Salin Artikel

Fenomena ABG di Nunukan Keluyuran Sampai Dini Hari, DSP3A: Imbas Kurang Dekatnya Orangtua dan Anak

Belakangan ini, keberadaan Anak Baru Gede (ABG) di jalan-jalan utama dan gang kecil pada dini hari seringkali dijumpai.

"Saya bertanya, apa mereka tidak dicari orangtuanya? Sudah dini hari masih ada di jalanan. Itu anak laki-laki dan perempuan jadi satu, kita khawatir akan terjadi masalah pidana akibat pergaulan yang kebablasan," ujarnya, Kamis (9/6/2022).

Sejauh ini, anak-anak berkumpul sampai dini hari masih sebatas bermain game atau mengobrol keseharian.

Namun dengan minimnya pengawasan dan waktu dini hari yang notabene sepi dari lalu lalang orang, tidak menutup kemungkinan pelecehan terhadap lawan jenis atau tindak pidana Miras dan Narkoba terjadi.

"Saya berharap orangtua selalu peduli keberadaan anaknya, sedang apa dia, dan bersama siapa. Kelakuan remaja yang berada di luar rumah sampai dini hari, adalah akibat kurang dekatnya orang tua dengan anak," kata Faridah.

Bijak bermedsos

Fenomena ABG di Nunukan keluar rumah sampai dini hari diakui menjadi salah satu Pekerjaan Rumah Pemkab Nunukan.

Butuh adanya perhatian khusus terhadap kasus ini, karena erat kaitannya dengan etika, moral dan kedisiplinan.

"Ketika sebuah gaya hidup remaja yang tidak benar dibiarkan, dampaknya akan semakin meluas. Kita pernah menemukan adanya pergaulan berbahaya saat melakukan razia malam. Ada sekelompok anak SMA bertemu kelompok anak SMP di hotel. Ini salah satu fenomena berbahaya," tegasnya.

Bagaimana pun situasinya, pola asuh orangtua menjadi kunci utama dari gaya pergaulan anak.

Orangtua harus memiliki ikatan yang baik dan menjadi panutan anak. Orangtua harus lebih sering memperhatikan perubahan pada anak.

Mengecek isi ponsel mereka, dan memantau pergaulan mereka secara ketat. Usia remaja, dikatakan Faridah, adalah usia yang membuat anak selalu penasaran.

Selalu mencoba hal baru, dan merekam segala hal yang dilakukan orang tuanya.

Yang miris adalah manakala orangtua lebih perhatian ke handphone daripada perkembangan anak. Dan tidak sedikit orangtua lupa memberikan pendidikan agama yang baik sebagai penguatan rohaninya.

"Mereka sosialita dan eksis di medsos di depan anak. Namanya hape, adalah alat bermata dua. Bisa jadi jendela informasi dan mencerdaskan, bisa juga menjadi neraka karena yang ditonton atau dilihat, adalah konten yang tidak mendidik," katanya.

Penguatan parenting

Mengatasi masalah ini, DSP3A Nunukan bakal mencoba berkoordinasi dengan Kepolisian dan Satpol PP untuk mengaktifkan jam malam.

Sejauh ini, Pemkab Nunukan sudah memiliki Perbup jam belajar anak, namun belum ada aturan spesifik terkait batasan anak dan remaja keluar malam hari.

"Situasi ini seakan genting ya, pergaulan anak kita bikin takut. Sementara mereka adalah aset bangsa yang harus kita jaga sebagaimana amanah Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014. Kita coba batasi jam malam, dan akan memperkuat strategi parenting," kata Faridah.

Selain pembatasan jam malam, DSP3A juga akan menjajaki kemungkinan sekolah di Nunukan melakukan strategi parenting.

Sekolah harus membuat pertemuan rutin, mengundang orangtua. Guru-guru akan memberi laporan perkembangan anak, dan prestasi akademik mereka.

Di Nunukan, sudah ada sekolah yang merealisasikan program tersebut, yaitu Ibnu Sina dan Sekolah Muhammadiyah, yang merupakan sekolah swasta.

"Ketika semua terpantau, kita berharap anak kita memiliki wawasan dan kelakuan yang baik. Memang tidak bisa serta merta, setidaknya dengan pengawasan dan penjagaan orangtua, guru dan semuanya, potensi anak anak bisa diarahkan sebagaimana mustinya," kata Faridah.

https://regional.kompas.com/read/2022/06/09/195039678/fenomena-abg-di-nunukan-keluyuran-sampai-dini-hari-dsp3a-imbas-kurang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke