Salin Artikel

Menengok Kesederhanan Perayaan Jumat Agung di Kampung Favenembu, Gereja Terbuat dari Papan dan Berlantai Tanah hingga Berdekatan dengan Perbatasan RI-PNG

Berbeda dengan perayaan ibadah Jumat Agung atau Jalan Salib di daerah-daerah perkampungan, seperti yang dilaksanakan oleh umat Katolik di Gereja Katolik Stasi Santa Monika Paroki Santa Maria Bunda Allah Yuruf-Amgotro di Kampung Favenembu, Distrik Yaffi, Kabupaten Keerom, Papua, Jumat (15/4/2022).

Perjalanan ke Kampung Favenembu dari pusat paroki di Kampung Yuruf jika menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat hanya ditempuh sekitar 30 menit. Jika berjalan kaki, maka harus membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam perjalanan.

Mayoritas masyarakat yang berada di Kampung Favenembu beragama Katolik. Oleh karena itu, tidak ada rumah ibadat lain, selain Gereja Katolik Santa Monika.

Pastor Paroki Santa Maria Bunda Allah Yuruf-Amgotro, Heribertus Lobya, OSA mengatakan, mayoritas warga di Kampung Favenembu merupakan umat Kristen Katolik.

“Di sini hanya ada Gereja Katolik. Karena mayoritas masyarakat beragama Katolik,” katanya saat ditanya oleh KOMPAS.com, Jumat (15/04/2022).

Jalan Salib

Sekitar pukul 08.00 WIT, umat Katolik di Kampung Favenembu mulai mempersiapkan diri dan mengikuti perayaan jalan salib hidup yang dilakukan bersama Pastor Paroki dan Frater, Agustinus Esyah, Asistensi dari Biara OSA.

Pagi itu langit terlihat bersahabat, cuaca cerah membuat perayaan jalan salib yang dilaksanakan dapat berjalan dari awal sampai akhir dengan baik.

Para orangtua dan anak-anak terlihat ikut mengambil bagian dalam perayaan Jalan Salib Hidup. Mereka ikut bersama-sama melakukan perarakan hingga proses Jalan Salib Hidup selesai.

Ibadah jalan salib ini dilaksanakan sambil mendoakan. Dilakukan sebanyak 14 perhentian sesuai dengan proses kesengsaraan Isa Almasih pada perayaan Jumat Agung ini.

Pastor Heribertus mengatakan, perayaan jalan salib hidup diikuti oleh kurang lebih 50 orang di antaranya, para orang tua, pemuda dan anak-anak di Kampung Favenembu.

“Perayaan jalan salib hidup ini diikuti oleh puluhan warga di Kampung Fabenembu. Pelaksanaan jalan salib juga dilaksanakan di dalam perkampungan warga,” katanya.

Pastor Heribertus menyatakan, makna jalan salib bagi umat Katolik, yaitu menyerahkan diri bersama Isa Almasih (Yesus) dalam salib merupakan model pengorbanan bagi umat Katolik.

“Kita harus bertanggung jawab dan berani memikul salib hidup setiap hari,” ujarnya.

Gereja sangat sederhana

Sejak perayaan ibadah Kamis Putih dan Jumat Agung dilaksanakan oleh masyarakat di Kampung Favenembu dengan penuh kesederhanaan dan kekeluargaan.

Kesederhanaan ini terlihat dari umat yang menggunakan pakaian seadanya dan kebanyakan dari mereka tak beralas kaki. Meski pun demikian, mereka beribadah dengan sungguh-sungguh di hari kesengsaraan Sang Isa Almasih.

Pastor dari Biara Santo Agustinus ini mengungkapkan, Gereja Katolik Santa Monika Favenembu sangat sederhana. Dindingnya terbuat dari papan, atap gereja dari daun seng dan lantainya masih tanah.

Panjangnya sekitar 15 meter dan lebar sekitar 10 meter. Gereja ini dibangun pada 2017. Kapasitas gereja ini bisa menampung sekitar 60 umat.

“Gereja sangat alami dan sederhana. Begitu pun warga yang mengikuti perayaan juga sangat sederhana. Mereka datang membawa hati untuk mengikuti perasaan ibadah jalan salib,” ungkapnya.

Heribertus menjelaskan, usia jalan salib di pagi hari, maka perayaan ibadah penyembahan salib di gereja dilaksanakan sekitar pukul 15.00 Wit dan diikuti oleh para umat dengn penuh hikmat.

“Pada pagi hari perayaan ibadah jalan salib, sedangkan sore hari ibadah penyembahan salib yang dilakukan dengan penciuman salib,” jelasnya.

Tidak ada listrik, tapi ada BTS 4G

Di Kampung Favenembu tidak ada lampu listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Hanya ada lampu solar sel bantuan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang ada.

Sayangnya, lampu solar sel di Kampung Favenembu yang digunakan oleh warga masyarakat kini sudah mengalami kerusakan dan kebanyakan tak digunakan lagi.

Ketua Stasi Gereja Katolik Santa Monika Kampung Favenembu, Jeckson Kri mengungkapkan, ada sekitar 85 Kepala Keluarga (KK) yang ada di Kampung Favenembu.

Pada 2020, setiap rumah mendapatkan bantuan lampu solar sel sebagai penerangan di kampung. Namun sayang, kini lampu solar sel sudah rusak, sehingga ketika di malam hari kampung mengalami kegelapan.

“Lampu solar sel hampir semua rumah di Kampung Favenembu sudah rusak, sehingg kalau malam hari warga pakai pelita atau tidur dalam kegelapan,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Jeckson berharap, masalah penerangan di Kampung Favenembu dapat diperhatikan oleh pemerintah daerah setempat, sehingga warga tidak tinggal dalam kegelapan lagi seperti yang dialami saat ini.

“Warga perlu bantuan alat penerangan. Karena selama ini mereka tidur dalam kegelapan. Kalau ada umat yang punya genset mereka bisa menikmati penerangan di rumahnya,” ucapnya.

Jeckson mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah (Pemda) Keerom yang telah memasang jaringan telekomunikasi BTS 4G di Kampung Favenembu.

“Pada tahun 2022 ini kita punya jaringan telekomunikasi sudah ada, sehingga bisa komunikasi ke keluarga lewat jaringan BTS 4G yang dipasang oleh pemerintah daerah,” katanya.

Dekat dengan perbatasan RI-PNG

Kampung Favenembu merupakan salah satu kampung yang cukup berdekatan dengan kampung-kampung yang ada di Papua New Guinea (PNG).

Kampung Favenembu merupakan kampung yang berada di wilayah Indonesia. Kampung ini tak jauh dari kampung-kampung dan dusun-dusun yang ada di PNG.

Tak perlu menggunakan kendaraan. Cukup berjalan kaki beberapa jam saja sudah sampai ke PNG. Oleh karena itu, Fabenembu bisa dikatakan sebagai salah satu kampung yang berdekatan dengan kampung-kampung di PNG.

“Kampung ini dekat dengan perbatasan. Dekat dengan kampung-kampung perbatasan dan dekat enggan dusun-dusun perbatasan di PNG,” ungkap Pastor Heribertus.

Pastor Heribertus mengungkapkan, umat Katolik yang berasal dari Kampung Fabenembu ini berasal dari Suku Emem. Salah satu suku terbesar yang ada di Kabupaten Keerom.

Suku Emem ini berada hampir di wilayah Distrik Yaffi dan Distrik Web, Kabupaten Keerom. Tak hanya itu, Suku Emem berada hingga ke wilayah PNG. Sehingga hubungan kekerabatan dan kekeluargaan sudah ada sejak lama hingga saat ini.

“Dari aspek budaya, warga Kampung Favenembu memiliki hubungan kekerabatan dan kekeluargaan. Warga Favenembu dan warga di PNG memiliki kebiasaan hidup yang sama seperti mata pencarian dan cara berkebun,” ungkapnya.

Tak hanya itu, masyarakat di Kampung Favenembu dan masyarakat di PNG memiliki tarian adat yang hampir sama dan tidak jauh berbeda. Artinya secara kebudayaan sama.

“Yang mengikat orang PNG dan warga Favenembu juga adalah perkawinan dan dusun-dusun mereka yang saling berdekatan,” ucap Pastor Heribertus.

Melayani sesama

Dalam khotbah yang disampaikan Pastor Heribertus, dirinya mengajak umat Katolik di Kampung Favenembu untuk memiliki sikap melayani sesama sebagai umat Katolik.

“Melayani dalam keluarga, kampung dan gereja. Warga di Favenembu harus saling melayani, saling mendukung dan saling tolong menolong dalam hidup bersama,” ujarnya.

Tak hanya itu, Pastor Heribertus menekankan kepada umat Katolik di Kampung Favenembu untuk memiliki sikap pengorbanan dan pengampunan bagi sesama.

Isa Almasih (Yesus) yang dihina, disiksa, disalibkan merupakan tokoh keselamatan yang membawa semua orang kepada keselamatan.

“Setiap umat Katolik di Favenembu mesti percaya dan mengimani dengan sungguh-sungguh,” ujarnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/04/16/024029578/menengok-kesederhanan-perayaan-jumat-agung-di-kampung-favenembu-gereja

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke