Salin Artikel

Kisah Sekolah-sekolah yang Sepi Siswa

Seperti di SDN Sriwedari 197, Kota Solo, Jawa Tengah yang menerima satu-satunya murib baru di kelas 1 yang bernama Azzam (6).

Di hari pertama masuk sekolah, Senin (11/7/2022), Azzam seorang diri belajar ditemani sang guru, Diyan Alfian (26).

Meski menjadi satu-satunya murid baru di sekolahnya, Azzam mengaku tetap bersemangat saat belajar.

"Senang, enggak takut, semangat sekolah," ucapnya.

Ditemani Guru Diyan, Azzan membuat kartu nama lalu belajar menyanyi lagu 'Pergi Belajar'.

"Komunikatif dan tidak rendah diri walaupun tidak ada temannya tetap semangat mengikuti dengan baik, tetap ceria juga. Insya Allah sampai satu tahun ke depan," ucap Diyan.

Diyan menuturkan, Azzam sebenarnya tak sendirian saat belajar di kelas I. Nantinya, dia akan ditemani satu murid yang tidak naik kelas.

"Tadi murid saya berangkat satu sebenarnya ada dua. Tapi satu yang lagi tidak berangkat, kesiangan dan dibujuk untuk sekolah belum mau," ucapnya.

Menurut Diyan, ia tak kesulitan mengajar satu siswa karena sebelumnya ia juga mengajar lima siswa. Padahal di kelas 1 telah disediakan 28 kursi.

Menurut Kepala SDN Sriwedari 197 Bambang Suryoriyadi, berkurangnya siswa karena banyak warga yang pindah tempat tinggal.

Selain itu kawasan SDN Sriwedari 197 kini banyak bangunan baru speerti kantor, hotel dan gedung olahraga.

"Di sini penduduknya sudah berkurang dan apalagi ada sistem zonasi. Kelurahan Sriwedari bagian utara itu sebenarnya masuk Sriwedari. Tapi banyak orangtua tidak mau ke sini karena takut menyeberang jalan (Slamet Riyadi)," tuturnya, Kamis (30/6/2022).

Ia bercerita setiap tahun pelajaran baru, jumlah calon siswa yang mendaftar terus berkurang. Saat ini jumlah siswa SDN Sriwedari 197 di setiap kelas, yakni kelas II ada tiga siswa, kelas III lima siswa, kelas IV delapan siswa, kelas V 17 siswa, dan kelas VI 19 siswa.

Tahun ini mereka hanya menerima 2 siswa baru yang semuanya perempuan.

Menurut Kepala Sekolah SD Kristen Widada, Agus Edy Purwanto, dengan dua siswa yang ada, total ada 10 siswa yang bersekolah di SD tersebut.

Mereka semua terdiri dari empat siswa di kelas enam, tiga siswa di kelas empat, dan satu anak di kelas tiga.

SD Widodo terpencil di sebuah bukit di Kulon Progo. Sekolah yang ada sejak tahun 1967 itu terletak jauh dari Wates, ibu kota Kulon Progo. Lebih dari 45 menit berkendara dengan roda dua.

Sekolah ini berada di dataran tinggi yang dinamai Bukit Menoreh. Perjalan ke sana melewati jalan aspal dengan jurang dan tebing yang ditumbuhi perkebunan rakyat.

Jalanan curam dan licin karena berpasir. SD Widodo didirikan Yayasan Widodo yang merupakan kepanjangan pelayanan Gereja Kristen Jawa di desa Temon dan Palihan untuk bidang pendidikan.

Soal minim pendaftar juga dialami sekolah negeri.

Salah satunya SDN Ngrojo di Kalurahan Kembang, Kapanewon Nanggulan, Kulon Progo yang sama sekali tidak menerima siswa baru.

Sampai dengan batas waktu penutupan, tidak ada calon siswa yang mendaftar. Padahal, sekolah berada di kawasan padat pemukiman. Saat ini hanya ada 8 siswa di sekolah tersebut.

Sekolah tersebut berada di tengah sawah dan jauh dari pemukiman. Mantan guru SD Negeri Sugihan 3, Suhir bercerita kondiis penurunan jumlah murid terjadi sejak tajun 2018.

Suhir mengajar di sekolah tersebut sejak 1983 dan pensiun awal Juli 2022.

"Istilahnya, sekolah ini sudah menjadi rumah kedua saya. Karena sejak mengabdi menjadi guru ditempatkan di SD Negeri Sugihan 3 ini," ujarnya

Ia bercerita dulunya SD tersebut ada favorit pars siswa. Karena ada di wilayah perbatasan, banyak siswa dari desa tetangga yang sekolah di SD tersebut.

Sementara Kepala Sekolah SD Negeri Sugihan 3 Septina Ika Kadarsih mengatakan ia baru seminggu menjabat di sekolah tersebut.

Menurutnya semua guru di SD Negeri Sugihan adalah perempuan.

"Di sini tenaga pendidiknya sembilan orang perempuan semua dan satu laki-laki sebagai penjaga. Tapi kami memiliki semangat yang sama, tujuan yang sama bahwa pendidikan untuk anak-anak tidak boleh kalah dengan yang lain," kata Ika.

Terkait ruang kelas 1 yang kosong, ia berencana akan menggunakan kelas tersebut untuk pembelajaran agama.

"Kami jadikan mushala, karena nanti setiap pagi akan melakukan shalat duha berjemaah, siang hari shalat dzuhur. Selain itu, juga untuk menggiatkan hafalan bacaan surat pendek," terangnya.

Sekolah yang berdiri sejak tahun 1973 itu terpaksa ditutup oleh yayasan karena setiap tahun hanya menerima sedikit murid.

Kepala Sekolah SD Kanisius Trengguno Agnes Rinawati mengatakan sebagai ASn ditugaskan di sekolah tersebut sejak tahun 1991.

Saat itu sekolah masih menerima puluhan siswa setiap tahun ajaran baru.

Saat ini, sekolah hanya memiliki murid 11 orang murid untuk kelas 4,5, dan 6. Dengan guru 3 orang, kepala sekolah juga ikut mengajar kelas 5.

Adapun untuk guru ASN ada 2 guru akan dipindah ke sekolah negeri, untuk yang 1 orang statusnya guru yayasan akan ditarik atau pindah sekolah Yayasan Kanisius.

Agnes menyebut, untuk seorang operator sekolah dan juga penjaga perpustakaan termasuk pegawai tidak tetap kemungkinan juga akan ditarik oleh yayasan.

Dia hanya bisa berharap anak-anak lulusannya bisa menjadi orang yang berguna bagi negara, orangtua dan daerahnya, meski nantinya sekolah ditutup.

Tahun ini sekolah yang ada di Pulau Bawean hanya menerima satu siswa. Kepala Sekolah Ahmad Ro'in bercerita mereka hanya memiliki sembilan siswa.

"Sudah lulus tiga orang, jadi sekarang keseluruhan tinggal enam orang siswa. Sementara untuk tahun ajaran baru 2022/2023 ini masih menerima satu siswa baru," ujar Ahmad saat dikonfirmasi awak media, Jumat (15/7/2022).

Ia menduga kurangnya siswa yang mendaftar karena akses menuju sekolah yang jauh dari pemukiman. Sekolah tersebut terpelosok dan berada di kawasan perbukitan dan persawahan.

"Akses siswa maupun guru menuju sekolahan, memang harus melewati lahan persawahan,” ucap Ahmad.

Sementara di Jombang, lima SD tak memiliki murid baru.

Tiga sekolah tanpa murid baru di wilayah perkotaan yakni SDN Jombang 1, SDN Pulolor 4, dan SDN Mojongapit 3 di wilayah Kecamatan Jombang.

Adapun dua sekolah di daerah pedalaman yakni SDN Pojokklitih 2 dan SDN Pojokklitih 3 di Kecamatan Plandaan.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang Senen mengatakan, SDN Pojokklitih 2 dan SDN Pojokklitih 3 merupakan sekolah yang berada di wilayah terpencil, jauh dengan perkampungan lain.

SDN Pojokklitih 2 berada di Dusun Rapahombo, Desa Pojokklitih, Kecamatan Plandaan.

Perkampungan ini berada di tengah hutan, berjarak kurang lebih 15 kilometer dari pusat pemerintahan Desa Pojokklitih. Sedangkan, SDN Pojokklitih 3 terletak di Dusun Nampu, Desa Pojokklitih.

Perkampungan ini juga termasuk daerah terpencil, berjarak sekitar 12 kilometer dari pusat wilayah Desa Pojokklitih.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Fristin Intan Sulistyowati, Labib Zamani, Dani Julius Zebua, Dian Ade Permana, Hamzah Arfah, Moh. Syafií, Markus Yuwono | Editor: Dita Angga Rusiana, Robertus Belarminus, Khairina, Dita Angga Rusiana, Priska Sari Pratiwi)

https://regional.kompas.com/read/2022/07/16/112500278/kisah-sekolah-sekolah-yang-sepi-siswa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke