Salin Artikel

Asal-usul Kerajaan Bulungan, Cerita Rakyat dari Kalimantan Utara

KOMPAS.com - Cerita rakyat merupakan salah satu kekayaan budaya suatu daerah.

Hampir setiap daerah memiliki cerita rakyat yang disampaikan turun-temurun secara lisan.

Asal-usul Kerajaan Bulungan merupakan cerita rakyat Kalimantan Utara.

Cerita rakyat ini mengisahkan berdirinya Kerajaan Bulungan. Cerita rakyat dilansir dari buku Kisah Asung Luwan: Asal-usul Kerjaan Bulungan, karya Eva Yenita Syam.

Berikut ini cerita rakyat asal-usul Kerajaan Bulungan.

Asal-usul Kerajaan Bulungan

Kata bulungan berasal dari kata bulutengon (bahasa Bulungan) artinya 'bambu betulan' atau benar-benar bambu.

Legenda ini berawal dari seorang yang bernama Kuwanyi, ia merupakan pemimpin suku bangsa Dayak Hupan (Dayak Kayan).

Awal mulanya, Dayak Kayan mendiami perkampungan kecil dengan penghuni sekitar 80 jiwa di tepai Sungai Payang, cabang Sungai Pujungan.

Karena, kehidupan penduduk sehari-hari kurang baik, maka mereka pindah ke hilir sungai besar yang bernama Sungai Kayan.

Saat Kuwanyi pergi berburu hutan, ia tidak mendapatkan hewan buruan kecuali satu ruas bambu besar yang disebut bambu betung dan sebutir telur yang terletak di atas tunggul kayu jemlay.

Benda yang diperolehnya tersebut dibawa pulang ke rumah. 

Kuwanyi dan istrinya terkejut ketika dari bambu itu keluar anak laki-laki dan dari telur yang dipecahkan keluar anak perempuan.

Karena kemunculan bayi itu aneh, mereka menganggap bahwa bayi tersebut adalah karunia para dewa. Anak laki-laki diberi nama Jau Iru dan anak perempuan diberi nama Lemlai Suri.

Setelah mereka dewasa, Kuwanyi dan istri menikahkan keduanya sesuai dengan wangsit yang diterima.

Setelah Kuwanyi wafat, Jau Iru didaulat menjadi pemimpin baru wilayah tersebut.

Dari pernikahan Jau Iru dan Lemlai Suri memiliki anak yang bernama Paren Jau, yang kemudian menggantikan posisi ayahnya setelah ayahnya wafat.

Pada perkembangan selanjutnya, Paren Jau digantikan oleh anaknya yang bernama Paren Anyi. Setelah, Paren Anyi wafat digantikan oleh putrinya bernama Lahai Bara. Paren Anyi dikebumikan di Desa Long Pelban, Kecamatan Peso.

Lahai Bara memiliki dua anak. Anak laki-laki bernama Sadang dan anak perempuan bernama Asung Luwan.

Saat, desa diserang suku Kenyah dari Serawak, pimpinan Sumbang Lawing, Sadang tewas. Sementara, Asung Luwan melarikan diri ke pedesaan di hilir Sungai Kayan.

Asung Luwan merupakan gadis yang sangat cantik dan cerdas, kecantikannya tersebar ke seluruh negeri. Banyak pemuda yang ingin melamarnya. Ia memimpin sukunya dengan kasih sayang.

Asung Luwan

Asung Luwan sedih mendengar kematian kakaknya dan bingung karena tidak mengerti apa yang harus dilakukannya.

Para tetua adat menghibur bahwa dirinya tidak sendirian dalam menghadapi Sumbang Lawing.

Suatu hari, Asung Luwan terkejut menerima laporan tentang kedatangan Sumbang Lawing. Tiba-tiba muncul, adanya kecemasan tentang masa depan sukunya.

Sumbang Lawing adalah kepala suku di hilir Sungai Kayan. Ia memburu tanah dan harta benda orang yang diinginkannya.

Ia tidak segan untuk melakukan segala cara sesuai keinginanya.

Sumbang Lawing terus mengejar Asung Luwan, meskipun Asung Luwan sudah menepi melalui hilir sungai. Sumbang Lawing bermaksud untuk menghancurkan sukunya dan menikahinya.

Saat mereka bertemu, Asung Luwan secara terang-terangan menolak permintaan Sumbang Lawing untuk memperistrinya.

Namun, Sumbang Lawing bersikeras untuk menikahinya dan menyatukan kedua suku mereka.

Suatu ketika Datuk Mencang, putra Raja Brunei di Kalimantan Utara, terpukau dengan kecantikan dan ketulusan Asung Luwan yang tengah berkunjung ke kampung sukunya.

Datuk Mencang bermaksud meminang Asung Luwan. Akhirnya, mereka bertemu dan menemukan kecocokan satu sama lain.

Taktik Datuk Mencang

Asung Luwan meminta satu syarat, yaitu Datuk Mencang diminta mengalahkan Sumbang Lawing.

Datuk Mencang perlu memikirkan cara untuk mengalahkan Sumbang Lawing. Karena jika adu otot, Datuk Mencang bukan lawan tanding Sumbang Lawing yang lebih kuat.

Kemudian, Datuk Mencang mengajak bertanding untuk membelah jeruk dengan senjata, pemenanga adalah yang irisannyalebih banyak. Tantangan tersebut diteriam Sumbang Lawing.

Datuk Mencang mengetahui kelemahan Sumbang Lawing dalam ketelitian, maka dengan adu  mengiris jeruk itu ia bisa mengalahkan Sumbang Lawing

Akhirnya karena kalah dan sesuai kesepakatan, Sumbang Lawing meninggalkan daerah suku Kayan dan tidak akan mengganggu keamanan suku itu.

Datuk Mencang dan Asung Luwan pun menikah dengan perjanjian yang telah mereka sepakati dalam pesta yang meriah.

Pernikahan itu juga pembaruan dua wilayah yang berbeda bentuk pemerintahannya.

Suku Kayan dengan kepala sukunya dan negeri Brunei dangan kesultanannya, keduanya disatukan dalam satu wilayah yang dipimpin oleh Asung Luwan dan Datuk Mencang.

Kerajaan itu bernama Kesultanan Bulungan, yang diperintahkan secara turun temurun dengan nama pemimpinnya Kesatria atau Wira.

Pemerintahannya sama dengan yang ada di Brunei, kemudian kerajaan itu menjadi wilayah Brunei yang subur dan makmur.

Sumber:

gln.kemdikbud.go.id

https://regional.kompas.com/read/2022/07/23/063000478/asal-usul-kerajaan-bulungan-cerita-rakyat-dari-kalimantan-utara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke