Salin Artikel

5 Fakta Kasidah Nasida Ria yang Tampil di Jerman, 47 Tahun Bertahan di Blantika Musik Indonesia

Grup musik yang beranggotakan perempuan itu membagikan momen tersebut lewat unggahan di akun Instagram resmi @nasidariasemarang.

Sementara itu, di video viral yang beredar, banyak penonton ikut berjoget saat Kasidah Nasida Ria memainkan musik dan bernyanyi.

Dari video tersebut, para anggota Nasida Riat terlihat tampil percaya diri dengan seragam warna kuning dan hitam.

Berikut 5 fakta grup kasiah Nasida Ria yang tampil di Jerman:

1. Didirikan tahun 1975, bertahan selama 47 tahun

Grup Kasidah Nasida Ria didirikan oleh salah satu pemuka agama Islam di Semarang yang bernama HM Zain tahun 1975.

Saat itu ia mengajak pada muridnya untuk bermusik di asrama miliknya di kawasan Kauman Mustaram no 58, Semarang.

Nama Nasida Ria dipilih yang berasal dari gabungan kata Nasida atau nyanyian serta Ria alias gembira.

Awal dibentuk, Nasida Ria terdiri dari 9 personel sesuai jumlah huruf Nasida Ria. Setelah 47 tahun berlalu, anggota personel menjadi 11 orang.

Mereka terdiri dari 3 generasi. Salah satu anggota generasi pertama yang masih tampil adalah Rien Djamain yang memegang bas gitar.

Mulai dari Volume 1 hingg Volume 4, Nasida Ria banyak menyanyikan lagu gambus dengan bahasa Arab yang kental dengan nuansa Timur Tengah

Mereka kemudian dibantu K.H. Ahmad Buchori Masruri yang waktu itu menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah, mengalihbahasakan syair bahsa Arab ke Bahasa Indonesia.

Pada tahun 1980-an, nama Nasida Ria melejit dengan lagu yang berjudul Perdamaian yang berada di album kelima.

Kesuksesan berlanjut di album-album selanjutnya yang juga banyak melahirkan lagu hit seperti Palestina, Bom Nuklir, Jilbab Putih, Ratu Dunia, Indonesiaku, hingga Kota Santri.

Di tahun yang sama, mereka tampil di Berlin, Jerman di acara festival musik Islam internasional bernama Die Garten des Islam tahun 1994.

Dikutip dari Tribun Jateng, Nurhayati, anggota generasi kedua bercerita saat konser di Jerman tahun 1994, koper berisi kostum konser tertinggal di hotel.

Padahal mereka harus konser di beberapa tempat. Akibatnya, ia mengenakan kostum yang berbeda dengan personel lainnya. Semisal ketika temannya lainnya memakai kostum warna merah dia pakai kuning.

"Koper yang ketinggal tersebut baru sampai di Semarang ketika konser telah selesai," ujarnya.

Lalu di tahun 1996, mereka juga tampil di Festival Heimatklange.

Sepuluh tahun kemudian, Nasida Ria mulai merambah generasi muda. Salah satunya tampil di acara RRREC FEst 2016 yang dikenalkan oleh Komunitas Ruangrupa (RURU) di Jakarta.

Mereka juga tampil di Holy Market 2017, Syncronize Fest 2018 dan 2019.

4. Terjebak banjir saat konser

Dikutip dari Tribun Jateng, Rien Djamain bercerita mereka sempat terjebak banjir saat konser di Wanasalam, Demak, Jawa Tengah.

Namun ia lupa tahun kejadiannya. Yang ia ingat, selepasa konser mereka tak bisa pulang karena terjebak banjir.

Mereka pun terpaksa mengindap did earah tersebut. Karena kondisi bencana, mereka harus bertahan di kondisi apa adanya sepertinya kesulitan toilet dan air minum.

Bahkan mereka terpaksa minum air limun karena tak ada air putih.

"Besoknya baru bisa pulang, ketika pulang melintas jalan bekas banjir yang masih dipenuhi lumpur tak menjadi masalah. Bahkan bersama teman-teman kami bahagia dengan saling bercanda sepanjang perjalan," ungkap dia, Jumat (8/1/2021).

Mereka menggelat konser secara virtual melalui akun Youtube karena pandemi dan tak bisa menggelar konser secara langsung.

Dikutip dari BBC Indonesia, Choliq Zain, General Manager Nasida Ria mengatakan Nasida Ria tetap produktif di saat pandemi dengan berbagai konten di platform digital termasuk mengisi acara di televisi swasta.

"Kalau pentas outdoor tidak boleh, harus pintar-pintar cari peluang. Manajemen membuat konser virtual di studio sendiri, lalu di-share ke YouTube," jelas dia pada awal tahun 2021.

Konser virtual sederhana menjadi strategi mendekatkan Nasida Ria pada pencinta musik segala umur. Sekaligus membuktikan grup musik kasidah modern asal Semarang ini tak redup dimakan zaman.

"Era digital harus berubah. Kalau tidak, kita ketinggalan zaman. Dulu kita jualan pakai kaset, CD, VCD, DVD, sekarang pakai YouTube. Ada banyak platform seperti Joox. Kalau ada yang bertanya tidak produksi, tidak tampil, sekarang klik bisa lihat ada vlog, kegiatan macam-macam," kata Choliq Zain.

Pria yang akrab disapa Gus Choliq itu menggantikan peran sang ayah, H M Zain, sosok di balik kesuksesan grup musik Nasida Ria.

https://regional.kompas.com/read/2022/06/21/073700778/5-fakta-kasidah-nasida-ria-yang-tampil-di-jerman-47-tahun-bertahan-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke