Salin Artikel

Di Balik Cerita Jurnalis Kompas.com Meliput Mudik Lebaran di Tengah Pandemi, Ingat Es Krim Anak hingga Boros Masker

KOMPAS.com - Meliput arus mudik lebaran di tengah pandemi Covid-19 memberi tantangan tersendiri bagi sejumlah jurnalis Kompas.com di lapangan.

Salah satunyaa Tri Purna Jaya (40), jurnalis Kompas.com wilayah Lampung, yang mengaku sudah empat kali dinyatakan positif terpapar Covid-19.

"Jadi saya kemarin bawa masker agak banyak. Sebenarnya ada rasa ngeri juga ketika ngedekitin narasumber untuk wawancara, atau pas ada kerumunan," katanya, Minggu (1/5/2022).

Tri juga mengaku tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes). Tujuannya agar menjaga kesehatan dirinya dan masyarakat atau narasumber yang dia wawancara. 

Tidur di pelabuhan

Selain itu, Tri menceritakan, jarak pelabuhan Bakauheni ke rumahnya di Bandar Lampung, jaraknya lebih kurang 96 kilometer.

Dirinya lebih sering tidur di kawasan pelabuhan agar lebih mudah memantau perkembangan arus mudik di Pelabuhan Bakauheni.

"Sebetulnya ada homestay di rumah warga, tapi jaraknya 1,5 kilometer dan biasanya hanya untuk mandi dan naruh barang," katanya.

"Lebih seringnya tidur di pelabuhan agar bisa lebih cepat dan mudah memantau perkembangan arus mudik di pelabuhan," tambahnya.


Es krim untuk anak

Selain itu, jarak rumah yang terlalu jauh memaksa dirinya tidak bisa setiap hari pulang ke rumah.  

"Saya pamit ke istri, terutama ke dua anak saya, kalau ayah mau liputan tetapi lokasinya agak jauh, jadi tiga atau empat hari baru pulang. Biasanya kalau pulang saya bawa es krim, anak-anak sudah senang," katanya.

Tri pun berharap, hasil liputannya soal informasi arus mudik bisa membantu masyarakat untuk mendapatkan informasi soal kondisi dan situasi terkini arus mudik lebaran 2022. 

Sementara itu, kontributor Kompas.com wilaya SerangRasyid Ridho menceritakan, selama liputan arus mudik lebaran 2022 di Pelabuhan Merak, dirinya harus bawa stok masker ekstra.

"Liputan kali ini agak berbeda, karena saya dalam sehari bisa ganti masker lima kali. Selain itu, saya juga selalu membawa handsanitazer dan menerapkan prokes. Oh ya, tak lupa juga bawa obat anti nyamuk, di pelabuhan nyamuknya banyak," katanya. 

Meskipun demikian, Ridho mengaku senang ketika menjalankan tugasnya sebagai jurnalis, khususnya saat liputan arus mudik. 

Kebersamaan dengan para rekan jurnalis di lapangan untuk menjadi kesan tersendiri.

"Liputan mudik selalu bikin kangen, ada kebersamaan teman-teman pewarta di posko yang bikin kangen. Empat hari begadang bersama saat puncak arus mudik, makan bersama saat saur dan buka, tidur bersama walaupun hanya satu jam dengan beralaskan kursi, dan untuk bantalnya menggunakan jaket, penuh perjuangan tapi menyenangkan," ungkapnya.  

Banyak hal menarik dan membuatnya terkesan, salah satunya saat meliput seorang ibu yang melahirkan di kapal. 

"Ada juga pemudik yang melahirkan diatas kapal dan diberi nama anaknya sesuai nama kapal yang dinaikinya untuk berlayar dari Bakauheni ke Merak," katanya.

Selain itu, untuk mengobati rindu dengan keluarga, Ridho mencoba setiap hari untuk meluangkan waktu untuk video call dengan istri di rumah. 

"Lokasi liputan lumayan jauh dari rumah, tapi tetap harus mengabari keluarga dengan video call setiap harinya melepas kangen dengan istri," pungkasnya. 

Sementara itu, jurnalis Kompas.com di Bali, Yohanes Valdi Seriang Ginta (33), mengaku sempat gugup saat mencoba laporan pandangan mata secara langsung atau live report soal situasi mudik di Pelabuhan Gilimanuk, Bali.

"Ini pertama kali live di Kompas.com, sempat gugup juga dan memaksa diri untuk mencari kata-kata yang pas saat live. Sampai sekarang saya sudah coba tiga kali live," katanya, Minggu (1/5/2022).

Valdi, sapaan akrabnya, pengalaman live report itu justru memacu dirinya untuk terus mengasah kemampuannya.

Sementara itu, Valdi juga sempat mendapat pengalaman menarik saat terjadi kemacetan panjang di Pelabuhan Gilimanik.

"Ya saat itu warga di sekitar pelabuhan tiba-tiba punya bisnis dadakan, toilet umum bagi para pemudik yang terjebak macet," kata pria yang sudah menjadi jurnalis cetak selama tujuh tahun di Bali.

https://regional.kompas.com/read/2022/05/02/122247578/di-balik-cerita-jurnalis-kompascom-meliput-mudik-lebaran-di-tengah-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke