Salin Artikel

Sapi Terpapar PMK di Kuningan Naik Jadi 194 Ekor, Pemerintah Berlakukan Lockdown

KUNINGAN, KOMPAS.com – Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Kuningan Dinas Perikanan dan Peternakan (DPP) Kabupaten Kuningan Jawa Barat me-lockdown blok Cigeureung, Kelurahan Cigugur, Senin (30/5/2022).

Seluruh arus lalu lintas jual beli sapi dihentikan. Tidak ada sapi yang boleh masuk maupun keluar kawasan tersebut.

Kebijakan ini menyusul semakin meningkatnya jumlah sapi yang terindikasi positif terserang Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Kepala UPTD Puskeswan Dinas Perikanan dan Peternakan Kuningan Jhon Nais menerangkan, pada Senin (30/5/2022) tercatat ada 185 ekor sapi perah terindikasi positif PMK. Seluruhnya berada di satu blok, yakni blok Cigeureung.

“185 ekor sapi tersebut dimiliki oleh 36 peternak. Ke-36 peternak itu memiliki jumlah populasi sapi sebanyak 375 ekor sapi. Artinya, sudah lebih dari setengahnya (populasi) terindikasi positif PMK,” kata Jhon Nais kepada Kompas.com sambil menunjukan datanya di kantor Puskeswan Kuningan, Senin (30/5/2022).

Tak hanya itu, ada sembilan ekor sapi potong, yang dimiliki oleh dua peternak di desa lain juga terindikasi positif PMK. Jadi total terdapat 194 ekor sapi, atau nyaris 200 ekor.

Karena kondisi yang cukup memprihatinkan, lima ekor sapi akhirnya dipotong. 

Lebih lanjut, Jhon menerangkan, wilayah kerja UPTD mencakupi enam kecamatan, yakni Kecamatan Kuningan, Cigugur, Ciniru, Hantara, Nusaherang, dan Kadugede. 

Kecamatan dengan sapi terindikasi PMK terbanyak adalah Kecamatan Cigugur.

Jhon mengatakan, ada banyak sapi di kecamatan Cigugur yang terjangkit PMK diduga karena jumlah sapi yang padat dengan jarak yang sangat berdekatan.

Atas dasar itu, pemerintah menetapkan Blok Cigeureung, Kelurahan Cigugur, Kabupaten Kuningan sebagai zona merah penyebaran PMK. Pihaknya melakukan kebijakan lockdown di blok tersebut untuk mengantisipasi berbagai hal.

Selain sosialisasi dan pemberian antibiotik serta vitamin, pemerintah mengajak para peternak sapi perah untuk meningkatkan kebersihan kandang. Mulai dari menguras air, membersihkan bekas pakan, dan lain lain.

Cara ini, kata Jhon, membantu proses percepatan penyembuhan sapi-sapi yang terindikasi PMK. 

Pemerintah bersama warga juga mendirikan posko darurat. Mereka memasang spanduk bertuliskan sosialisasi tentang cepatnya penyebaran PMK yang menyerang sapi-sapi mereka. Mereka juga menyemprotkan cairan disinfektan kepada seluruh warga yang hendak keluar-masuk blok tersebut.

Warga menyadari, PMK memang tidak menyerang manusia. Namun penyemprotan disinfektan kepada manusia yang keluar masuk adalah merupakan langkah antisipasi. Warga berusaha menghindari ada virus yang menempel di pakaian manusia dan berpotensi menyebarkan ke sapi-sapi di sekitar.

Kebijakan lockdown ini juga memberhentikan lalu lintas peredaran jual beli sapi. Pemerintah melarang ada sapi dari Blok Cigeureung keluar, dan juga sebaliknya, yakni melarang sapi luar masuk ke dalam.

Kondisi ini membuat para peternak sapi perah di lokasi sangat terpukul. Sapi sapi yang terserang PMK memiliki kualitas kesehatan yang menurun. Produksi susu perah menurun drastis. Bahkan ada yang sama sekali tidak mengeluarkan sapi perah karena organ reproduksi terganggu.

https://regional.kompas.com/read/2022/05/30/105333578/sapi-terpapar-pmk-di-kuningan-naik-jadi-194-ekor-pemerintah-berlakukan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke