pada peristiwa proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945.

Pemerintah Indonesia kemudian memberikan gelar pahlawan nasional atas tindakan sosok yang dianggap heroik yang dapat dikenang dan diteladani sepanjang masa bagi warga masyarakat lainnya atau berjasa sangat luar biasa bagi kepentingan bangsa dan negara.

Terkait pemberian gelar pahlawan nasional, persyaratannya telah diatur dalam UU No. 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.

Beberapa tokoh asal Aceh juga telah tercatat namanya dan diberi gelar sebagai pahlawan nasional.

Dilansir dari laman Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial (K2KRS) Kementerian Sosial, berikut adalah biografi singkat para pahlawan nasional dari Tanah Rencong.

Cut Nyak Dhien adalah sosok pahlawan nasional kelahiran 1848 di Lampadang, Kerajaan Aceh atau yang saat ini menjadi Aceh Besar, Wilayah VI Mukim.

Beliau adalah istri pahlawan nasional Teuku Umar yang berjuang melawan kolonial Belanda di wilayah yang sama.

Sosok Cut Nyak Dhien dikenal karena memimpin gerilyawan Aceh yang berperang melawan Pasukan Kolonial Belanda pada masa Perang Aceh (1873- 1904).

Cut Nyak Dhien wafat di pengasingan pada usia 60 tahun pada 6 November 1908 dan dimakamkan di Sukajaya, Sumedang.

Cut Nyak Dhien kemudian ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada 2 Mei 1964 melalui SK No.106 Tahun 1964.

Cut Meutia adalah sosok pahlawan nasional kelahiran 1870 di Pirak, Aceh Utara.

Beliau adalah pemimpin gerilyawan Aceh yang berperang melawan pasukan kolonial Belanda.

Pada Agustus 1902, pasukan Teuku Chik Tunong dan Cut Meutia mencegat pasukan Belanda yang berpatroli di daerah Simpang Ulim Blang Nie dan berhasil merebut 42 pucuk senapan.

Namun dalam pertempuran tersebut suami Cut Meutia, Teuku Chik Tunong gugur.

Gugurnya pemimpin pasukan tidak memadamkan semangat untuk terus melakukan perlawanan terhadap Belanda, sehingga Cut Meutia mengambil alih posisi paling depan.

Cut Meutia gugur pada pertempuran di Alue Kurieng pada usia 40 tahun pada 24 Oktober 1910 dan dimakamkan di Pirak Timur, Aceh Utara.

Cut Meutia kemudian ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada 2 Mei 1964 melalui SK No.107 Tahun 1964.

Teungku Muhammad Saman atau Chik di Tiro adalah sosok pahlawan nasional kelahiran 1836 di Pidie, Aceh.

Beliau adalah sosok yang mengumpulkan pejuang-pejuang Aceh yang tercerai berai untuk membentuk pasukan yang dikenal sebagai Angkatan Perang Sabil.

Angkatan Perang Sabil yang dibentuknya sangat diperhitungkan karena telah berhasil merebut benteng-benteng Belanda di Indrapuri, dilanjutkan ke daerah Samahani di akhir tahun 1881.

Pada 1885, pasukan Teungku Chik di Tiro kembali mencatat kemenangan dengan berhasil merebut benteng Aneuk Galong.

Tak mau berlama-lama diserang, Belanda akhirnya memakai "siasat liuk" dengan menyuruh penyusup untuk meracuni makanan Teungku Chik di Tiro.

Teungku Chik di Tiro wafat pada usia 55 tahun pada Januari 1891 di Benteng Aneuk Galong dan dimakamkan di Indrapura, Aceh Besar.

Teungku Chik di Tiro kemudian ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada 6 November 1973 melalui SK No.087/TK/1973.

Teuku Umar adalah sosok pahlawan nasional kelahiran 1854 di Meulaboh, Aceh Barat.

Beliau bersama para pejuang Aceh lainnya seperti Panglima Polim dan ulama-ulama para Uleebalang adalah sosok yang berhasil menyatukan kekuatan untuk mengusir Belanda dari tanah Aceh.

Teuku Umar juga dikenal sebagai pemimpin pada perang di Aceh dari tahun 1873-1899.

Ia sempat bersandiwara untuk menyerah dan bergabung dengan Belanda demi bisa membawa 800 pucuk senjata, 25.000 butir peluru, 500 kg amunisi dan uang 18.000 dollar sebagai bekal perlawanan para gerilyawan Aceh.

Teuku Umar gugur dalam pertempuran pada usia 45 tahun pada 11 Februari 1899 dan dimakamkan di Meulaboh, Aceh Barat.

Teuku Umar kemudian ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada 6 November 1973 melalui SK No.087/TK/1973.

Sultan Iskandar Muda adalah sosok pahlawan nasional kelahiran 1593 di Banda Aceh, Aceh.

Beliau adalah sosok Sultan Aceh yang terbesar dalam masa Kesultanan Aceh, dan berkuasa dari tahun 1607-1636.

Ia mendirikan masjid di beberapa tempat, termasuk Masjid Baiturrahman yang didirikan pada tahun 1612 di pusat kota Banda Aceh.

Pada masa kejayaannya, Kesultanan Aceh mempunyai angkatan perang yang kuat, menjadi pusat perdagangan yang ramai dengan pedagang asing, dan tempat pembelajaran tentang Islam.

Sultan Iskandar Muda wafat pada usia 43 tahun pada 27 September 1636 dan dimakamkan di Kota Banda Aceh.

Teuku Umar kemudian ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada 14 September 1993 melalui SK No.077/TK/1993.

Sumber:
indonesiabaik.id
direktoratk2krs.kemsos.go.id

https://regional.kompas.com/read/2022/07/24/183609878/5-biografi-singkat-pahlawan-nasional-asal-aceh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke