Salin Artikel

7 Cerita Pengemis Kaya di Indonesia, Salah Satunya Punya Tabungan Rp 900 juta

Uang ratusan juta tersebut disampan Lutfi di dua bank yang berbeda. Ia ternyata sudah 13 tahun meminta-meminta.

Tak jarang ia memaksa warga untuk memberi uang dengan modal poposal ilegal.

Selain Lutfi, berikut 7 cerite pengemis kaya yang berhasil dikumpulkan Kompas.com:

Ia dan rekannya, Sa'aran bin Satiman (70) membawa uang Rp 25 juta. Dua pengemis asal Subang tersebut dijaring petugas Dinas Sosial Jakarta Selatan saat mengemis di perempatan Pancoran pada Senin (25/11/2013) malam.

Sebelum ditangkap, Walang dan rekannya sudah enam bulan mengemis di Jakarta. Setiap hari mereka berdua bisa mendapatkan uang antara Rp 100.000 hingga Rp 150.000.

Namun Walang yang lebih banyak meminta-minta karena rekannya sakit asma dan tak sanggup berjalan kaki dalam waktu lama.

Walang membuat kereta doroang untuk Sa'aran saat mengemis.

Uang Rp 25 juta tersebut disimpan Walang di plastik berwarna hitam. Ia mengaku uang Rp 21 juta adalah yang hasil penjulan sapi di kampung.

Ia membawa uang tersebut karena tak percaya meninggalkannya di rumah. Ia juga tak menyimbannya ke bank karena tak mengerti dan buta huruf.

Saat ditangkap, Walang sempat menyogok petugas Rp 600 juta agar tidak dibawa ke panti

Pria yang menggunakan kostum Winnie The Pooh saat mengemis mengaku mendapatkan uang Rp 15 juta dalam sebulan.

Rata-rata sehari ia mengantong uang Rp 300.000 hingga Rp 500.000. Ia juga mengaku memiliki 7 istri dan lima anak yang saat ini sudah berkeluarga.

Ia biasanya berangkat dari Mojokerto dan tiba di Sidoarjo pada pagi hari. Saat datang, ia masuk menggunakan pakaian sehari-hari.

Setelah itu ia berganti pakaian dengan karakter tokok kartun Winnie The Pooh di sekitar Lippo Plaza dan Jalan Pahlawan.

Ia juga berubah pola dengan tangan kanan ditekuk ke dada dan telapak menekuk di arah yang smaa.

Dari hasil penelusuran Dinas Sosial Sidoarjo, Suaedi tinggal di rumah yang tergolong besar dan lebih bagus dibandingkan tetangganya.

Saat diperiksa, Arif ternyata memiliki mobil sedan, kartu ATM dan kartu krediy.

Arif mengaku berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pengakuan itu didukung dari bukti sedan milik Arif yang menggunakan nomor polisi Kalimantan Selatan.

Kepada petugas, pria yang memiliki cacat fisik itu datang ke Sampit dengan anak dan istrinya untuk mengemis.

Dengan mobil sedannya, dalam sebulan terakhir ia mengemis di beberapa kota seperti Kapuas, Palangkaraya, Kasongan, Kereng, Pangi dan Sampit.

Setelah diberi arahan, Arif dan keluarganya pulang ke Banjarmasin dengan mengendarai mobilnya.

Dari KTP, Siwari tercatata sebagai warga Perumahan Jalan Kawung, Perumnas Tlogasari, Kota Semarang.

Yang mencengangkan, ia memiliki uang deposito Rp 140 juta dan tabungan sebanyak 16 juta. Sementara saat ditangkap, ia membawa uang tunai Rp 400.000.

Tak hanya menemukan uang tunai, petugas juga menenukan tabungan, sertifikat tanah di daerah Tlogosar atas nama Siswari, 3 buah BPKB roda dua atas nama dua anaknya dan dua ATM bank BNI 47.

Kepada petugas, Siwari mengaku baru enam bulan mengemis dan uang yang ia miliki adalah hasil dari penjualan tanah.

Selain itu 3 anak Siwari kuliah di tiga kampus ternama di Kota Semarang.

Anaknya yang pertama berinisial HMS kuliah di Universitas Perbankan (Unisbank) Semarang. Kemudian anak kedua berinisial SMS kuliah di jurusan Bahasa Inggris, Universitas Sultan Agung (Unisula) Kota Semarang.

Kemudian anak terakhir berinisial SMJ kuliah di Politeknik Negeri Semarang (Polines) di Kawasan Kampus Undip Tembalang, Kota Semarang.

Saat diminta keterangan, Legiman mengaku punya harta kekayaan senilah lebih dari Rp 1 miliar.

Ia membangun rumah senilai Rp 250 juta di lahan yang dibeli Rp 275 juta. Ia juga memiliki tabungan di banka sebesar Rp 900.000.

Legiman adalah warga Perumahan Ngawen, Kecamatan Margorejo, Pati. Saat ditangkap, ia membawa uang tunai Rp 695.000. Sementara itu sehari-hari, ia bisa mengantongi uang Rp 1 juta per hari.

Saat diperiksa, ia menyimpan uang Rp 194,5 juta dalam tas lusuh yang ia bawa.

Selama mengemis di kawasan Jakarta Selatan, dia selalu membawa uang tersebut dan dimasukan kedalam ranselnya. Uang tersebut selalu dibawa karena ia tidak pernah pulang ke rumah yang berada di Ciputat.

Sebelum dibawa ke Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1, Mukhlis sempat melawan saat diamankan petugas. Ia terus memeluk erat tasnya yang berisi uang.

Ia diamankan saat masuk ke dalam bank untuk menukarkan uang. Ia sempat berbohong dan mengatakan jika uang dalam tas lusuhnya adalah hasil usahanya berdagang dan bekerja di Jakarta.

Tenyata Muklis pernah diamankan oleh petugas pada tahun 2017 dan saat itu ia membawa uang tunai Rp 86 juta.

Ia bercerita sebelum menjadi pengemis memiliki 3 istri, namun tak berlangsung lama. Namun saat menjadi pengemis ia berstatus duda setelah istrinya meninggal dunia.

Pada tahun 1974, ia pernah naik haji bersama istrinya dengan hasil menjual sawah warisan milik orangtuanya. Sementara pekerjaan mengemis, ia lakoni sejak tahun 1980.

Dalam sehari, ia mengaku bisa mendapatkan uang antara Rp 150.000 hingga Rp 200.00. Untuk memudahkan mobilitasnya, ia pun menyewa satu mobil jenis mini bus berwarna hijau kepada tetangganya.

Untuk menyewa mobil tersebut, ia merogoh uang Rp 80.000 perhari.

"Mobil itu sewa, kalau enggak percaya bisa saya panggil yang punya nya, sewanya Rp 80 ribu setengah hari hanya sampai pukul 12.00 WIB," katanya.

Selain menyewa mobil, ia juga menyewa sopir untuk mengantar jemput dirinya karena tak bisa berjalan kaki jauh. Ia mengaku sudah hampir setahun trekhia menyewa mobil dan sopir untuk mempermudah aktivitasnya mengengmis.

https://regional.kompas.com/read/2022/06/05/085800378/7-cerita-pengemis-kaya-di-indonesia-salah-satunya-punya-tabungan-rp-900

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke