Salin Artikel

7 Pekerja Migran Korban Perahu Tenggelam di Perairan Batam Belum Ditemukan

Hingga Jumat (17/6/2022), ada 7 penumpang masih hilang. Sementara 23 orang lainnya selamat.

Seluruh korban yang berjenis kelamin laki-laki dan selamat itu merupakan warga Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Ada 15 orang berasal dari Lombok Tengah, 6 orang dari Lombok Timur, dan 2 orang dari Lombok barat.

Dikutip dari Kompas.id, Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut Batam Kolonel Farid Maruf mengatakan, kecelakaan tersebut pertama kali dilaporkan oleh nelayan.

Setelah itu TNI AL mengerahkan 2 perahu karet untuk mencari korban.

Perahu karet pertama berhasil membawa 16 pekerja migran yang diselamatan nelayan. Sementara perahu karet kedua, berhasil menyelamatkan 7 korban selamat pada Jumat (17/6/2022) dini hari.

”Satu pekerja migran yang bernama Ahmad harus dirawat di Rumah Sakit Budi Kemuliaan karena mengalami sesak napas,” kata Farid.

Ia menjelaskan, saat ini KRI Clurit-641 juga dikerahkan untuk mencari tujuh korban yang belum ditemukan.

Selain itu, petugas juga menurunkan Kapal Negara (KN) SAR Purworejo-101 dengan 22 personel Basarnas yang ada di sekitar lokasi perahu tenggelam.

Farid juga menjelaskan Farid menambahkan, pihaknya belum bisa memastikan keterlibatan sindikat perdagangan orang dalam tenggelamnya perahu pekerja migran tanpa dokumen itu.

”Dari 23 korban itu belum kami ketahui apakah salah satu di antaranya merupakan tekong (pegemudi) perahu,” ucapnya.

Berharap sang suami selamat

Lima pekerja migran yang menjadi korban kapal tenggelam berangkat dari Dusun Mengiluk, Desa Batujai, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah, Rabu (8/6/2022).

Mereka adalah Ahmad atau Amat (korban dirawat), Yusuf, Muhammad Zohri Abbas, Arum, dan Muhammad Rahim.

Dikutip dari Kompas.id, Jumisah (30), istri Muhammad Rahim yang tidak ada dalam data 23 korban selamat menangis histeris.

Ia terakhir berkomunikasi dengan suaminya beberapa saat sebelum berangkat sekitar pukul 19.00 Wita.

”Ia berkabar akan berangkat dan meminta doa, lalu tidak aktif lagi. Tahunya malah dapat informasi kecelakaan,” kata Jumisah.

Muhammad Rahim dan empat anggota keluarga lainnya berangkat menggunakan pesawat dari Bandara Lombok ke Batam pada Rabu minggu lalu.

Sebelum kecelakaan, mereka telah coba berangkat ke Malaysia pada Rabu (15/6/2022).

”Tetapi mereka kembali karena pas sampai di tengah, ada patroli polisi,” kata Jumisah.

Jumisah membenarkan jika suaminya berangkat secara ilegal. Sebelumnya, Muhammad Rahim pernah ke Malaysia dua kali. Pertama secara legal, dan kedua kalinya ilegal.

”Tahun lalu dia pulang dan sekarang pergi lagi. Suami saya tidak bisa berangkat secara legal lagi karena pernah bermasalah di sana,” kata Jumisah sambil terisak.

Ia mengaku sedih, apalahi sebelumnya ia sudah mendapatkan jaminan dari tekong jika pemberangkatan secara aman.

”Tekongnya saat datang ke sini berjanji tidak akan angkut banyak orang. Hanya belasan dalam satu kapal. Tetapi ternyata sampai 30 orang,” kata Jumisah.

Jumisah mengaku terkejut dan sedih. Apalagi sebelumnya, dia sudah mendapatkan jaminan dari tekong jika pemberangkatan secara aman.

”Tekongnya saat datang ke sini berjanji tidak akan angkut banyak orang. Hanya belasan dalam satu kapal. Tetapi ternyata sampai 30 orang,” kata Jumisah.

Korban kain adalah Muhammad Zuhir. Sang ayah, Geboh (50) bercerita jika anaknya baru lulus SMA dan baru pertama kali ke Malaysia.

SUMBER: Kompas.id

https://regional.kompas.com/read/2022/06/17/182800078/7-pekerja-migran-korban-perahu-tenggelam-di-perairan-batam-belum-ditemukan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke