Salin Artikel

Sejarah Panjang Lonceng Tua Penanda Waktu Berbuka di Cianjur...

CIANJUR, KOMPAS.com – Sebuah lonceng berukuran besar menggelantung di sudut utara Pendopo Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Tak banyak yang tahu ihwal keberadaan lonceng tua tersebut.

Namun, tak lekang dalam ingatan Rusmana (68), lonceng tersebut kerap dibunyikan pada waktu dan momen-momen tertentu.

Rusmana yang tinggal tak jauh dari lokasi lonceng itu berada menuturkan, bunyi lonceng tersebut sangat kentara terdengar.

Setiap kali lonceng dibunyikan aktivitas masyarakat seakan terjeda untuk beberapa saat.

“Bunyinya nyaring sekali, terdengar ada gemanya,” ucap Rusmana, kepada Kompas.com, pada Sabtu (30/4/2022).

Namun, Rusmana sendiri mengaku tak tahu pasti fungsi sesungguhnya dari lonceng tersebut.

Belakangan ia baru tahu jika bunyi lonceng tersebut digunakan untuk jam kerja pegawai pemda, dan penanda momen-momen penting lainnya seperti jam malam, termasuk penanda waktu berbuka puasa di bulan Ramadhan.

"Sebelum azan magrib di masjid agung, lonceng dibunyikan terlebih dahulu," kata Rusmana.

"Jadi, kalau bulan puasa itu bunyi lonceng itu paling dinantikan," sambung dia.

Rusmana lupa kapan pertama kali melihatnya. Seingat dia, saat masih remaja sudah mengetahui keberadaan lonceng itu.

"Saya tidak tahu banyak soal sejarahnya. Sepertinya lonceng itu sangat bersejarah ya. Tapi sekarang sudah tidak difungsikan lagi," ujar Rusmana.


Benda berharga, hadiah kolonial Belanda

Hendi Jo (45), sejarawan asal Cianjur berkisah, lonceng tersebut ditenggarai merupakan hadiah VOC Belanda untuk Bupati Cianjur kala itu bernama Raden Adhipati Aria Prawiradiredja II.

Atas dasar apa lonceng itu diberikan kepada bupati Cianjur ke-10 itu?

Merujuk literatur dan dokumen yang ada, Hendi memperkirakan benda itu sebagai bentuk penghargaan pemerintah Hindia Belanda kepada Prawiradiredja II atas keberhasilannya membangun Cianjur.

“Diberikan pada 1904 ketika pemerintahan Cianjur menggelar pesta peringatan ke-40 berlangsungnya pemerintahan Prawiradiredja II,“ kata Hendi, kepada Kompas.com, belum lama ini.

Diterangkan Hendi, Bataviaasch Nieuwsblad tertanggal 26 Agustus 1904, mengisahkan bagaimana saat itu para pejabat dan pemuka komunitas Eropa, Tionghoa dan tokoh-tokoh bumiputera memberikan berbagai aneka hadiah berharga kala itu kepada bupati.

“Loncengnya sendiri dibuat oleh seorang perajin lonceng terkemuka asal Jerman, Johan Christian Borchhard pada abad ke-18,“ ujar dia.

Informasi pembuat dan tahun pembuatan lonceng itu sendiri tertera jelas pada kepala lonceng yang berbunyi “Borchhard Gegoten In T Ambagd Qwartir Tot Batavia 1774”.

Fungsi lonceng

Hendi menuturkan, sepanjang keberadaannya, oleh pemerintah Cianjur lonceng tersebut sempat difungsikan sebagai penanda waktu dan momen-momen istimewa.

“Termasuk untuk mengingatkan telah tibanya waktu berbuka puasa di bulan Ramadhan,” kata Hendi.

Namun, tahun 1980-an, lonceng itu tak lagi digunakan sebagai penanda waktu berbuka puasa karena digantikan oleh sirine.

Kini, fungsinya hanya sebagai penghias lingkungan pendopo.

“Lonceng itu sekarang seakan tak berharga, hanya sebuah besi tua. Padahal, pada masa itu, benda tersebut merupakan barang berharga, simbol yang sangat prestisius,” ujar Hendi.


Terlebih, sang pembuat, Johan Christian Borchhard, merupakan perajin lonceng terkemuka di seantero Eropa pada abad ke-18.

Karya-karyanya tersebar dari Belanda hingga Afrika Selatan.

"Borchhard membuat lonceng ini dua buah yang persis atas pesanan Gubernur Jenderal VOC ke-29 Petrus Albertus van Der Parra. Lonceng pertama rampung pada 1772, dan satunya lagi 1774," terang Hendi.

"Kemungkinan lonceng yang kedua itu yang keberadaannya kini ada di pendopo Cianjur,” imbuh dia.

Benda cagar budaya

Pemerintah Kabupaten Cianjur masih mempertahankan keberadaannya, dan berdasarkan surat keputusan Gubernur Jawa Barat, lonceng tersebut ditetapkan sebagai benda cagar budaya. 

Menggantung pada sebuah pengakit baja di antara dua pilar beton yang menjulang, lonceng logam berwarna putih itu kini bergeming, membisu di tengah keramaian kota, dan hiruk pikuk kehidupan.

https://regional.kompas.com/read/2022/05/01/090946778/sejarah-panjang-lonceng-tua-penanda-waktu-berbuka-di-cianjur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke