Salin Artikel

Kisah Perempuan Menikahi Perempuan di Jambi: Mulai dari Kencan Online

Dia menikah siri dengan Er pada 18 Juli 2021. Perempuan yang memodifikasi identitasnya menjadi AA, warga Lahat, Sumatera Selatan.

Er mengaku sebagai pria dan berprofesi sebagai dokter jebolan Universitas ternama di New York.

Kisah penipuan terungkap saat korban menjadi saksi sidang pertama pemalsuan gelar akademis dengan nomor perkara 265/pid.Sus/2022/PNJmb di Pengadilan Negeri Jambi,  Selasa (14/6/2022).

Kencan online

Penipuan ini bermula saat korban bertemu Er di situs kencan online pada akhir Mei tahun lalu. Korban tertarik berkenalan dengan terdakwa karena foto profilnya berpakaian selayaknya dokter.

"Kenal sama pelaku itu awalnya di situs online, akhir Mei 2021," kata korban di rumahnya, Rabu (15/6/2022).

Ia mengatakan hubungan selama dua pekan di situs kencan online menjadi serius, setelah pelaku menyatakan akan melamar.

Pelaku pun datang menyambangi kediaman korban pada 23 Juni 2021.

Pertama kali bertemu tatap muka, korban tidak curiga karena Er berpenampilan seperti laki-laki, begitu pula suaranya.

Lebih sepekan di Jambi, Er meminta izin untuk kembali ke Lahat dengan alasan mengambil berkas identitas, sekaligus meminta izin menikah dari orangtua.

Rencana pernikahan dilakukan pada 9 Juli tahun 2021. Namun, Er mengaku ibunya meninggal dunia karena Covid-19, sehingga tantenya meminta pernikahan ditunda.


Nikah siri

Ketika kembali ke Jambi, pelaku tidak membawa berkas dan syarat untuk pernikahan.

Namun Er mendesak untuk menikah siri, dengan alasan pembaruan KTP di dinas terkait belum selesai.

"Saya kaget. Kenapa nikah siri. Sempat saya tolak, karena saya maunya resmi," kata korban.

Penolakan korban akhirnya runtuh juga, setelah Er mengatakan berkas KTP itu lama selesai, lantaran pindah agama.

Ada banyak perubahan di kolom identitas. Hal itu tentu membutuhkan waktu, kilah Er.

Permintaan Er untuk menikah siri juga didukung paman korban yang mendesak agar segera menikah.

Sementara orangtua Er disebut sedang sakit. Ayahnya stroke sedangkan ibunya juga terbaring sakit.

Pernikahan siri pun berlangsung malam hari, tanpa adanya identitas, hanya berdasarkan omongan yang diperkuat empat orang anggota keluarga "fiktif" dari pengantin pria.

Malam pertama ditutup kain

Korban menuturkan saat malam pertama dan saat berhubungan intim Er selalu menutup matanya dengan kain.

Dengan mata tertutup, korban tidak bisa melihat seluruh tubuh suaminya itu.

"Mata saya ditutup pakai pashmina," katanya.

Bahkan dalam sehari-hari, saat keluar dari kamar mandi, Er selalu berpakaian lengkap.

Usia pernikahan telah berjalan sebulan, ibu korban berinisial S, mulai sembuh dari sakit.

Semakin lama kumpul bersama menantunya itu, rasa curiga kepada pelaku kian tumbuh.

Sebaliknya, korban tetap percaya bahwa suaminya adalah laki-laki yang berprofesi sebagai dokter. Lantaran pernah merawatnya dengan menggunakan botol infus.


Keluarga pelaku yang terdiri dari tante, saudara kandung, dan ibu angkat yang berada di Lahat, juga menyakinkan bahwa Er adalah laki-laki dan berprofesi sebagai dokter.

"Timbul kecurigaan habis menikah itu. Dia katanya dokter, tapi kok tidak bekerja. Banyak alasannya. Hati ini jadi tertekan. Sebulan itu saya telusuri," kata S menjelaskan.

Ia sempat dituduh berpikiran buruk pada menantunya. Namun, ia tetap yakin bahwa pelaku adalah perempuan.

"Dua bulan berlanjut, saya dituduh suudzan (buruk sangka). Saya tetap minta identitas lengkapnya," katanya.

Ia tetap teguh meminta bukti identitas pelaku ini, walaupun dituduh berburuk sangka.

"Sempat disaksikan masyarakat, Babinkamtibmas, Babinsa, ketua RT, ketua adat. Dia tidak bisa menunjukkan identitasnya secara nyata atau online. Padahal, selama lima bulan di sini," tuturnya.

Lalu, pelaku berani tanda tangan di atas meterai 10.000 untuk berjanji akan membuktikan identitasnya. Namun, pada keesokan harinya, pelaku membawa kabur korban ke Lahat.

"Pakai mobil rental bawa saya ke Lahat. Dia mengajak dengan alasan ibu suudzan terus. Ke sana untuk mengambil identitas. Saat itu saya belum mandi, dan belum sarapan," kata Bunga.

Saat berada di Lahat, korban dikurung selama empat bulan di kamar dalam rumah pelaku. Tidak sempat berbicara dengan orang-orang di sana, selain pada pelaku.

"Saya dikurung di kamar. Alasannya saya sakit. Diguna-guna ibu, bahaya kalau keluar. Jadi, saya ketakutan," katanya.

Setelah membawa anaknya ke Lahat, S didera takut. Khawatir anaknya akan mendapat perlakuan buruk.

Ia pun melaporkan kecurigaannya ke polisi, sehingga kasus ini terungkap dan sampai ke pengadilan.

Ibu korban yakni S telah berkali-kali menyerahkan uang kepada pelaku sampai menjual barang, yang totalnya mencapai Rp300 juta.

S berharap pelaku dijerat pasal berlapis, karena telah memalsukan identitas, melakukan penipuan untuk mendapatkan uang hingga ratusan juta.

https://regional.kompas.com/read/2022/06/16/114737578/kisah-perempuan-menikahi-perempuan-di-jambi-mulai-dari-kencan-online

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke